Part 15

702 124 27
                                    

Another update untuk hari ini, karena aku takut besok aku nggak bisa publish part ini... 😆 (Author need refreshing)
Dan seperti biasa.. aku minta maaf kalau ada kesalahan kata atau ketik..
Dan yang terakhir, ditunggu komennya..
Maaf, kalau part ini kepanjangan 😅
.
.
.
.
.
.

Minhyun menatap bingung ke arah tuan mudanya yang duduk terdiam seorang diri di tengah ranjangnya.. Wajahnya pun terlihat sembab seperti baru saja berhenti menangis..

"Tuan muda.. Tuan muda kenapa??" tanya Minhyun sambil berjalan mendekati ranjang

Jaehwan menatap Minhyun sambil memasang wajah memelas..

"Sudah mandi belum??" tanya Jaehwan dan Minhyun mengangguk menjawab pertanyaannya

Ia memang baru saja kembali dari boutique dan juga mall bersama nyonyanya.. Dan setelah membersihkan diri, Minhyun bergegas kembali ke pekerjaannya semula untuk menjaga tuan mudanya..

"Benar sudah mandi?? Ini seragam baru kan?? Nggak bau keringat kan??" tanya Jaehwan yang memberi kesan menjengkelkan

"sudah, tuan muda.. Saya baru saja bersih-bersih dan segera kesini, takut kalau-kalau tuan muda butuh sesuatu.."

"Hyung peluk..." pinta Jaehwan yang langsung beranjak ke tepi ranjang lalu melempar tubuhnya ke pelukan pelayan pribadinya

"Tu-.. Tuan muda, kenapa??"

Seketika jantung Minhyun berdetak lebih kencang dan cepat dari biasanya.. Mengingat ucapan Nyonya Kim saat bersama dengannya di restoran, Minhyun seolah mendapat sebuah harapan untuk balasan cintanya..

Dan dengan sikap Jaehwan yang seperti ini, Minhyun merasakan ada keinginan bahkan perasaan yang mengharapkan, apa yang ia inginkan dapat terkabulkan..

"Tahan dirimu, Minhyun-ah.. Jaehwan masih dan mungkin hanya menganggapmu pelayan pribadinya.. atau mungkin bagian dari teman kecilnya yang mampu untuk menjadi sandarannya..." pikir Minhyun sambil tetap terdiam dan hanya membalas pelukan Jaehwan dengan mengusap-usap punggungnya

"Tuan muda kenapa??" tanyanya lagi

"Sewoon memarahiku, hyung.. Memang aku salah ya kalau menelponnya berkali-kali..."

"Maksud tuan muda menelponnya berkali-kali??" tanya Minhyun mengulang kembali perkataan Jaehwan

"Iya,.. Seperti biasa, hyung.. Sewoon tidak mengangkat panggilan telponku.. Dan.. aku terus menelponnya.. sekalinya dia menjawab, dia memarahiku.."

"Apa seperti ini hyung rasanya memiliki seorang pacar yang sibuk?? Jihoon hyung dan tukang rotinya terlihat baik-baik saja.. Bahkan mereka sering pergi bersama.. Mudah juga untuk Jihoon menelpon tukang roti itu.. Tapi kenapa.. Aku dan Sewoon sepertinya sulit sekali..."

"Tuan muda sabar ya.. Mungkin karena profesi Sewoon yang menjadi sosok seorang public figure, ia jadi sedikit sulit untuk dijangkau..."

"Tapi apa harus memarahiku?? Membentak-bentak aku??"

Minhyun mencoba memberi jarak pada pelukan mereka dan Minhyun menatap mata Jaehwan.. Ingin sekali ia mengusap, menghapus air mata di wajahnya..

"Hobi membentak,.. Tapi sekalinya dibentak, cengeng... Dasar Jaehwan.." gurau Minhyun dalam hati

"Hyung.. Aku nggak salah kan menelpon Sewoon berulang kali??"

"Nggak, Tuan muda.. Tuan muda nggak salah..."

"Aku nggak mau angkat kalau Sewoon menelponku..!!" kata Jaehwan setelah ia melepas pelukannya

Baru saja Jaehwan selesai berbicara, handphonenya berdering, menerima sebuah panggilan masuk yang datang dari Sewoon...

[END] Meet & FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang