Bersamamu membuatku mengerti akan rasaku sendiri.
~Abigail Khafiz Ar-Rahman~
☁️☁️☁️
Sepulang sekolah, Arshy tidak langsung pulang ke rumah. Ia harus menghadap kepala sekolah bersama dengan Abigail. Namun tidak seperti sebelumnya, kali ini ia meminta izin terlebih dahulu kepada bunda dan tentu saja abangnya. Awalnya Arshya tidak mengizinkan, alasannya hal itu akan menyita waktu kebersamaan mereka, tetapi setelah berdebat cukup lama, akhirnya Arshy bisa memberi pengertian kepada abangnya yang over protektif itu. Dan di sinilah mereka, di ruang kepala sekolah."Maaf sebelumnya, saya menyita waktu kalian sebentar. Karena ada beberapa hal yang perlu saya sampaikan," ujar kepala sekolah yang bernama Ibu violet itu memulai pembicaraan. "Tidak apa-apa kok, Bu. Kami mengerti," ucap Abigail berikutnya, sedangkan Arshy yang duduk di kursi samping Abigail hanya diam sambil memilin ujung jilbabnya. Ibu Violet tersenyum sebentar, lalu berucap, “begini ... pada awalnya Ibu memang cukup antusias dengan organisasi kalian. Karena, Ibu lihat organisasi kalian itu menuju ke arah positif. Dan yah, Ibu juga bisa melihat banyak prestasi-prestasi yang disandang oleh anak rohis. Namun, Ibu berfikir lagi. Jika kita lebih menonjolkan kegiatan rohis dari pada yang lain, kesannya sekolah kita ini sekolah islami seperti halnya MAN. Dan sekolah kita yang bertema SMA model ini pun tidak sesuai ketika lebih ditonjolkannya organisasi rohis," jelas ibu Violet panjang lebar, membuat Arshy mau pun Abigail menghela napas panjang.
Cukup lama untuk mencerna ucap kata ibu Violet hingga akhirnya Abigail angkat bicara, “maaf sebelumnya, Bu. Saya tau tidak ada kesesuaian diantara keduanya, tetapi semuanya dapat saja diatur, Bu." Ibu Violet yang mendengar sanggahan Abigail menggelengkan kepala pelan, “diatur bagaimana? Sekolah kita itu sekolah modern dan di dalamnya terdapat berbagai macam Agama. Bagaimana bisa disesuaikan dengan tema Sekolah Islami?" jelasnya dengan nada yang agak meninggi.
Yah, sebelumnya memang kepala sekolah sangat antusias dengan organisasi rohis. Hal itu terjadi karena beberapa bulan kemarin anggota organisasi tersebut menuai banyak prestasi. Hingga saat itu, SMA Pelita naik daun sampai ke manca negara. Baik dalam debat, hafiz Qur'an, murotal, atau prestasi apa pun yang menyangkut dengan keislaman. Namun saat ini, SMA Pelita menuai perbincangan tentang adanya ketidaksesuain tema dengan apa yang sangat ditonjolkan oleh SMA Pelita. Apa lagi, kini banyak kabar tentang terorisme yang dilakukan oleh pihak yang mengaku dirinya sang pejuang Islam. Sehingga, SMA Pelita dianggap sudah melenceng dari jalur standar sekolah Negeri pada umumnya, walau sebenarnya SMA pelita merupakan sekolah swasta.
Arshy yang tadinya diam saja, kini ikut berbicara, merasa bahwa hal ini tidak benar adanya. "Maaf sebelumnya, Bu. Saya mengerti betul jika Ibu mengkhawatirkan mengenai perbincangan orang-orang tentang sekolah kita. Mungkin mereka berpikir bahwa Islam itu kuno, kolot atau apalah itu. Sehingga rasanya tidak sesuai dengan sekolah modern dan umum seperti SMA Pelita. Namun ..." Ia menjeda ucapannya dan mendongak menatap kepala sekolah, “islam juga dapat menjadi modern sehingga kiranya bisa disesuaikan dengan tema sekolah kita. Orang-orang mungkin juga berpikir bahwa sekolah kita hanya mendahulukan satu agama saja, yaitu agama Islam, tetapi Bu ... bukankah mereka juga bisa membentuk organisasi agama seperti ini? Mereka saja yang tidak ingin melakukannya. Saya kira kita tidak perlu mendengarkan kata orang lain, karena saya tau betul sifat manusia. Mereka tidak akan pernah berhenti berkomentar sebelum mereka puas. Namun, apakah manusia akan merasa puas?" Arshy menjelaskan dengan penuh perasaan juga ekspresi, sehingga belum ada tanda-tanda bahwa ibu Violet akan menyanggahnya.
Dengan tenang, Arshy kembali berucap, "begini, Bu. Kenapa sekolah madrasah mampu menyelaraskan agama dan umum sedangkan sekolah umum tidak bisa menyelaraskan umum dan agama? Dan saya rasa organisasi dan ekskul di sekolah ini cukup menonjol. Seperti yang Ibu bilang, sekolah kita ini sekolah SMA model. Bahkan, organisasi rohis merupakan organisasi nomor 3 di sekolah ini sebelum Osis dan Pramuka. Komentar orang saja yang berlebihan. Ingat, Bu. Semakin meninggi sebuah pohon, semakin kencang angin meniup!" jelasnya panjang lebar, mungkin ini kalimat terpanjang yang pernah ia ucapkan.
Kepala sekolah yang mendengar penjelasan Arshy menarik nafas dan mengangguk-anggukkan kepala. Sedangkan Abigail tersenyum kagum dengan penjelasan darinya.”Setiap ucap katamu membuatku semakin kagum. Dan kekagumanku akan sifat dan tingkah laku serta tutur katamu yang diridhoi Allah merupakan definisi cinta bagiku,” batin Abigail.
☁️☁️☁️
Abigail dan Arshy sudah selesai dengan urusan mereka bersama kepala sekolah tadi. Mereka keluar dari ruang kepala sekolah dengan menghela napas panjang. Mereka berjalan berdampingan, tetapi sedikit berjauhan. Ada kecanggungan yang tercipta diantara keduanya.
"Pulang?" tanya Abigail tidak jelas, membuat Arshy menatapnya seolah bertanya 'apa?' "Ck, mau langsung pulang?" decak Abigail memperjelas perkataannya. Arshy yang sudah mengerti pun menjawab, “Gak, Kak. Kakak duluan aja. Aku masih ada kelas." Abigail yang mendengar jawaban Arshy berhenti sejenak, ia menaikkan alisnya. "Anak Aksel?" tanyanya. Namun, Arshy tidak langsung menjawab, dia mencerna terlebih dahulu pertanyaaan Abigail yang menurutnya kurang jelas. "Iya, Kak. Aku anak kelas Akselerasi," ujar Arshy setelah mengetahui maksud dari Abigail.
Sebenarnya Arshy senang terbalut perasaan tidak nyaman. Ia senang dapat mengobrol dengan Abigail, tetapi secara bersamaan tidak nyaman hanya berjalan berdua di koridor yang sepi. "Kak. Kalo gitu, aku duluan yah. Kelasnya bentar lagi mulai," pamitnya yang hanya di angguki oleh Abigail. Arshy yang melihat itu pun berlalu dari hadapan Abigail setelah sebelumnya memberi salam yang tentu saja dijawab oleh Abigail.
Mengenai Arshy, Arshy itu anak Akselerasi. Sehingga, jam belajarnya ditambah dari waktu belajar pada umumnya. Kelas Akselerasi di SMA pelita sendiri cukup unik. Sebab biasanya, di sekolah-sekolah lain pada umumnya, siswa siswi kelas Akselerasi itu di pisah dari siswa siswi kelas reguler. Dan biasanya hanya berisi beberapa murid saja, berbeda dengan kelas reguler yang menampung cukup banyak murid.
Untuk SMA pelita sendiri, anak Akselerasi itu digabung dengan anak reguler, hanya saja untuk jam belajar anak Akselerasi di tambah dan mereka ujian semester sendiri, juga pembayaran yang lebih mahal dibanding anak kelas reguler. Selain itu, anak Akselerasi lebih banyak tugas dibanding anak reguler. Waktu belajar anak Akselerasi pun dipadatkan, sehingga yang pada umumnya waktu belajar 6 semester pun menjadi 4 semester.
Di SMA pelita juga anak Akselerasi itu dapat mengatur kapan mereka ingin langkah kelas. Dan itu tergantung dengan kecepatan mereka dalam mempelajari mata pelajaran per semester. Untuk Arshy sendiri, dia cukup cepat dalam mempelajari mata pelajaran per semester. Di kelas X, dia butuh waktu 6 bulan untuk mempelajari semuanya, di kelas XI pun begitu. Dan rencananya di kelas XII dia akan melakukan hal yang sama. Serta, kecerdasan Arshy inilah salah satu penyebab terciptanya rasa di hati Abigail untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arshy ✓
Teen FictionKisah romansa anak remaja. Mencinta, tetapi tidak bisa berbuat apa-apa. Jangankan menyentuh, memandang pun enggan, karena teringat akan dosa yang memenjara. Hendak menunggu waktunya tiba, tetapi rasa telah membuncah kian bertahtah. Apalah daya, bers...