Allah adalah tempat yang tepat untuk mengadu hati.
~Arshy Areshya Akbar~
☁️☁️☁️
Abu Dhabi, UEA 15:45
Arshy terdiam, memandang tanpa arah, pikirannya berkelana. Hanya satu kata yang terus terucap dari bibirnya, Astagfirullah.
Ia telah kehilangan, kehilangan seseorang yang berharga. Waktu yang ingin ia habiskan dengannya, hanya angan belaka. Waktu itu telah pergi, bersama dengannya, beriringan tanpa menoleh lagi kebelakang.
Takut, ia takut akan waktu yang terus berputar. Ia takut waktunya akan pergi, mengiringinya ke tempat peristirahatan terakhirnya.
Dalam dadanya terus bergejolak, hatinya seolah berkata bahwa ia hidup untuk mati, ia mati untuk kekal. Bukankah sudah pasti bahwa kematian akan menghampiri? Lalu, apa kah bekalnya ini sudah cukup untuk perjalanannya kelak?
Jawabannya, bekal itu tidak akan pernah cukup. Sebab perjalanannya begitu panjang dan menakutkan.
"Arshy!" Panggilan itu membuatnya cepat-cepat menutup jendela balkon kamarnya, menghentikan pikirannya yang tengah berkelana.
"اين انت؟"
(Dimana kamu?)Sebab tidak ada jawaban dari Arshy, umminya yang merupakan adik ayahnya terus menanyakan keberadaannya dengan berteriak.
"Arshy!"
Panggilnya lagi,"نعم ام! ان في الحجرة"
(Iya Ummi! Aku di kamar)
Jawab Arshy setengah berteriak, hingga tidak lama pintu kamarnya pun berdecit, pertanda ada yang masuk.
"كيف حل ك؟"
(Bagaimana keadaanmu?)Tanya umminya, lalu duduk di dekatnya yang tengah terduduk di pinggir ranjang.
"الحمد لله بخير"
(Alhamdulillah, baik)Jawab Arshy sekenanya, mendengar itu umminya hanya tersenyum.
"Ummi tahu perasaanmu, matamu berkata kau tengah bersedih," ucapnya dengan bahasa Indonesia yang fasih, sambil mengelus ubun-ubun Arshy yang tertutup jilbab panjangnya.
"Tapi, jangan terus memelihara kesedihanmu. Keluarlah dari kamar dan nikmatilah keindahan di tanah Arab ini," ucapnya lagi dengan kelembutannya yang menyentuh hati.
"Basuhlah wajahmu agar terlihat segar kembali, lalu turunlah, berkumpul bersama saudara-saudaramu," ucapnya sebelum berlalu meninggalkan Arshy yang masih termenung.
Sudah beberapa minggu Arshy di sini, Abu Dhabi, UEA. Namun, hidupnya begitu monoton. Pagi pergi ke sekolah, sorenya ia pulang berkurung di kamar saja. Ia masih terus merenungi arti kematian.
Kematian kakeknya tempo lalu, membuatnya tersadar akan sementaranya kita di dunia ini. Membuatnya mengetahui bahwa jika bukan dirinya yang pertama menghadap-Nya, maka mungkin beberapa orang yang ia kasihi yang mendahuluinya.
Sudah lama pula ia tidak mengaktifkan ponselnya. Ia mulai berpikir tentang kabar orang-orang yang ia sayangi di Indonesia? Apa kabar ayah-bundanya? Apa kabar Arshya, abangnya? Apa kabar dia, pelabuhan cintanya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Arshy ✓
Teen FictionKisah romansa anak remaja. Mencinta, tetapi tidak bisa berbuat apa-apa. Jangankan menyentuh, memandang pun enggan, karena teringat akan dosa yang memenjara. Hendak menunggu waktunya tiba, tetapi rasa telah membuncah kian bertahtah. Apalah daya, bers...