1. Diam-diam

2.4K 183 79
                                    

Diam-diam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Diam-diam

•••

Jika bagi setiap manusia, tidur adalah kebutuhan penting untuk mengistirahatkan tubuh, tetapi bagi Gesna, saat ini, tidur adalah satu-satunya cara untuk bisa lari dari pikiran yang semalaman bergerak gelisah. Bayangkan saja, dia kembali pukul tiga dini hari dan ketika memejamkan mata, otaknya masih saja memikirkan perkataan Guntur. Dia tidak benar-benar tidur.

"Ah, mana pingsan ini?! Woy, Ge... Gege!" 

Gesna merasakan sebuah tangan menepuk-nepuk badan. Tepukan itu juga datang ke pipi bertubi-tubi seperti memaksa Gesna untuk bangun. Padahal, Gesna belum lama bisa pejamkan mata setelah mengosongkan pikiran. Dia mengucek mata, terganggu.

"Kan, ini sih bukan pingsan," seru Asri yang berseragam olahraga dan duduk di bangku yang ada di samping ranjang UKS.

"Ada apaan, nih?" tanya Gesna memperhatikan sekeliling. UKS  tiba-tiba jadi ramai. Ada Asri, Guntur, dan Renard. Padahal, tadi, dia hanya datang bersama Naraya dengan cita-cita luhur sejagat raya yaitu tidur.

Ditanya seperti itu, Naraya malah terlihat menahan tawa dengan memegangi perut. Cewek itu belum menjelaskan kenapa Asri, Guntur dan Renard ikut bergabung. Oh, iya, ada satu lagi yang luput dari pandangannya tadi, ada Adji —kakak kelas yang akrab dengannya dan Naraya— di sini.

"Bagaimana kabar kalian? Sehat?" tanya Renard memperhatikan Naraya dan dia. Renard memang termasuk orang-orang yang Gesna undang ke kelab, kemarin malam. Cowok itu juga saksi bagaimana keangkeran Naraya juga kondisi terakhir dia.

"Aman," jawab Naraya singkat.

Guntur mulai berdiri. Badannya menjulang setinggi kolam renang dewasa. Telapak tangan sebesar globe yang tadi menepuk-nepuk muka Gesna kini mulai menjitak kepala. "Gue pikir beneran pingsan tahu! Dia kan semalam berat banget. Bikin khawatir aja sih, lo," ujar Guntur.

Gesna hanya berdecak dan menepis serbuan tangan Guntur. Dirinya sedang tidak ingin dibercandai. Perdebatan dengan Guntur tadi malam membuatnya malas berbicara dengan cowok itu. 

Menyadari dia mendadak jutek kepada Guntur, senyum miring khas Naraya terlihat, dan cewek itu yang menjelaskan duduk perkara. "Sori. Tadi, karena Gege ngantuk berat, kami ke UKS. Terus gue lapar tapi malas ke koperasi jadi nitip beliin roti sama adek kelas yang lewat. Gue bilang aja ada yang pingsan. Eh, kenapa jadi panjang begini ceritanya?"

Asri bergeleng-geleng. "Ya, panjang, Nay. Adek kelas yang lo suruh itu, langsung ke kantin buat kasih tahu kalau Gege pingsan. Memangnya lo pada pulang jam berapa?" tanya Asri. Meskipun diajak mereka berdua tadi malam, Asri menolak.

"Jam tiga," balas Gesna. Setelah berdebat dan menolak dipapah Guntur, dia memilih ikut Naraya pulang dan tidur di rumah teman sebangkunya itu. Rumah Naraya yang tidak ada siapa-siapa lebih aman daripada rumahnya. Gustav bisa saja belum tidur saat dia pulang.  Lagi pula, menginap di rumah Naraya cukup terjamin. Ukuran seragam mereka sama, Gesna bisa meminjam seragam sekolah Naraya.

MATAHARI APITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang