62. Waktu Malam Itu

158 15 15
                                    

(Ost

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Ost. Believer - Imagine Dragons)

•••

Waktu Malam Itu

•••

Adit bergegas melangkah naik ke arah paling atas tribun penonton, tempat sosok tersenyum itu berdiri tegak sambil melipat tangan di dada. Sudah beberapa kali Adit menonton pertandingan basket dan dia tidak pernah melihat Beny ada di sini. Mengapa kali ini anak itu ada di sana dan mengirimkan senyum penuh ancaman seolah menertawakan keadaan Gesna?

Sialnya, Adit mesti melawan arus dari kerumunan penonton yang hendak berjalan turun dari atas sehingga dia beberapa kali harus menyelip-nyelip. Penonton di tribun atas banyak yang turun ke bawah untuk menyaksikan penganugerahan piala secara dekat. Seperti tahu kalau Adit menuju ke arahnya, Beny malah mundur dan berjalan menuju arah lain.

Tidak bisa seperti ini, Adit akhirnya memilih menjauhi tangga, berjalan ke arah tempat duduk dan melompat naik ke arah tribun atas melalui barisan tempat duduk.

Adit ingin tahu maksud senyuman Beny. Mereka bukan teman biasa yang bisa saling lempar senyum tanpa maksud. Semenjak awal kepindahannya, ketika pukulan Adit terlepas dan membuat gigi Beny patah, cowok itu memusuhinya. Selalu mencari pasal dan menjelek-jelekkan Adit.

Bukan Adit tidak tahu. Adit tahu itu. Namun, Adit juga sadar kalau itu bagian dari kesalahannya juga. Gigi orang dewasa tidak bisa tumbuh dua kali, Adit tidak bisa mengganti gigi Beny yang patah dan rasa malu juga ejekan yang diterima Beny. Jadi, selama ini, Adit membiarkan Beny berlaku seperti itu agar merasa impas. Akan tetapi, kelakuan Beny makin lama makin kelewatan.

Saat kelas kosong, Adit pernah memergoki salah satu orang dekat Beny sedang membuka tasnya diam-diam seperti hendak mengambil atau menaruh sesuatu. Namun ketika Adit tangkap dan tanyai, orang itu malah tidak mengaku. Padahal jelas-jelas Adit menemukan bungkusan aneh berisi bubuk putih di dalam tasnya.

Beny tentu ada maksud jelek kepada dia. Apalagi Adit tahu kalau Beny juga pemakai narkoba. Cepat atau lambat, anak itu pasti menargetkan pembalasan kepada Adit. Semenjak kejadian tersebut, Adit tidak pernah membawa tas lagi ke sekolah. Bekal belajarnya hanya buku yang ditinggal di laci meja sekolah.

Akan tetapi, Adit tidak bodoh untuk menanggapi perilaku Beny. Dia tetap berusaha abai dan tidak terpancing. Karena kalau sampai Bara dan Miko tahu apa yang sudah dibikin antek-antek Beny terhadapnya, tentu saja dua sahabatnya itu akan dengan senang hati mengajak perang terhadap komplotan Beny. Mereka berdua bahkan menjuluki Beny dengan istilah 'Si Anjing'**.

Begitu Adit berhasil sampai di tribun atas menyusul jejak Beny, dia langsung meraih bahu anak itu dan mendorongnya ke arah dinding.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 26 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MATAHARI APITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang