33. Ayo Bicara

427 65 27
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Ayo Bicara

•••

Gesna menyeka kepala yang basah kuyup. Rambutnya bahkan seperti habis keramas. Matahari sore memanggang mereka di lapangan beserta perintah-perintah yang diberikan oleh pelatih.

Tadi sepanjang latihan, dia berhasil berakting pura-pura bahagia, mengolok Guntur sesekali juga menertawai yang lain. Porsi latihan hari ini lumayan kejam, membuat mereka kehausan setengah mati setelahnya.

"Edodoe, nggak nyangka datang juga Abang Guntur, hari ini. Mentang-mentang udah punya pacar, bisa banget pakai acara menghilang-menghilang," goda Riko kepada Guntur yang duduk di sisi kanan.

Guntur yang lagi meneguk minum hanya melirik Riko dengan malas.

"Ya, iya, dong. Kan tadi udah gue titip pesan sama kuncen barunya biar bujuk Guntur latihan," sahut Adrian percaya diri. Cowok itu memamerkan gigi sambil menaik-turunkan alis ke arah Guntur, penuh kode.

"Kuncen baru?" sela Ilham mengernyit tidak paham.

Adrian menepuk Ilham yang ada di sebelahnya. "Iya, kuncen baru, si Joceline. Soalnya Gege udah nggak sakti lagi buat nyuruh Guntur latihan."

Mereka tertawa-tawa sedangkan Gesna meringis, berusaha ikut tertawa dengan segala sesak. Dia berharap semoga wajahnya bisa diajak kerja sama lagi.

"Lo kenapa menghilang, Gun? Takut banget kali bakal kita mintain pajak jadian," ujar Gesna berusaha mengeluarkan nada riang.

"Mungkin karena lo sering bikin orang bangkrut, Ge. Lo paling banyak menuntut kalau minta makan-makan." Riko terkekeh nyaring.

"Ih, sori. Memangnya gue cewek apaan?" balas Gesna dengan menaikkan dagu.

Riko makin terpingkal dan merangkul Gesna. "Cewek jadi-jadian, Ge," tambahnya yang diikuti gelak dari yang lain.

"Sialan! Cewek tulen gue ini, cewek tulen!" Gesna mendorong bahu Riko agar cowok itu menjauh. "Lagian traktir makan-makan itu cara untuk didoain supaya langgeng tauk. Ya, nggak?"

Riko berdecak sambil mengelap muka dengan handuk. "Gue udah traktir kalian makan-makan tetap aja nggak langgeng."

Gesna menutup mulut dan berdiri menjauhi Riko. Dia ingin tertawa, tetapi waspada bakal ditoyor. "Ko, lo mau diketawain pakai cara apa, nih? Ketawa besar? Ketawa kecil? Ketawa syarii, apa gimana?"

Riko mengumpat, yang lain kembali tertawa. Mereka mulai berkemas-kemas untuk pulang. Satu per satu akhirnya meninggalkan sekolah. Gesna mendekati Guntur yang masih duduk di bangku semen pinggir lapangan. Dia harus bicara.

"Gun, sibuk nggak?" tanyanya yang terdengar seperti bisikan. Hatinya tiba-tiba gamang. Keinginan Gesna berubah maju mundur. Bicara atau tidak, ya?

Guntur menoleh ke arahnya sesaat lantas mengembalikan pandangan ke lapangan. "Kenapa, Ge?"

MATAHARI APITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang