Pyjamas Party
•••
Lonceng kecil berwarna emas yang tergantung bergemerincing kala Gesna mendorong pintu kafe. Sembari melangkah masuk, matanya menyapu sekitar dan menemukan dua sahabatnya di kursi pojok.
"Lama banget, bemo!" gerutu Naraya sedangkan Asri hanya tertawa. "Lo jalan apa ngerayap?"
Gesna memonyongkan bibir tanggapi Naraya. "Macet, Nay. Lagian kenapa mesti di kafe ini, sih? Nggak sekalian kalian ngajak meet up di pinggir Selat Sunda?"
Di meja berbentuk bundar yang bergaya lawas, sudah ada dua cangkir minuman dan kudapan ringan. Naraya menyesap cappuccino miliknya. "Ge, kita tuh mesti ngelihat dunia. Lo musti tahu kalau dunia tuh luas. Jangan mainnya di situ-situ aja," balas Naraya dengan tangan bergerak memperagakan bentuk lingkaran.
"Ya, lo memang tukang jalan," sahut Gesna sembari menyisir rambut pendek Naraya ke arah depan menjadi poni. "Nah, udah cocok. Naraya si petualang."
"Dora kali, ah. Mau ke mana kita?"
"Ke pantai," jawab Gesna dan Asri menirukan Dora.
"Mau ke mana kita?" ulang Naraya.
"Ke pantai!" Gesna dan Asri masih menjawab pertanyaan Naraya kemudian tertawa. Asri menyodorkan menu ke Gesna. "Udah, pesan dulu, gih. Baru habis ini bahas mau ngapain kita."
Naraya terlihat mencibir. "Gaya lo, Bocah! Lo yang paling nggak bisa ikutan apa-apa ya. KTP nggak punya, SIM pun tak ada."
"Kayak lo punya KTP aja," ujar Asri tidak mau kalah.
"Seenggaknya kami punya SIM walaupun KTP nggak tahu kapan jadinya. Ya, nggak, Ge?" Naraya meminta persetujuan Gesna.
Gesna hanya mengangguk sambil membaca menu. Selama ini memang Asri nggak bisa leluasa mengikuti mereka dugem, karena masih berumur lima belas tahun lebih sedikit. Kepintaran Asri membuatnya duduk di kelas sebelas pada umur yang sangat muda.
"Gue pengin dugem sih sebenarnya," ujar Asri pelan, melamunkan umurnya yang belum bisa apa-apa.
"Eh, Ge... Gue tadi ngelihat Guntur," potong Naraya seolah itu adalah kabar penting.
"Jangan, entar lo tua sebelum waktunya." Gesna tersenyum kecil ke Asri. Setelah memesan segelas capuccino, dia yang sangat penasaran dengan kabar Guntur, mencoba bertanya dengan santai. "Gimana tadi, Nay? Lo tadi lihat Guntur di mana, sama siapa?"
Naraya menyengir tipis. Seolah menunggu kalimat itu dari tadi. "Kepo banget apa kepo aja?"
"Biasa aja." Gesna mencomot kentang goreng Naraya agar tidak terlihat canggung. Selama ini, tidak ada satu pun yang tahu bagaimana perasaannya kepada Guntur dan Gesna ahli dalam menyembunyikan hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MATAHARI API
Novela JuvenilHidup Gesna berubah. Dia yang biasanya petakilan dan tertawa membahana, mendadak galak dan jutek kalau ketemu Adit. Pasalnya cowok yang diam-diam menyeramkan itu juga aneh, berubah jadi receh dan sok akrab ke Gesna. Keanehan lainnya adalah Guntur, s...