36. Janji Adalah Janji

444 80 53
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Janji Adalah Janji

•••

Adit masih tersenyum. Dia tidak keberatan dibilang besar rasa atau memiliki kepercayaan diri setinggi angkasa. Satu fakta membahagiakan datang langsung ke hadapan, kali ini. Fakta kalau Gesna menonton akustikan mereka di Instagram Miko.

Saat itu, mereka siaran langsung dari dua akun sekaligus. Akun Miko dan akun The Tahan Banting dengan memakai ponsel Miko dan ponsel dia. Setahu Adit, Gesna tidak mengikuti akun pribadinya juga akun band mereka sehingga dapat dipastikan kalau Gesna melihat dari Instagram Miko.

Komentar-komentar yang ada, baru dibaca Adit setelah selesai siaran langsung. Seperti kata Gesna tadi, dia memang banyak menemukan komentar seperti 'Rahim adek berkedut, Bang', 'Rahim adek hangat, Bang', 'Buahi aku, Bang', dan sejenis.

Jujur, dia sendiri tidak suka membaca komentar seperti itu. Cowok juga bisa risi. Para perempuan zaman sekarang memang aneh, tidak suka dilecehkan, tetapi tidak sadar kalau komentarnya melecehkan lelaki.

"Aku juga baru baca komentarnya waktu udah selesai live. Siapa juga yang kegeeran? Kan cuma tanya," jelas Adit masih tersimpul. "Sekarang, kamu makan, ya? Biar bisa istirahat."

"Kenapa memangnya kalau gue istirahat? Lo mau live IG lagi?" Cewek itu masih menyerang Adit dengan pembahasan yang sama.

"Kenapa sih dengan live IG? Kok kayaknya salah banget?"

"Ya, karena lo sok ganteng." Gesna melirik dengan pandangan tidak suka. Sorot mata cewek itu seolah muak akan kehadirannya.

Adit bergeleng sambil berusaha sabarkan hati. Piring tadi diambil kembali. "Makan, yuk. Udah mau setengah tiga."

"Nggak nafsu, lagi nggak kepengin makan ayam," tolak Gesna lagi.

"Jadi ... mau makan apa?" Adit lalu menaruh piring di meja. Memperhatikan wajah pacarnya yang meringis menahan sakit. "Apa yang sakit, Non?"

"Kuping! Kuping gue sakit dengar lo ngomong terus," sembur Gesna. Adit ini banyak tanya, bikin kesal. Stok mengesalkannya banyak sekali. Dulu belinya grosir atau gimana, sih?

Merasa Gesna tidak menginginkan perhatiannya, Adit memilih duduk di karpet. Dia bersandar di sofa yang diduduki Gesna sambil memangku gitar Gustav. Memetik pelan senar untuk mengisi keheningan antar mereka.

Ada sekitar sepuluh menit mereka tidak berbicara, sampai Gesna memanggilnya.

"Dit."

Adit menoleh, menjeda petikan di gitar.

"Gue pengin Cha-cha."

"Cha-cha?" ulang Adit heran. Dari semua jenis makanan yang ada, kenapa Gesna kepengin makan cokelat butiran kecil-kecil?

MATAHARI APITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang