54. Juru Kunci

506 83 29
                                    

(OST

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(OST. ATYPK - SO7. Cover by. Felix)

•••

Juru Kunci

•••

Gesna mendengkus, menyembunyikan gurat di bibir yang tiba-tiba tertarik sendiri. Ucapan selamat pagi dari Adit yang masuk ke ponsel baru dibacanya, dan membuat dia hendak tertawa.

Mr. A: Selamat pagi juru kunciku~ 🔐

Apa-apaan coba? Jelas itu adalah sindiran. Sebab, kemarin, Gesna benar-benar mengunci Adit kembali di kamar meski cowok itu menggedor pintu atau berulang kali menelepon. Pintu sendiri baru dia buka tiga puluh menit setelah itu, ketika Mbak selesai masak.

Tidak peduli Adit yang misuh-misuh, Gesna tetap masa bodoh. Toh, dia mengunci Adit supaya cowok itu beristirahat. Adit juga tidak marah. Sehabis Mbak pulang, mereka menonton dan makan siang bersama. Semua terasa cepat sampai Bara datang di sore hari untuk menjemput Adit.

Gesna: Juru kunci? Kuncen kali.

Mr. A: Abang tunggu sampai kering, Dek. Baru dibalas sekarang. 😭

Mr. A: Iya, kamu kan kuncennya aku.

Tadi, pelajaran Bu Muslicha, tentu Gesna tidak mau disuruh berdiri lagi di luar kelas karena ketahuan bermain ponsel. Kalau waktu itu Adit bisa menyelamatkannya, belum tentu bisa diselamatkan kedua kali dengam alasan yang sama. Guru tentu tahu modus murid-muridnya.

Dia menggigit bibir bawah saat membaca pesan Adit. Nilai bahasa Indonesia yang sembilan memang menjadikan orang pintar mengarang, ya?

Gesna: Terus? Kalau aku kuncen, kamu makam keramatnya? 🤪

Mr. A: Jahat banget pacarnya dibilang makam? 🥺

"Senyum-senyum mulu lo, kesambet apa gimana?" tegur Naraya sambil berdecak. Cewek  itu memasukkan buku dan peralatan menulis ke tas. Siapa yang membiarkan pena tetap di meja saat istirahat sama saja seperti merelakan benda itu hilang, pena tak bertuan adalah target emas para curanpen.

"Siapa yang senyum?" Gesna mengantongi ponsel, bangkit bersama Naraya. Mereka hendak ke kantin, seperti biasa.

"Masih terngiang momen kemarin?" dengkus Naraya sambil terkekeh kecil. Bibirnya terlihat mencibir. Mereka keluar dari kelas, berjalan menuju lorong sambung hendak ke gedung IPA.

"Momen apaan, gila?" Gesna bergeleng sambil menguncir rambut. Hanya di luar jam pelajaran, dia berani memperlihatkan undercut-nya. Dia dan Naraya pernah dibilang murid yang nakal hanya karena seorang guru melihat undercut bermotif di kepala mereka. Sejak saat itu, mereka selalu menggerai rambut untuk menutupi undercut jika sedang di kelas.

MATAHARI APITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang