(Ost. Sweet Disposition - The Temper Trap)
•••Lebih Dekat
•••
Adit menoleh ke cewek yang mendadak tegang di samping. "Buruan bayar. Mbak kasirnya nunggu tuh."
Ia menjawil hidung Gesna lalu berbisik, "Di kantong kiri hoodie lo. Mau lo yang ambil atau gue yang rogoh?"
Gesna tidak tahu bahwa Adit melihatnya menggenggam dompet curian. Terlihat dari kaca yang ada di belakang mereka, saat Adit menoleh tadi.
Adit memang menemukan hal ganjil dari kepedulian Gesna yang tiba-tiba. Tiada angin tiada topan. Dan kecurigaannya terbukti.
Gesna membuang napas pasrah. Gagal! Ia gagal. Tangan kirinya meraih dompet Adit dan mengembalikan ke pemilik. Di luar dugaan, Adit tidak menerima. Hanya memintanya membayar, "Bayar gih. Buka aja."
Kasir mulai tidak sabar. Melihat hal itu, Gesna nekat membuka dompet yang berukuran sejengkal. Tempat uang yang terbuat dari kulit itu terlipat dua. Sebelah kanan berupa deretan kartu dan ada sebuah sekat. Sedangkan sebelah kiri ada dua buah sekat. Dari sekat kiri terlihat jejeran kertas berwarna merah, Gesna mengambil sesuai kebutuhan dan memberikan ke kasir.
Setelah transaksi selesai, Adit mengambil kantong yang sudah disiapkan kasir. Gesna mengikutinya keluar dari toko baju. Sampai di luar, Gesna kembalikan dompet sambil menyeringai. "Sori, gue iseng aja tadi."
Bukannya diterima, cowok itu malah berjalan santai dan bernyanyi iklan sebuah pusat perbelanjaan, "Kerja lembur bagai quda. Sampai lupa orang tua. Oh, hati terasa durhaka. Maksud hati bahagiakan orang tua. Apa daya dipalak preman. Sungguh kejam itu preman."
Adit lalu meliriknya. "Eh, bukan dipalak ini sih. Dirampok sama dompet-dompetnya."
Tersindir, Gesna menepuk kepala Adit dengan dompet berwarna hitam bertuliskan merek terkenal. "Ini gue balikin, Bajuri. Nggak usah lebay."
Adit tetap mengelak dengan keras kepala.
"Ambil gih. Nanti beneran gue rampok baru tahu rasa," ancam Gesna.
"Dompet aja yang dirampok? Hati Abang enggak?" Adit mengedip genit membuat Gesna pura-pura muntah. "Rampok aja. Lo tau sisa isi dompet gue. Mau ngerampok kok recehan."
Saat membayar tadi, Gesna jadi tahu berapa sisa uang yang ada. Tapi tetap saja jumlah itu lumayan untuk pegangan di dalam dompet.
"Lo memang biasa bawa duit banyak ya, Dit? Bahaya bege." Gesna menyusul langkah Adit. "Bagusan cashless."
"Nggak ah, biasanya nggak banyak. Kan kemarin niatnya mau jalan sama lo, jadi gue nyiapin uang. Siapa tahu gue dipalak. Eh tahunya bukan dipalak lagi, dirampok." Adit menyindir.
KAMU SEDANG MEMBACA
MATAHARI API
Teen FictionHidup Gesna berubah. Dia yang biasanya petakilan dan tertawa membahana, mendadak galak dan jutek kalau ketemu Adit. Pasalnya cowok yang diam-diam menyeramkan itu juga aneh, berubah jadi receh dan sok akrab ke Gesna. Keanehan lainnya adalah Guntur, s...