Bandara Soekarno-Hatta sangat ramai seperti biasanya.Zain membuntuti Irham dan ibunya serta sekumpulan orang dengan koper besar menyusuri ubin demi ubin menuju tempat check in.Hari ini Irham akan meninggalkan Indonesia lagi.Dia akan pergi ketempat sama yang beberapa bulan lalu ia kunjungi.Yups, Korea Selatan.Irham lagi lagi mendapat tugas memandu turis disana.
"Jaga dirimu baik baik disana ya nak.Makan dengan benar dan hati hati dalam memilih makanan.Jaga kesehatanmu, jangan sampai sakit." Arin menggenggam bahu putranya yang sudah cekikikan sejak tadi.
"Bu, aku di Korea hanya memandu turis selama seminggu bukannya kuliah selama bertahun tahun.Ibu sangat berlebihan sekali.Dan lagi seharusnya ibu dan Zain tak perlu mengantar ku kesini.Aku terlihat manja sekali.Irham sudah besar bu." Rengek Irham karena ibunya yang terus memaksa ikut mengantar ke Bandara dan lebih parahnya wanita tua itu mengajak Zain ikut serta.Bukankah itu menambah kadar malu Irham?
Bukannya sebuah jawaban halus yang Irham terima, ia justru mendapat jeweran ditelinga kiri yang membuatnya memekik kesakitan.Refleks Zain tertawa kecil melihatnya.
"Ibumu ini khawatir kau kenapa napa.Secara kau akan pergi ke ngeri orang.Korea itu memiliki cuaca yang berbeda dengan disini.Ibu takut kau tak terbiasa dan jatuh sakit.Dan lagi Korea bukanlah negara yang diisi dengan mayoritas orang orang yang seiman dengan kita.Jadi bagaimana ibu tak was was jika perutmu akan terus terjaga dari makanan mengandung babi maupun khamr?" Serungut Arin pada Irham yang hanya menggelengkan kepalanya seraya tersenyum.
"Ibuku sayang, tidak akan terjadi apa apa padaku.Aku sudah terbiasa dengan cuaca disana, bukankah sebelumnya aku pernah kesana juga.Dan untuk urusan makanan, aku akan berusaha menjaga perutku.Akan kuputari Korea supaya mendapatkan makanan halal." Irham menangkup pipi ibunya dengan kedua tangan,berusaha meyakinkan Arin agar tak perlu khawatir akan keadaanya di korea.
"Kau pandai sekali merayu ibumu ini."Akhirnya segaris senyum terukir pada wajah Arin.Putra semata wayangnya itu sungguh membuatnya gemas sekali.
"Sudah ya bu aku pamit dulu.Jangan sampai Irham diprotes Jaky karena terus terusan berada disini."Irham menatap bergantian antara ibunya dan Zain.
"Irham pamit bu, Zain.Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsallam."Jawab mereka serempak.Langkah Irham baru saja meninggalkan tempat ia berdiri semula, namun interupsi Zain yang menyebut namanya seketika membuat langkah selanjutnya terurung.Irham menoleh kebelakang menatap tak mengerti Zain yang tengah bermain dengan ujung kerudung yang ia kenakan.
"Emmm aku hanya ingin memberitahu mu jika kau merasa ragu akan kehalalan makanan disana,datangilah restoran Tuan Hyun Bi didekat sungai Hangang.Beliau dan istrinya seorang muslim." Terangnya malu malu.Irham menjawabnya dengan anggukan pasti.
"Terima kasih dan sampai berjumpa satu pekan kemudian."Langkah lebar itu ia bawa berjalan beriringan dengan seulas senyum yang masih tersemat.Arin tertawa tertahan melihat interaksi antara putranya dan Zain.Huh, ia jadi tak sabar membuatnya keduanya memiliki hubungan yang sah.Sementara itu Zain menatap punggung Irham dalam diamnya."Bisakah aku berhenti merindukannya?Bisakah kau membawa rindu ini bersamamu?"
~•~
Tuan Hyun bi sedikit terkejut ketika tujuh orang bermasker memasuki restorannya tiba tiba.Mata tuanya menelisik satu persatu dari ketujuh sosok itu, sampai ia mendapati sepasang iris hazel yang terlalu familiar dalam pandangannya.
"Taehyung?"Lirihnya membuat yang dipanggil namanya menyipitkan kedua matanya karena tersenyum.
"Apa kabar Hyun ahjussi?" Sapa Taehyung ramah pada pria si pemilik restoran.
"Baik.Bagaimana dengan kabarmu dan teman temanmu?" Senyum Tuan Hyun Bi gantian beralih pada keenam pria yang datang bersama Taehyung.
"Seperti yang anda lihat kami juga baik baik saja."
"Tumben kau tidak sendirian kesini?"
"Huh mereka yang memaksa ikut makan malam disini.Yang padahal aku ingin mencari ketenangan disini, dengan kedatangan mereka semua pasti rusuh." Gerutunya dengan mata yang merotasi malas.Lalu satu jitakan di kepala ia dapatkan dari Suga.
"Kau itu yang biang rusuh." Sewotnya masih mempertahankan ekspresi dingin seperti biasa.
"Woah tempat ini tidak berubah ya.Aku serasa bernostalgia kembali." Hoseok menurunkan letak maskernya lantas bergumam setelah kedua bola matanya meneliti setiap sudut restoran yang masih belum berubah semenjak pertama kali bangtan menjejakkan kaki disana.
"Kau benar Hoseok hyung.Aku sangat ingat saat kita menertawai wajah kepedasan TaeTae hyung ditempat ini.Ah disitu." Tunjuk Jungkook pada sebuah bangku yang berada ditengah tengah restoran.Ada sedikit tawa yang ia sisakan.Hatinya menghangat mengingat sepenggal memori indah dimana ia dan rekan rekannya masih menjadi seorang rookie.Belum memiliki jadwal sepadat sekarang.Masih bebas pergi kemanapun tanpa harus selalu memikirkan penyamaran.
"Kalian benar benar menyiksaku waktu itu." Taehyung bersungut sungut mengenang kejadian beberapa tahun lalu tepat dimana ia jadi bahan nistaan mereka berenam.
"Tapi ekspresi mu saat itu sungguh lucu.Andai aku sudah se evil sekarang pasti akan ku abadikan dan kusebar ke media." Itu Jimin yang tergelak cukup keras tak memperdulikan wajah Taehyung semakin tidak enak dilihat.
"Kalian ini ribut sekali.Kita kesini untuk makan bukan membuat rusuh.Ahjussi bisakah kau buatkan kami makanan?" Tutur Namjoon pada Tuan Hyun Bi dengan sopan.
"Tentu saja.Kalian ingin memesan apa?"
Namjoon melihat papan menu yang berada tidak terlalu jauh dari tempatnya berdiri.Sedikit menimang nimang makanan apa yang sedang ingin ia santap.
"Aku memesan....."
"Dwaeji ahjussi." Cepat Jimin dengan menampakkan cengirannya.
"Dan juga jokbal ." Tambah Jungkook yang mengangkat telunjuknya ke udara persis seperti anak tk.
Namjoon mendesis kesal dan juga pasrah akan kalimatnya yang dipotong secara tiba tiba.
"Plakkk.."
"Aduh hyung sakit." Pekik Jimin dan Jungkook bersamaan.Lagi lagi tangan Suga beraksi, dan sasarannya adalah kepala belakang dua maknae itu.
"Hyung kenapa kau menyerang kepala kami, nanti kami bodoh kau mau bertanggung jawab eoh?" Jimin masih menelusur kepala belakangnya sedikit protes juga kepada Suga.Mereka tak melakukan kesalahan apapun, tapi kenapa pemuda pucat itu menggeplak kepala mereka.
"Kalian berdua itu sudah bodoh.Entah entah sudah idiot.Kalian tak lihat tulisan didepan? Ini restoran muslim, tidak menjual babi.Yang benar saja kalian memesan Dwaeji dan Jokbal disini.Besok besok kenapa tak sekalian membeli snack di toko perabot rumah tangga." Seperti biasa kata kata suga sungguh pedas dan terasa menohok.Jimin dan Jungkook hanya merengut mendengar Suga berceramah, sementara yang lain tertawa puas.Apalagi Taehyung, tawanya bahkan mendominasi seluruh restoran.Suga meliriknya tajam.
"Kenapa kau tertawa?kau mau memesan babi juga hah?Memesanlah dan akan ku geplak kepalamu." Sarkas Suga pada Taehyung.Terlalu hafal akan tingkah Taehyung yang tak jauh berbeda dari Jimin dan Jungkook.Yang disindir menggeleng cepat hingga nampak begitu lucu dilihat dengan bibir yang mengerucut keatas.
"Aku sudah tahu ini restoran muslim.Aku sering kesini jadi aku tahu semua itu." Jawabnya dengan penuh percaya diri.Seolah membanggakan diri sendiri.Namun saat para member bangtan mulai lengah dan sibuk menentukan makanan yang akan dipesan, Taehyung merapatkan tubuhnya kepada Tuan Hyun Bi.Mendekatkan bibir tebalnya pada telinga Tuan Hyun Bi.
"Memang muslim itu tidak makan daging babi ya ahjussi?" Bisiknya samar sekali untuk menghindari member bangtan mendengar apa yang ia katakan.Ia tak mau harga dirinya hancur setelah sebelumnya membuat dirinya merasa tinggi selangit.Tuan Hyun Bi tertawa kecil akan pertanyaan Taehyung.Pemuda itu benar benar lucu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imam Dari Negri Para Oppa
FanfictionCover by @MartaaYD_ "Tuhan selalu punya cerita indah, tentang bagaimana cinta dipersatukan. Antara tasbihku dan salibmu, Ada sebuah keajaiban. Bernama hijrah untukmu. Assalamualaikum Oppa. Selamat datang calon imamku, Pada cintaku dan indahnya agama...