41. Perubahan Berarti

747 117 50
                                    

(OST

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(OST. Dance Monkey - Tones and I. Cover by. Chaz)

•••

Perubahan Berarti

•••

"Biasa aja lihatnya, jangan kayak kambing lihat rumput," ujar Adit meniru ucapan Gesna, tadi siang. Dia tersenyum puas saat bisa menjelaskan apa yang sedari tadi menjadi alasannya naik ke lantai dua dan mencari Gesna. Membaca segala gunjingan di Lambe School membuat Adit geram dan langsung mengirimkan peringatan melalui pesan.

Seperti yang pernah Adit tanyakan kepada Gesna, tidak ada yang boleh mengganggu ratunya selain dia. Mengganggu Gesna berarti berniat mengganggu dia juga. Adit tinggal menunggu, jika dalam beberapa jam akun itu kembali mengunggah berita sedangkan peringatannya diabaikan, berarti orang di balik akun itu memang memiliki nyali terlampau tinggi. Atau bosan hidup. Atau ingin mati dan berniat menantangnya.

Adit melirik ke samping. Muka cewek itu masih tampak terperangah dengan penjelasan panjang Adit barusan. Tak lama, Gesna berdengkus terkekeh, menertawainya. "Biar gue tebak. Nilai bahasa Indonesia lo pasti delapan?"

Alis Adit menaik, dahinya berkerut. Dia lalu tertawa. Ada urusan apa dengan nilai bahasa Indonesia? "Sembilan. Kenapa?"

Gesna mencibir. Ada gabungan ekspresi tidak percaya dengan ekspresi menyesal sudah bertanya. "Pantesan, lancar amat mengarang indahnya. Iya, dah, percaya. Sombong bet yang nilai Bindo sembilan."

"Eh, nggak maksud sombong lho," ralat Adit. Dia memang menyebutkan itu refleks saja sebagai jawaban. Tidak terselip ingin pamer sedikit pun. Lagi pula, untuk apa sebuah nilai dipamer-pamerkan? Tidak ada gunanya.

Mereka kembali memandang ke bawah. Efek Rumah Kaca sudah menyelesaikan pertunjukan, berganti dengan bintang tamu satunya lagi, Fiersa Besari. Adit melirik jam digital di sebelah kiri atas ponsel. Pukul sembilan malam. "Makan, yuk," ajaknya.

"Makan apa?"

"Rumput aja biar kayak kambing," tukas Adit yang langsung dibalas dengan pukulan Gesna. "Mukul terus, Non. Cita-citanya mau jadi petinju, ya?"

"Garing pasti, nih. Garing," potong Gesna berniat mengejek.

"Enggak, ah." Adit menggeleng sambil menarik lengan Gesna, mengajak cewek itu berdiri dari kursi dan berjalan turun dari lantai dua. "Petinju, 'kan? Soalnya hati aku udah babak belur gitu sama kamu."

Kaus basah terlipat yang sedang dipegang Gesna, langsung dijejalkan ke muka Adit. "Non," protes Adit menarik kaus yang ada. "Aku udah pernah bilang kayaknya, jangan kasar-kasar. Nanti aku cium."

MATAHARI APITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang