Ruangan terasa sendu dengan bersimpuhnya Zain diatas sajadah pada tengah hari yang terik.Tangannya tengadah keatas selayaknya adab untuk berdo'a pada umumnya.Lagu lagi Zain tak punya tempat lain untuk mengadu selain pada tuhannya.Kedua matanya berkaca setiap penggalan kalimat tadi berngiang dalam kepalanya.
Sakit sekali.Sungguh.Melihat seseorang yang memiliki posisi tersendiri dalam hati diberitakan menjalin hubungan dengan wanita lain.
"Ya Allah, aku tak tahu kemana harus mencurahkan segala resahku selain kepada Mu.Kaulah yang maha mendengar dan kaulah yang maha tau atas segala sesuatu tentang hambamu.Kuatkanlah hatiku Ya Allah.Berikan hambamu ini keikhlasan menerima semuanya.Bahwasanya dia memang bukan seseorang yang kau takdirkan untuk hamba."Tanpa disadari air mata itu jatuh satu tetes diatas telapak tangannya.Suasana terasa semakin memilukan.
"Maafkanlah hamba jikalau terbutakan oleh perasaan ini dan berharap tinggi terhadapnya.Kini hamba tahu bagaimana sakitnya berharap kepada selain keagungan Mu.Sakit sekali.Hamba tahu mungkin ini adalah salah satu cara Mu untuk menegurku bahwa cinta yang ku simpan untuk dia adalah salah."Zain merasakan hatinya nyeri kembali.Begitu dalam hingga air matanya semakin kerap berjatuhan.
"Ya Allah, aku memang tak bisa mencintainya seperti Khadijah mencintai rasulullah.Aku hanya bisa mencintainya dalam diam layaknya Fatimah terhadap sayyidina Ali.Namun jika perasaan ini memang tak pernah kau ridhoi.Bantu hamba untuk mengikhlaskan perasaan ini pergi.Bimbing hamba untuk mencintai seseorang dengan benar dan pada orang yang benar."Kesedihan sudah tak terbendung lagi.Air mata mengalir tanpa bisa dikendalikan.Hingga menghadirkan isakan isakan memilukan pada akhir do'a tersebut.Zain tak pernah merasakan dhuhur sesedih ini.Ia biarkan tangisnya tercurahkan.Tak peduli lagi jika ada orang yang mendengarnya."Krieettt....."
~•~
Pada ruangan yang terbuka lebar pintunya, Zain duduk menghadap Irham.Air matanya sudah ia hapus semenjak Irham mengucapkan salam tadi.Namun matanya yang memerah tetap mencuri perhatian pria dihadapannya.
"Kau menangis?"
Zain mengusap kedua matanya untuk kesekian kali.Lalu ia menyematkan senyum pada wajahnya yang nampak sedikit kacau.
"Ah aku tadi baru saja berdo'a dan aku menangis karena do'a itu.Apakah aku terlihat cengeng?"Zain masih sempat tertawa.Tapi percayalah tawa itu terlihat begitu menyakitkan bagi Irham.Ia tak tahu kenapa merasa demikian.Hatinya yang merespon demikian.
"Menangis kepada Allah bukan hal yang bisa membuat kita disebut cengeng.Itu adalah sebuah bukti bahwa hati kita memang dekat dengannya."Tutur Irham dan Zain mengangguk.Sebenarnya ia tahu semua itu hanya saja memberitahu Irham tentang Taehyung bukanlah hal yang tepat untuk saat ini.
"Kenapa kamu bisa ada disini kesini?"Zain berusaha mengalihkan pembicaraan seraya melipat mukena yang baru ia lepas.
"Aku kesini hanya untuk memberitahumu aku harus kembali bekerja.Siang ini temanku sedang ada jadwal memandu turis tapi berhalangan hadir karena istrinya melahirkan anak pertama mereka dan aku disuruh menggantikannya.Tapi aku akan datang lagi dan menjemputmu nanti."Terang Irham sedikit terburu.
"Tak usah.Kau tak usah menjemputku.Aku tak mau merepotkanmu."Zain menggeleng keras.
"Tapi aku ingin melakukannya.Pukul berapa kau pulang kerja?"Cepat Irham.Zain masih enggan menjawab.
"Pukul sepuluh."Sedikit lama ia berpikir sampai memberikan jawaban singkat itu pada Irham.
"Baiklah aku akan datang kesini lagi nanti.Aku pamit dulu."
Irham sudah akan beranjak dari duduknya menghadap Zain, tapi ia urungkan.Hingga kini ia berjongkok dihadapan Zain.
"Kenapa tak lekas berangkat?kau bisa terlambat."
Pria itu tak menjawab hanya meletakkan ibu jari dan telunjuknya pada masing masing sudut bibir.Lantas menariknya keatas mengisyaratkan agar Zain tersenyum.Dan benar saja gadis itu menampakkan kurva manis yang diharapkan Irham.
"Wassalamualaikum."Setelah melihat Zain tersenyum,Irham segera melangkah pergi.Hatinya telah melega melihat senyum Zain.
"Wa'alaikumsallam." Zain memandangi kepergian Irham masih dengan senyuman tertahan.Pria itu tak pernah gagal membuatnya tersenyum~•~
Irham tidak pernah main main dengan ucapannya.Tepat pukul sepuluh ia berdiri didepan cafe.Zain yang baru saja keluar dari tempat itu terkejut melihat kehadirannya.
"Kau benar benar datang?"
"Aki diajarkan sejak kecil bahwa jika berjanji maka harus ditepati.Aku telah berjanji padamu tadi dan sekarang aku ingin menepatinya."
Entahlah Zain tersenyum mendengar penuturan Irham.
"Hmmm baiklah aku akan membantumu menepati janjimu.Mari pulang."Senyum Zain semakin melebar bersamaan dengan kakinya yang mulai melangkah.Irham mencoba mensejajarinya.Berjalan disamping Zain hingga nampaklah keduanya begitu serasi dipandang mata.
"Bagaimana dengan pekerjaanmu tadi?apakah berjalan lancar."Zain berusaha mengulik topik sederhana tersebut agar dapat mengurangi kesunyian pada keduanya.
"Alhamdulillah lancar."Singkat Irham dan keduanya pun kehilangan pembicaraan lagi.Zain menunduk sibuk memperhatikan jalan sembari berpikir ingin membicarakan apalagi dengan Irham.
"Hey sudahlah jangan berpikir terlalu keras untuk mencari topik." kepala Zain menegak demi melihat sekilas Irham yang tengah tersenyum geli kearahnya.Ah Zain nampak malu sekali.
"Kenapa aku berpikir bahwa kau tak berubah sama sekali.Kau masih sama polosnya dengan bocah yang dulu sering mengajakku mencuri mangga."Tawa Irham justru membuat tundukan Zain semakin dalam.Ia benar benar malu.
"Dengan begitu mungkin cara tuhan membuatku tetap nyaman denganmu meski berpisah cukup lama."Lanjut Irham lagi, Zain hanya diam.Namun pikirannya kini sedang berkecamuk.
"Irham...."Lirihnya dengan tatapan yang mengarah pada trotoar yang sedang ia susuri.
"Hmmm"
"Apakah kau ikhlas dengan perjodohan kita?" Langkah zain berhenti begitupun dengan Irham.
"Perjodohan ini bukanlah hal yang buruk.Insyaallah aku ikhlas atasnya.Meski perlu waktu untuk menerimanya, tapi aku percaya jika memang semua ini adalah takdir, kita akan menemukan kebahagian didalamnya.Suatu saat kita akan menemukan titik terang dalam hubungan ini."
"Ta..pi a..pa..kah ka..u men..cinta..i..ku?"Zain terbata.Kalimat singkat yang begitu susah ia utarakan, namun ia penasaran apa jawabannya.
"Aku sedang mengusahakannya.Kau adalah wanita yang kelak akan di amanahkan kepadaku.Dan aku ingin menjagamu dengan cinta.Aku mencintaimu bukan karena nafsu atau tekanan dalam perjodohan ini.Melainkan karena Allah." tutur Irham apa adanya.Zain terdiam, berfikir.
"Kalau begitu ajari aku mencintaimu karena Allah."~•~
Gugusan putih turun dari cakrawala gelap diatas sana.Perlahan. Sebelum pada akhirnya menumpuk menutupi segenap tempat dimana ia jatuh.Taehyung memandangi salju yang tengah turun dipekarangan dormnya.Jendela yang terbuka membuat angin musim dingin masuk kedalam kamarnya.Taehyung tak peduli.Ia tetap berdiri tegak disana.
Gelang serut pada pergelangan kirinya kini objek ia berpusat.Memperhatikan benda itu lekat.Ia jadi teringat lebih jauh akan seorang gadis yang memberinya gelang tersebut.
Malam ini berbeda dari biasanya.Bukan karena cuaca yang semakin memburuk.Melainkan suasana hatinya yang semakin tidak menentu.Setiap malam ia merasakannya namun malam ini rasa itu semakin membuat Taehyung serasa melemah.Kepalanya mendongak merasakan hawa sejuk membelai wajah tampannya.Kedua hazel miliknya beralih menelisik angkasa.Namun tetap saja ke sudut manapun ia memandang, yang ia rasakan tetaplah sama.Lembaran putih bergaris mulai terisi rangkaian huruf hangul yang tercipta dari tinta hitam pena Taehyung.Kalimat demi kalimat mulai terbentuk.Huh, Taehyung tak pernah mengerti kenapa ia melakukan semua itu.Menulis sebuah diary?itu bukan dirinya sama sekali.Tapi kecamuk perasaannya malam ini menuntun ia untuk melakukannya.Tujuannya satu agar sedikit ruang hatinya melega.Setidaknya dalam tulisan tersebut apa yang tengah ia rasakan tercurah dengan sempurna.
Taehyung memandangi sejenak tulisan dihadapannya.Menghela nafas sejenak lantas merobek kertas pada halaman terakhir buku.Yang ia lakukan selanjutnya adalah melipat kertas tersebut menjadi sebuah pesawat kertas sederhana.Dengan sedikit senyuman ia merapat ke jendela yang sebelumnya menjadi tempat ia berdiri.Taehyung telah berada posisinya menatap bergantian cuaca bersalju diluar sana dengan pesawat kertas ditangannya.Sedikit dorongan keras dari tangannya pesawat kertas tersebut meluncur keluar jendela.Taehyung tahu dengan sangat jelas bahwasanya apa yang sedang ia lakukan adalah hal yang bodoh.Apa yang bisa ia harapkan pada pesawat kertas tersebut?Akankah pesan dalam lipatan tersebut dapat tersampaikan?Tentu tidak.Tapi itulah satu satunya cara Taehyung membebaskan perasaanya.Meski pesawat kertas tersebut nanti berakhir tertimbun salju tapi setidaknya sepotong keresahan Taehyung tertuang disana.Taehyung tak perlu sendirian merasakan sesuatu yang mengganjal hatinya itu.
Taehyung beranjak mendekati ranjang membiarkan pesawat kertas yang baru saja ia lepas mengudara diantara benda putih yang jatuh dari langit.Aku tak tau ungkapan ini akan sampai pada siapa.Entahlah jikalaupun harus berakhir tertimbun salju dingin, aku tak peduli.Aku hanya ingin mengutarakan perasaanku saat ini.Mungkin aku sedikit gila karena menulis diary, tapi tetap akan kuceritakan sedikit tentang dia.Dia siapa?tentu saja yang menjadi alasan aku menulis semua ini.Dia adalah si gadis aneh yang ku temukan dalam ketidaksengajaan.Dia memang aneh selalu berlari saat melihatku tapi entah kenapa setelah mengenalnya aku merasakan sebuah kenyaman .Dia yang membuatku melakukan hal hal yang tak pernah terpikirkan olehku sebelumnya.Pergi ditengah latihan demi menemuinya,menunggunya selesai ibadah dan merayunya setiap kali bersama.Perlu ku beri tahu dia adalah wanita pertama yang mendapatkan gombalan dariku.Jangan lupakan juga tentang aku yang selalu berkeinginan bertemu dengannya.Selalu.Dan aku masih tak tahu kenapa melakukan semua itu.Aku tak terlalu mengerti apakah aku mencintainya atau tidak.Tapi sekarang dia berada jauh dariku dan aku merindukannya.Benar aku merindukannya.
Senyum terkembang dengan sangat hangat.Mungkin bisa menetralisir hawa dingin yang tengah berkubang disekelilingnya.Ia tak pernah menyangka pesawat kertas yang mendarat diatas salju dibawah kakinya bisa membuat senyumnya menghangat seperti ini.Ia simpan pesawat yang sudah ia bongkar lipatannya tersebut kedalam saku jaket.Sekali lagi ia tersenyum.Musim dinginnya akan segera berakhir.
Assalamualaikum Chingu,
Imam Dari Negri Para Oppa update lagi.Maaf kalau makin gaje aja dan masih terdapat typo😀.WahyuTel ucapin terimakasih pada kalian readers tercintanya aku buat 10k dibaca dan 1k dukungan suara untuk Imam Dari Negri para Oppa😊.Sungguh aku terharu atas pencapaian ini😭😭.Ini ff pertamaku yang masih acak acakan dan jauh dari kesempurnaan tapi kalian semua masih menghargainya dan memberi dukungannya.Sekali lagi terima kasih untuk kalian semua😭😘.
Dan seperti biasa WahyuTel mohon dukungannya.Vote maupun komen dari kalian semua.
Sekian dan Terimakasih
#Salam WahyuTel untuk semua readers Imam Dari Negri Para Oppa.Saranghaeyo😍💜.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imam Dari Negri Para Oppa
FanfictionCover by @MartaaYD_ "Tuhan selalu punya cerita indah, tentang bagaimana cinta dipersatukan. Antara tasbihku dan salibmu, Ada sebuah keajaiban. Bernama hijrah untukmu. Assalamualaikum Oppa. Selamat datang calon imamku, Pada cintaku dan indahnya agama...