7. Ayam Bakar Madu

1.7K 164 39
                                    

Ayam Bakar Madu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ayam Bakar Madu

•••

Gesna mengerjapkan mata, sekitarnya terang sekali. Ia melihat sekeliling. Bias-bias matahari yang terhalang gorden masih berusaha masuk ke kamarnya. Rupanya matahari sudah tinggi pantas saja perutnya keroncongan dan tidurnya terganggu.

Dia menyibak selimut. Kepalanya terasa pusing dan berputar, sampai harus menyeret kaki ke kamar mandi untuk membasuh muka. Namun, hidungnya membau sesuatu. Gesna mengendus baju yang dikenakan. Ya ampun bau sekali, seperti bau sampah!

Setelah mandi, Gesna memaksakan diri turun ke dapur. Melewati anak-anak tangga yang susunannya tidak berubah, dan kelengangan yang menjadi kebiasaan. Dia membuka kulkas untuk mencari amunisi andalan saat lapar dan terjepit.

Yah! Mi instan habis. Gesna mendesah pelan lalu meraih telur, berniat membuat omelet yang ringkas dan mudah. Sampai ada suara langkah kaki di belakang, kepalanya menoleh.

"Ngapain?" tanya Guntur yang datang dengan membawa Tupperware.

"Bikin omelet," jawab Gesna mengembalikan pandangan ke kompor. Dia tahu siapa penolongnya semalam. Dalam ketidaksadaran dan selubung gelap, dia dapat merasakan kehadiran Guntur.

"Nggak usah, ini dari Mamah." Guntur mendekat ke arahnya, mengambil telur dan mengembalikan ke kulkas. Cowok itu bergegas mengambil piring dan menariknya duduk. Tupperware ungu itu dibuka. "Ayam bakar madu kesukaan lo. Makan, gih."

Gesna terdiam. Ini memang sudah saatnya makan siang. Jam dinding di dapur yang berhubungan dengan ruang makan menunjukan pukul dua siang. Gesna pun sudah lapar berat tapi perlakuan Guntur membuatnya kenyang.

"Kenapa?" Guntur mengedikkan dagu dan dijawab Gesna dengan gelengan. "Ya udah, makan buruan. Samaan sama gue."

Melihat dia tidak juga bergerak, Guntur kemudian bangkit menempatkan nasi di dua buah piring dan menaruh satu piring di hadapannya.

Ayam bakar madu. Di saat Gesna merindukan kehadiran seorang ibu, hanya Mamah yang sangat perhatian. Mamah sampai hafal makanan kesukaan Gesna, rutin memasak untuk mengiriminya saat weekend. Mamah bahkan tahu pekerja pulang hari yang bertugas di rumahnya tidak datang pada Sabtu-Minggu.

"Buruan, Gege. Nanti nasi lo dingin. Isi tenaga dulu lo sebelum gue ceramahin," ujar Guntur yang sudah mengunyah nasi dengan santai berikut lalapan.

Gesna hanya menunduk, memainkan butir nasi di piring. Dia tahu kalau Guntur akan menasehatinya lagi, hari ini.

"Doa dulu lo," seru Guntur bawel. "Oh, iya. Gandhi mana? Kok nggak kelihatan?"

Cowok itu menaruh sepotong dada ayam ke piring Gesna.

"Pergi."

Gesna menukar potongan dada ayam yang diberikan Guntur dengan potongan paha bawah. Dia sedang tidak selera makan.

MATAHARI APITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang