43. Kepastian Yang Menyakitkan

443 68 26
                                    

(OST

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(OST. Fiersa Besari - Garis Terdepan)

•••

Kepastian Yang Menyakitkan

•••

Guntur tidak tahu harus bereaksi apa saat kembali ke tenda dan menemukan sepiring udang di hadapan. Pilihan lainnya adalah ikan lele dan itu tersaji di depan Joceline. Berusaha berpikir tenang, Guntur menarik napas. "Kok udang? Tadi kan pesan ayam."

"Habis ayamnya," jawab Joceline yang berada di seberang. "Kenapa? Nggak suka, ya?"

Guntur mengangguk. "Aku nggak makan udang."

Raut Joceline berubah. Cewek itu terlihat berkecil hati. "Aku nggak tahu," sesalnya berusaha menukar piring. "Mau ikan lele aja?"

Meja itu lantas diselimuti kekakuan dikarenakan Guntur juga menggeleng, menolak ikan lele. Dia tidak makan udang juga ikan lele sampai kapan pun. Ini bukan karena Guntur tidak menghormati pilihan Joceline. Sulit untuk menjelaskan kepada orang yang tidak paham.

Tiba-tiba, sebuah tangan menarik piring udang yang ada dan menukar dengan sepotong ayam goreng.

"Pas banget," sela Gesna sambil menyengir ke arah Guntur. "Gue tiba-tiba pengin udang, Gun. Barter dah, ya. Lo kan baik hati lagi rajin menabung."

Senyum tanpa dosa Gesna masih saja terlukis meski sudah meninggalkan mereka. Guntur memandangi ayam itu dengan perasaan yang mendadak ramai. Dia tersenyum, dan ketika Guntur mengangkat kepala, pandangannya bertemu dengan tatapan kecewa Joceline.

"Ya, udah. Yuk, makan," ajak Guntur mulai meraih ayam dari Gesna.

Sekian lama bersahabat dengan Gesna, dia tahu kalau kejadian tersebut hanyalah alasan cewek itu untuk membantunya. Gesna masih Gesna yang lama, masih orang yang kadang mengesalkan, merepotkan tetapi juga setia kawan. Gesna akan menjadi orang yang ada di depan kalau sahabat-sahabatnya diganggu.

Ayam tadi menjadi ayam terenak di dunia yang pernah dimakan Guntur, meskipun rasanya masih kalah sama buatan Mamah. Memang sih ini bukan tentang rasa ayamnya, melainkan tentang perhatian yang masih tersisa.

Guntur tersimpul lagi. Walaupun perasaan yang ada tidak pernah bisa diutarakan, setidaknya persahabatan mereka akan tetap baik-baik saja hingga kapan pun dan itu sudah cukup. Guntur tidak mau meminta lebih. Diperhatikan dan diejek-ejek sebagai sahabat, itu sudah cukup. Direpotkan dan dipaksa-paksa oleh seorang Gesna juga itu sudah cukup.

Seperti hari ini, Gesna tiba-tiba menyantroni kamarnya pagi-pagi hanya untuk meminta ditemani ke toko alat musik.

"Gun, Gugun bangun."

Pintu kamar Guntur diketok-ketok. Guntur yang masih menggeliat hanya menyahut malas.

"Woy, pemalas amat lo jam segini masih rebahan?!" Gesna melangkah masuk ke kamar, duduk di samping tempat tidur. Cewek itu sudah mandi, memakai pakaian pergi.

MATAHARI APITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang