31. Kantin Kelas Dua Belas

471 76 21
                                    

(OST

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(OST. Risalah Hati - Dewa 19. Cover by Fourtwnty)

•••

Kantin Kelas Dua Belas

•••

Saat Adit mengajak ke kantin kelas dua belas, Gesna sudah tahu risiko kedatangannya. Bagaimanapun kakak-kakak kelas itu tentu masih ingat apa yang dia dan Naraya buat terakhir kali saat berkunjung ke sana. Adit saja ingat bagaimana dia menantang Fiska.

Iya. Gesna menantang mantan kapten pemandu sorak tersebut untuk threesome karena menuduh dia dan Naraya sebagai pasangan lesbi. Sejak saat itu, Fiska tidak pernah muncul di lapangan basket lagi. Jikapun ada, cewek itu melihatnya dengan tatapan setajam katana. Menyerupai sorot mata Nenek Lampir yang penuh dendam.

Satu sisi, Gesna juga lagi malas ke kantin Pespel. Dia malas mesti berpura-pura tidak memiliki masalah dengan Naraya. Anak-anak kantin tersebut terbiasa akan keributan dia dan Naraya. Mereka bisa mengendus hal janggal jika Naraya mendiamkannya.

Gesna akhirnya memilih mengikuti langkah Adit, menuju kantin yang ada di sisi berbeda dari kantin-kantin lain. Ketika Adit datang bersama dia, banyak mata yang melirik. Pandangan ingin tahu sangat kentara dari para cewek. Mungkin mereka penasaran tetapi tidak berani mengganggu.

"Mau makan apa?" tanya Adit ketika duduk.

"Adanya apa aja?"

Adit mulai menyebutkan beberapa menu mulai dari makanan berat hingga camilan ringan. Gesna mengangguk. "Indomie rebus aja, deh. Tadi, nggak sempat sarapan," pilih Gesna.

Setelah memesan, Adit kembali duduk. "Kenapa nggak sarapan?"

Gesna mengangkat alis. Serba salah apakah harus jujur atau tidak. Sebab dia juga sulit tidur, tadi malam. Dadanya berdebar terus. Ketika bangun pun, Gesna buru-buru mandi dan bergegas. Tentu saja tidak sempat sarapan. "Hampir telat juga."

Cowok di sampingnya itu mengangguk-angguk. Tampak tidak peduli oleh perhatian sekitar yang mengarah ke mereka, sedang Gesna sudah merasa seperti terpidana kasus pembunuhan.

Pesanan sampai, Gesna terdiam melihat mangkuk di hadapan. "Lupa bilang nggak usah pakai sayur," keluhnya sambil memingkirkan sawi.

"Sawi doang, Non." Adit mengamati Gesna dan sayur yang dia sisihkan. "Nggak bakal mati kalau dimakan."

Gesna berdecak dan memulai makanannya. Sepintas, bisikan-bisikan tentang dia dan Adit semakin terdengar. Obrolan yang membicarakan orang memiliki frekuensi berbeda dari biasa, Gesna dengan mudah menangkap itu.

"Orang-orang ini," desis Adit tanpa menoleh, hanya fokus ke mangkuknya sendiri. "Melihat kita kayak apa aja. Nggak pernah lihat orang pacaran apa?"

MATAHARI APITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang