20. Bukit Rahasia

463 60 5
                                    

(Ost

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Ost. The Only Exception - Paramore. Cover by. The Macarons Project)

•••

Bukit Rahasia

•••

Hari semakin redup. Adit sudah berulang kali mengajak Gesna pulang tetapi cewek itu sangat keras kepala dan tidak mau pulang. Adit benar-benar bingung harus berbuat apa. Selepas minum yoghurt tadi, mereka duduk di taman depan.

"Ya kali, kita nginap di taman, Non. Digrebek Satpol PP nanti." 

Adit menghadap ke cewek yang sedari tadi duduk bersila di samping. Cewek itu masih menutup mata sambil menikmati angin dingin yang berembus ke arah mereka. "Nyokap lo juga pasti khawatir anak ceweknya nggak pulang-pulang."

"Bodo," gumam Gesna berdengkus kecil.

Adit mengamati sekeliling. Pengunjung taman berangsur-angsur pulang. Jam tangan menunjukan pukul setengah enam. "C'mon, Gesna. Jangan kayak anak kecil, deh. Bentar lagi magrib, Non." 

Adit beranjak dari tempat duduk dan berdiri. "Gini deh, lo ke Bandung ini niatnya apa?"

"Lihat Gandhi." Gesna membuka mata, memandang pepohonan hijau di sekitar yang mulai menggelap karena senja.

"Ya udah, balik ke niat aja. Lo mau lihat Gandhi. Apa pun yang terjadi," tekan Adit. "Mungkin sekarang dia udah bangun dan cari lo."

"Gandhi udah balik ke rumah." Gesna sudah tahu itu dari pesan yang dikirim pengasuh kepadanya. "Gue malas ke rumah mama."

"Terus?"

"Terserah, pokoknya gue nggak mau ke rumah mama!" sanggah Gesna. Rahangnya ketat, mukanya benar-benar serius. Tidak hari ini atau entah kapan. Pokoknya dia tidak akan menginjakkan kaki di rumah itu.

Adit menendang batu kecil. Kenapa dia berada di permasalahan ibu dan anak ini? Dengan menghela napas lelah, diajaknya Gesna pergi. "Terserah lo, deh. Cabs, yuk." 

"Ke mana?" Gesna ikut bangun dan membuntuti Adit. Bagaimanapun jika ditinggal Adit, dia akan sulit berpikir dan tidak tahu mau ke mana.

"Udah, lo santai di boncengan aja, Non." Adit bergegas memacu kendaraaan meninggalkan Jalan Cisangkuy. 

Di luar dugaan, Adit mengajaknya ke Alun Alun Bandung. Mereka tiba bersamaan dengan adzan magrib. "Ikut nggak?" tanya Adit sehabis memarkirkan motor.

MATAHARI APITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang