11.

5K 413 6
                                    

       Zain diserbu beribu pertanyaan dari mulut ceriwis Dira.Masih dengan topik yang sama.Victorynya bangtan.
"Apa yang tadi itu benar benar V?"Zain sebenarnya lelah menjawab.Itu adalah pertanyaan sama yang di ucapkan Dira untuk kelima kalinya.Akhirnya anggukan kecil darinya menjadi ganti dari jawaban iya yang tak ia ucapkan.
"Hidup kakak beruntung sekali di kelilingi lelaki lelaki tampan dari Bangtan.Kemarin Park Jimin sekarang Kim Taehyung.Jeon Jungkook kapan kau mengajakku berkencan?".Dira menjatuhkan tubuhnya diatas kasur.Zain menatap Dira dan tersenyum.
"Tadi kau hanya mematung tapi kenapa saat disini berbeda sekali?"
Dira bangkit dan mendudukkan diri.
"Otakku terkadang tidak bisa bekerja saat bersama member bangtan.Apalagi tadi itu sungguh diluar logikaku.Aku masih tak percaya kakak jalan berdua dengan V."
Senyum Zain terkembang semakin lebar mendengar kata jalan berdua dari Dira.Ia teringat kegilaannya bersama Taehyung yang terus terusan bercanda dengan kata kencan.Sepertinya Zain sudah mulai tertular penyakit absurd karena terlalu sering bersama dengan Taehyung.
"Bagaimana kakak bisa kenal dengan V?Bukankah waktu kita ke big hit V tidak ada disana?"Dira memutar kembali sepenggal memori beberapa hari lalu tepat saat ia bertemu member bangtan di markas mereka.Ia sungguh penasaran bagaimana Zain bisa bertemu pemilik cengiran kotak itu.
"Dia yang ponselnya tertukar denganku."
"Astaga,jadi orang yang ku caci itu adalah dia?"Dira menutup mulutnya yang terbuka lebar.Tambah shock kan kamu sekarang😄.
"Iya,dia adalah orang yang kau sebut aneh waktu itu."Zain mencoba menahan tawanya melihat ekspresi Dira yang sudah campur aduk tak bisa dijelaskan.
"Memang pada dasarnya V itu aneh.Tapi kenapa kakak tidak memberitahuku kalau dia V?"
"Karena kakak tidak tahu kalau dia adalah V.Dia mengatakan namanya Taehyung bukan V."Polos Zain membuat Dira menepuk jidat nya sendiri.Ia teringat Zain itu bukan kpopers seperti dirinya.
"Terkutuklah kau mulut cerewet."

                            ~•~
   
       Taehyung tengah bermalasan di atas sofa.Keenam sahabatnya belum jua kembali dari Lotte world.Yang jelas Taehyung merasa sepi tanpa kehadiran keenam manusia absurd yang biasa bersamanya.
Indra pendengaranya menangkap derit pintu yang terbuka.Tubuh yang semula terbaring lesu menegak sempurna.Bayangan itu terlihat oleh matanya.Semakin lama berubah menjadi sosok manusia mungil yang selalu jadi bahan nistaan dia dan anggota bangtan lainnya.Park Jimin.
"Kemana yang lain?"Taehyung melongok kebelakang tubuh Jimin.Mencari kelima sosok lainnya.
"Mereka mungkin masih asyik di sana."Jimin menghempaskan tubuhnya kearah sofa.Dengan cekatan mengoperasikan ponsel yang baru ia tarik dari saku celananya.
"Haish...tak biasanya kau lesu seperti ini.Apalagi sehabis jalan jalan.Kau sakit park?"Taehyung meletakkan punggung tangannya pada dahi Jimin.
"Apa kau sekarang mencintaiku sehingga perhatian seperti ini?"Mata Jimin menyipit akibat bibirnya yang terangkat karena tertawa.
Taehyung mendengus kesal,jemarinya menyentil dahi Jimin.
"Tak lucu Jim.Kau mau aku nistakan terus,eoh?"
"Aku sedang lelah Tae.Tadi sungguh seakan menguras tenagaku."
"Itukan pilihanmu pergi ke Lotte World.Siapa yang suruh?"Sewot Taehyung,ia diam sejenak sebelum melanjutkan bicara lagi.
"Oh ya aku bertemu dia lagi."
Jimin terburu menegakkan tubuhnya memasang pendengaran nya baik baik.
"Siapa?wanita aneh itu?"Taehyung membalasnya dengan anggukan pasti.
"Aku bertemu dengannya tadi,lagi.Tapi hari ini dia sangat berbeda."Ingatan Taehyung berputar pada kejadian tadi sore bersama Zain.
"Apa dia terlihat lebih cantik hari ini?"
"Tidak,penampilannya masih sama seperti sebelumnya.Hanya saja sekarang ia tak takut padaku.Ia tak lagi kaku seperti yang sudah lalu."Senyum terpatri pada wajah Taehyung hanya dengan mengingat bahwa hari ini ia bercanda dengan Zain.Berdua.Tidak hanya dirinya saja yang membuat lelucon seperti biasanya.
"Kau mencintainya?"Taehyung tersentak pertanyaan frontal Jimin.Kemudian jemari panjangnya digunakan kembali untuk menyentil dahi Jimin.Si pemilik dahi mengaduh.
"Berhenti menyakiti dahiku.Kalau nanti aku bodoh bagaimana?"
"Kau sekarang sudah bodoh tak akan berpengaruh jika ku sentil berkali kali dahimu.Bicaramu sudah semakin melantur.Seenak jidatmu saja menyimpulkan aku mencintai gadis itu."Taehyung mendengus kesal.Jimin balik protes.
"Jangan salahkan aku kalau berpikiran seperti itu.Akhir akhir ini kau kan suka bercerita padaku tentang gadis itu."Jimin tak kalah merengut.Sementara Taehyung mulai merasa tersudut.
"Benarkah seperti itu?"Ia pura pura sok lugu membuat Jimin memutar bola matanya.Taehyung menampilkan cengiran khasnya.
"Aku akui,aku sering menceritakannya padamu.Karena dia itu baik,aneh,dan terkadang lucu.Tapi aku benar tak mencintainya."Taehyung mengangkat jarinya membentuk lambang peace.Tapi gelang di tangannya membuat Jimin salfok.Taehyung biasanya memakai aksesoris branded.Namun gelang itu hanya gelang yang sangat sederhana.Dan sepertinya tidak dijual di Korea.Atau lebih tepatnya buatan sendiri.Jimin jadi tertarik memakainya.
"Gelangmu unik sekali.Boleh aku meminjamnya?"Mata Jimin berbinar mengharap pada Taehyung.
Manik hazel itu bergulir pada benda di pergelangan tangannya.
"Tak boleh."Mutlak Taehyung membuat Jimin pundung.
"Kau pelit sekali.Apa itu dari seseorang spesial sehingga ku pinjam saja tak boleh?"
"Aku berjanji pada pemiliknya akan menjaga gelang ini.Jika kau pakai nanti akan bertambah longgar.Tanganmu kan gempal."Ngeles aja kau Tae Tae hyung.
"Ku pikir kau sudah buta.Aku punya 6 roti sobek diperutku.Dan kau bilang tanganku gempal?itu tidak masuk akal."Sanggah Jimin tak terima di sebut gempal.
"Sudahlah park mandilah sana.Tubuhmu bau."Taehyung mendorong Jimin bangkit.
"Ya ya,tuan Taehyung yang wangi.Kau baru saja bertemu gadismu jadi tidak bau sepertiku."Jimin terkikik menuju kamarnya.Taehyung hendak berlari menjitaknya namun diurungkan.Ia menatap gelang ditanganya.

'Benar.Mungkin bukan cinta melainkan suka.'

                               ~•~

      Jimin berjalan dengan kesal.Jin lagi lagi memerintahnya.Ia harus mengembalikan tempat makanan milik tetangga sebelah.Padahal hari ini moodnya sedang menurun namun justru di tambah turun lagi.Jimin berdiri didepan pintu rumah yang dituju.Membunyikan bel beberapa kali.Sampai ia mendengar langkah kaki yang sedikit tergesa mendekati pintu.
"Ada yang bisa saya bantu?"
Jimin memutar tubuhnya yang semula membelakangi pintu.Mata sipitnya membulat.
"Noona Kai."Antusiasnya dengan binar mata yang semakin nampak dengan sangat jelas.
"Oh...Park Jimin?"Tebak Zain.Dan perkiraannya tak meleset.Walau wajah itu tertutup masker namun Zain tetap mengetahuinya.Karena hanya Jimin yang memanggilnya dengan sebutan Noona Kai.
"Kau tinggal disini Noona Kai?"
Zain menganggukkan kepalanya.
"Ada apa kau kesini?"
Jimin mengangkat sesuatu di tangannya.
"Aku ingin mengembalikan ini.Terima kasih."Senyumnya riang sembari menyerahkan tempat makanan ke Zain.Zain menerimanya dan mengangguk.Semula ia bingung karena ia mengantar makanan kerumah Taehyung bukan Jimin.Tapi setelahnya ia ingat bahwa Jimin satu grup dan dorm dengan Taehyung.
"Bisa kita berbincang?Aku sedang tak mood berada dirumah."
"Kau ingin masuk?"Zain justru balik bertanya.
"Oh tak usah duduk di bangku itu saja.Ku pikir udara segar bisa membantu otakku refreshing lebih cepat."Jimin berjalan menuju bangku panjang yang ada di halaman depan.Disusul Zain yang mengekor di belakangnya,masih membawa barang yang baru saja diserahkan Jimin.Mereka berdua duduk bersama di bangku dengan jarak pemisah antara keduanya.
"Tahu kau tinggal disini.Aku setiap hari kesini dan langsung mengajakmu ngobrol tanpa harus sibuk mengetik kata kata dalam pesan.Kesannya seperti orang bodoh."Jimin menertawakan dirinya sendiri.Zain juga ikut tertawa.
"Aku juga baru menyadarinya."Timpal Zain masih ada sedikit tawa yang ia keluarkan.
Suasana terasa damai tanpa rasa canggung.Pembicaraan saling bersahutan ria diselingi candaan dari keduanya.Setelahnya diam sejenak tak ada yang berkata kata.
"Terima kasih."Jimin membuka suara.
"Terima kasih untuk apa?"
"Kau mau menjadi temanku.Dengan tulus."
"Sama sama.Dan terima kasih juga untukmu."
"Untukku?"Jimin menunjuk dirinya sendiri.Zain tersenyum dan mengangguk.
"Kita baru kenal beberapa hari.Tapi kau selalu sedia mendengar apapun yang ku bicarakan.Kesannya aku cerewet padamu."
"Aku kan juga sering cerewet padamu.Aku rasa aku yang terlalu sering bercerita padamu."Sanggah Jimin.
"Ceritamu itu seperti motivator,asal kau tahu.Perjuanganmu dan grupmu memang sangat menakjubkan.Bagaimana yang nothing menjadi something.Dari yang zero menjadi seorang hero."
"Jangan pernah memujiku seperti itu.Nanti aku terjatuh karena terlalu kebesaran kepala."Ia tertawa membuat Zain juga ikut melakukan hal yang sama.
Jimin menatap obsidian Zain membuat manik Zain jadi terfokus pada Jimin.Dalam hati kecil Jimin ia ingin waktu berhenti berputar untuk saat ini saja.Ia masih ingin melihat kilauan mata itu.Tatapan lembut yang berhasil membuatnya luluh,namun sekaligus menjadi penyemangat baginya.Bisakah ia egois dan memiliki Zain sekarang?
Namun sepertinya harapannya itu tak akan berjalan dengan sangat mudah.Karena nyatanya Jimin tak bisa egois dan tak akan bisa.

                            






Selamat malam minggu para readers tercinta❤.
Akhirnya Imam dari Negri Para Oppa update lagi.

Semoga bisa mengobati rindu readers yang menantikan lanjutan ff ini.
Dan juga semoga dapat menghibur readers yang bernasib jomblo seperti author di malam minggu ini😀.

Hmmm...makin ngelantur omongannya author.Intinya sih semoga suka dan jangan lupa beri vote atau komennya.

#Sekian dan terima kasih
#Salam dari WahyuTel😘

Imam Dari Negri Para OppaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang