30. Mrs. Aditya

839 129 47
                                    

(OST

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(OST. Magic - Coldplay)

•••

Mrs. Aditya

•••

Dirasa cukup, Adit mengembalikan gitar kepada anak yang ikut duduk di antara mereka. Anak itu memakai baju berwarna keabuan dengan leher yang sudah melebar. Rambutnya seperti rambut jagung, mungkin karena sering terpanggang matahari.

"Namanya siapa?" tanya Adit sambil menunduk, sejajarkan tinggi dengan sang pengamen.

"Iduy, Bang."

"Iduy? Nama lo, Yudi?"

Pengamen kecil yang bernama Yudi itu mengangguk.

"Tapi lo nggak suka judi, 'kan?"

Gesna langsung menyikutnya. Adit berpura-pura mengaduh sambil menggenggam kembali jemari Gesna.

"Nggaklah, Bang. Bagus Iduy nabung buat beli gitar." Yudi menggeleng pasti. Adit memberi selembar uang berwana kemerahan yang diterima Iduy dengan mata berbinar. "Ini buat Iduy semua, Bang?"

Adit mengangguk, mengiakan ketidakpercayaan barusan. Cowok itu tersenyum sambil mengusap kepala Yudi. "Suara lo bagus, Duy. Rajin-rajin latihan vokal sama gitar. Gue yakin, lo pasti bakal sukses."

"Iduy cuma punya gitar ini aja, Bang. Ini juga punya Abah."

Mata Adit menyorot dengan penuh haru. Bibirnya tersenyum kembali sembari memegang kedua bahu Yudi. "Sabar dan jangan nyerah. Jadi orang hebat itu nggak mudah."

Gesna dapat melihat Yudi mengangguk antusias. Ucapan Adit barusan memberi api semangat dan anak itu langsung tersenyum riang. Meninggalkan mereka dengan melambaikan tangan.

Adit memeriksa ponsel sekilas untuk melihat waktu. "Udah jam sepuluh. Pulang, yuk?"

Setelah Gesna mengangguk, cowok itu menggenggamnya sepanjang jalan. Menyusuri lorong temaram yang mulai lengang. Parkiran mulai sepi. Tukang parkir juga entah ke mana.

Adit sudah akan menghidupkan motor ketika menyadari satu hal. Cowok itu kembali turun, menuju ban depan dan berlutut memeriksa.

"Kenapa?" tanya Gesna ikut menunduk.

Adit hanya diam, lalu menoleh ke kanan dan kiri. Tubuh itu langsung berdiri kemudian matanya menyapu keadaan sekitar secara jeli, seperti mencari sesuatu.

"Bannya robek," ujar Adit mengedikan dagu ke arah yang dimaksud. "Kalau dari sobekan, ini ada yang bikin."

Gesna menunduk, mengamati ban yang kempes. Ukuran sobekan yang besar tentu membuat siapa pun tahu kalau itu bukanlah akibat dari sebuah paku. Sobek parah itu tidak bisa ditambal.

MATAHARI APITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang