Don't Judge by the cover
Cover tidak menjamin kualitas isinya~Arshy Aresha Akbar~
☁️☁️☁️
Terdegar riuh di koridor. Ternyata keriuhan tersebut diakibatkan oleh adanya seorang anak baru memakai pakaian kurang bahan, make up tebal dan rambut pirang. Bisik-bisik bising terdengar, “ eh, ada anak baru tuh. Wow bodynya, Bro. Bohay banget.” Tidak hanya itu, yang lain pun saling berkumpul, berdekatan. “Wah, bener-bener dah tuh anak baru. Berani banget berpenampilan kek gitu. Gak takut masuk BK emangnya?” ujar salah satu dari mereka. “Yang gue denger sih, tuh anak baru anak donatur sekolah,” ungkap yang lainnya. Dan masih banyak komentar yang terujar.☁️☁️☁️
Hari ini Abigail datang terlambat, membuatnya kesal bukan main. Untung saja, dia itu anak ketua yayasan, jadi cukup meminta pada pak Maman satpam sekolah untuk memberikan jalan dengan membuka gerbang yang sudah tertutup beberapa menit yang lalu.
Anak ketua yayasan, anak yang punya sekolah, atau apa lah itu, merupakan salah satu alasan dia menjadi tenar di sekolah ini. Walau begitu, dia tidak pernah semena-mena. Dia selalu berusaha menjadi murid teladan, tentu saja untuk menjaga nama baik keluarganya.
Koridor yang sepi membuat Abigail tergesa-gesa menuju ke kelasnya. Seorang anak teladan tentu saja tidak boleh ketinggalan pelajaran bukan?
"Assalamualaikum," salamnya ketika sampai di pintu kelasnya. Dan untung saja, belum ada guru yang mengajar di kelasnya. Yang terlihat hanyalah teman-teman sekelasnya tengah membuat kekacauan di dalam kelas. "Tumben lo telat. Abis begadang yah?" tanya Arby penuh selidik, setelah Abigail sampai di bangkunya yang berada di pojok kelas bagian belakang. Abigail yang mendengar tanya dari Arby hanya menggelengkan kepala sambil meletakkan tasnya lalu mendudukkan bokongnya di bangkunya. "Motor gua sakit,” ucapnya kemudian, dengan datar.
Arby yang mendengar tutur kata Abigail terkekeh. "Ada-ada aja, lo. Motor kok sakit." Walau begitu, seperti biasa, Abigail tidak bereaksi apa-apa. Dia hanya memutar bola matanya malas kemudian mengambil buku untuk dibacanya. Hingga Zafran tiba, "Ar, Bi! Ada anak baru loh, bahenol lagi," teriaknya, kemudian duduk di bangkunya yang kebetulan berada di depan meja Abigail dengan Arby. "Astagfirullah, kaget gue. Pikiran lo gak jauh-jauh dari cewek yah. Istighfar Zafran," nasehat Arby pada Zafran. Zafran yang sudah biasa di ceramahi pun hanya cengengesan.
Tidak lama kemudian, datanglah Bu Ana selaku wali kelas mereka. Bu Ana tidak datang sendirian, melainkan bersama seorang gadis asing yang mengenakan seragam yang sama seperti mereka. "Pagi anak-anak," sapa Ibu Ana. "Pagi, Bu," jawab mereka serentak. Telinga memang mendengarkan ucapan bu Ana, tetapi mata mereka menatap gadis yang disebelahnya. "Hari ini kalian akan punya teman baru, ayo perkenalkan namamu Nak," ucap Bu Ana pada gadis tersebut. Dia pun maju selangkah, kemudian mulai memperkenalkan dirinya. "Hay. Kenalin nama gue Cantika Nichol. Gue pindahan dari Jakarta. Salam kenal, semoga kita bisa berteman baik," ujarnya memperkenalkan diri.
Rambut yang diwarnai, baju yang sengaja dikecilkan serta rok mini membuat lekuk tubuh gadis bernama Cantika itu terlihat jelas. Belum lagi wajahnya yang terpoleskan make up tebal, dengan suara manjanya yang dibuat-buat. Tidak heran, jika anak laki-laki dalam kelas tersebut sudah ramai menggodanya, kecuali Abigail dan Arby. Zafran jangan ditanya, ia berada di garda terdepan untuk goda menggoda Cantika.
"Baiklah, Cantika. Kamu duduk di bangku depan yang kosong itu yah," ucap Bu Ana setelah mendiamkan keriuhan di kelasnya. Dia pun kembali berbicara, hendak memberitahukan pengumuman yang tentunya membuat seisi kelas bergembira. "Anak-anak, hari ini kalian free class karena guru-guru pada mau rapat. Namun, walau kalian free, kalian harus tetap belajar yah," ujar bu Ana sekaligus menasehati anak muridnya. "Horee!!! Oke, Bu!" Mendengar penuturan ibu Ana, membuat keriuhan semakin tercipta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arshy ✓
Teen FictionKisah romansa anak remaja. Mencinta, tetapi tidak bisa berbuat apa-apa. Jangankan menyentuh, memandang pun enggan, karena teringat akan dosa yang memenjara. Hendak menunggu waktunya tiba, tetapi rasa telah membuncah kian bertahtah. Apalah daya, bers...