Sebuah Misi
•••
Guntur melirik jam yang ada di ruang rapat OSIS. Hampir pukul tiga sore dan rapat masih belum menemukan titik terang. Sedari tadi, dia sudah berusaha untuk menyuarakan ide-ide cemerlang agar rapat lekas berakhir. Namun, banyak sekali yang hendak dibahas Renard.
Badannya terasa penat. Guntur ingin segera pulang dan merebah. Ada bayang-bayang yang membuat tidur Guntur tidak nyenyak. Bayangan akan kehilangan Gesna. Bukan cuma Pelangi sebenarnya, dia juga sangat tidak siap untuk kehilangan Gesna. Cewek itu adalah zona nyamannya. Dan Guntur belum siap melangkah dari hal yang membuat nyaman hanya untuk mencari yang belum tentu ada.
"Jadi gini, gue boleh ngomong nggak?" tanya Naraya sembari menoleh ke yang lain dan dibalas dengan anggukan.
Guntur mulai memperhatikan Naraya. Cewek yang menyelamatkan perut penghuni rapat dengan membawa pisang goreng hangat dan kopi, mulai membelanya.
"Kalau menurut gue, rapat itu harus efisien. Untuk hal-hal yang nggak perlu perdebatan, ya, nggak usah diperpanjang lagi. Kayak lo, Tur."
Cewek itu menunjuk Guntur.
"Lo udah benar. Ini udah saatnya go digital, kalau lo mau bikin pembukuan OSIS pakai Excell, silakan. Simpan di Google Drive. Yang perlu tinggal di-share. Kalau sekolah mau lihat versi cetak, tinggal lo print. Atau sekalian, sekarang kan udah banyak ya aplikasi kas online, pakai itu aja. Biar transparan, berapa saldo kita. Ya, kali hari gini lo bawa-bawa buku utang."
Guntur mulai tersenyum. Ini yang dia maksud dari tadi.
"Terus masalah media komunikasi. Menurut gue, kita perlu dua. Yang pertama, grup kecil buat kita dan yang kedua, buat menampung info atau pesan atau aspirasi atau apalah dari pihak luar. Grup kecil sih terserah mau dibikin di WA, Telegram atau Line."
"Tapi kalau untuk yang kedua, kayaknya Line At sih yang cocok. Kenapa Line At? Soalnya bisa diadmin sama beberapa orang terus bisa broadcast message buat followers. Jadi, kalau ada pengumuman penting OSIS tinggal broadcast aja sebelum ditempel di mading atau share di sosmed OSIS."
Pengurus lain masih diam mendengarkan Naraya. Guntur mengangguk-angguk setuju. Harusnya beberapa keputusan memang tinggal ditetapkan saja oleh ketua, perkara beberapa orang yang tidak memiliki aplikasi itu hanyalah urusan remeh. Jika pengurus itu benar-benar mau bekerja, tentu harus merelakan beberapa memori di ponselnya dihapus untuk mengunggah aplikasi tersebut.
"Untuk Progja. Gue yakin semua pasti kasih ide yang terbaik buat ngangkat nama sekolah. Ini anak PMR ada mau Dwi Lomba, anak KIR ada mau PIKIR, kami Pespel juga mau bikin Lomba Panjat Tebing, belum lagi kita mau bikin Festival Musik. Kenapa nggak disatuin aja? Yang jadi panitia tetap anak-anak organisasi itu. OSIS nggak acak-acak kepanitiaan mereka, tapi ..."
KAMU SEDANG MEMBACA
MATAHARI API
Teen FictionHidup Gesna berubah. Dia yang biasanya petakilan dan tertawa membahana, mendadak galak dan jutek kalau ketemu Adit. Pasalnya cowok yang diam-diam menyeramkan itu juga aneh, berubah jadi receh dan sok akrab ke Gesna. Keanehan lainnya adalah Guntur, s...