Arshy || Akhir untuk Awal

6K 330 8
                                    

Bulan telah berganti beberapa kali, banyak hal yang telah terlewati. Termasuk, UN.

Hari ini, tepat tanggal 01 Juli 2020, hasil UN akan diumumkan. Ini lah hari pelulusan.
Hari ini, mereka menggunakan seragam putih Abu-abu untuk terakhir kalinya.

Lapangan yang dulunya tempat mereka melakukan banyak hal, menjadi saksi akan kelulusan mereka. Beratus-ratus murid kelas tiga berbaris di lapangan SMA Pelita yang cukup luas itu. Menunggu dengan jantung yang terus berpacu, keringat dingin yang terus mengalir, hanya untuk hasil UN.

Mereka berbaris sesuai kelas, dengan kursi-kursi tempat orang tua mereka duduk berada di depan yang mengarah pada mimbar kebesaran kepala sekolah di lapangan itu.

"Sumpah, gue deg-degan," ucap Zafran yang berada di tengah-tengah barisan, bersama teman-teman sekelasnya yang lain. "Yaelah, tenang aja lah. Kita pasti lulus ini," ujar Sammy dengan yakinnya.

"Diam, deh. Dengerin tuh Pak Kepala sekolah memberikan sambutan. Lagian ini terakhir kalinya kita dengerin suara Beliau," tegur Zahrah, cukup membuat mereka terdiam.

"Anak-anakku yang Bapak cintai dan banggakan. Tiga tahun, bukan waktu yang sebentar. Tiga tahun, cukup untuk bagi kita saling mengenal. Menjadi orang tua kalian di tiga tahun ini, membuat Bapak berat untuk melepas kalian. Yah, tapi mau bagaimana lagi. Kalian harus terus melangkah ke depan, menggapai mimpi-mimpi kalian. Untuk itu, Bapak ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kalian, terima kasih sudah memberikan Bapak kesempatan menjadi orang tua kalian, memberikan Bapak kenangan yang berharga dalam kehidupan Bapak. Bapak juga ingin meminta maaf jikalau ada yang tak berkenan bagi kalian di diri Bapak sebagai kepala sekolah. Bapak harap, kalian menjadi anak-anak yang sukses di masa depan." Sambutan dari kepala sekolah tersebut, membuat mereka tidak dapat menahan air mata.

Mereka semua flashback, mengingat kenakalan-kenakalan mereka yang dihadapi dengan kesabaran oleh guru-guru mereka. Tidak akan ada lagi yang namanya dihukum karena terlambat datang ke sekolah. Tidak akan ada lagi yang namanya dinasehati karena terus melakukan bolos. Tidak akan ada lagi yang marah ketika mereka tidak mengerjakan PR. Tidak akan ada lagi yang merajuk akibat mereka tidak mendengarkan guru-guru mereka menjelaskan.

Kelas yang kacau di jam-jam istirahat, bernyanyi dengan iringan gitar di jam kosong, berdebat karena hal yang sepele, saling melemparkan kata-kata ejekan, menonton film bersama, menyontek saat ulangan, semuanya hanya akan menjadi kenangan masa SMA.

Terbayang, mereka yang sudah tiga tahun bersama, akan sulit untuk bertemu. Mereka akan beradaptasi di lingkungan yang baru. Untuk berkumpul seperti biasanya, akan menjadi hal yang mustahil.

Derai air mata, mengakhiri sambutan-sambutan dari kepala sekolah.

Jantung mereka semakin berdegup kencang tatkala pembawa acara membacakan acara selanjutnya yaitu, pengumuman hasil ujian.

"Baiklah, berdirinya Bapak di sini akan mengumumkan hasil UN yang sudah kalian laksanakan selama beberapa hari," ucap guru Wakasek kesiswaan setelah mengucap kan salam dan penghormatan.

Deg, deg, deg.

"Bapak akan mengumumkan secara keseluruhan dulu, yah?" ucapnya lagi.

Deg, deg, deg.

"Seluruh siswa dan siswi SMA Pelita di dekade ke-62 ini, dinyatakan...."

Deg, deg, deg.

"Aduh, Bapak dapat chatt dari guru-guru nih. Katanya yang masuk tiga besar aja dulu yang diumumkan." Mendengar penuturan bapak guru mereka tersebut, mereka bersorak tidak terima.

"Sudah-sudah, mau Bapak umumkan tidak ini?" ancamnya, agar murid-muridnya terdiam.

"Juara tiga ... juara tiga untuk juara umum di SMA Pelita tahun ini, tahun ajaran 2019/2020 jatuh kepada...."

Arshy ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang