Diamku bukannya berarti aku tidak berdaya, hanya saja kadang diam lebih baik dari pada banyak bicara, tetapi bukannya menyelesaikan masalah malah memperpanjang saja.
~Arshy Aresha Akbar~
☁️☁️☁️
Hari ini, hari ke tiga US dilaksanakan. Saatnya untuk para siswa dan siswi pulang setelah lelah berjuang bersama kumpulan monster putih bermotif abjad. Namun bukannya mereka pulang untuk beristirahat, beberapa dari mereka memilih singgah bersantai di kantin. Salah satu di antara mereka terlihat Arshy pun terduduk di salah satu kursi yang ada di kantin itu. Lalu kemudian disusul dengan kedatangan Abigail dan kedua sahabatnya.
"Assalamualaikum, adek-adek gemes," salam Zafran, kemudian dengan tidak tahu malunya duduk bergabung sakaligus menyeruput teh milik Nessa tanpa izin. "Walaikumsalam," jawab Shera dan Arshy secara bersamaan. Sementara Nessa, ia sedari tadi melotot ke arah Zafran, lalu melihat ke arah tehnya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. "Aduh." Sesaat setelah Zafran melakukan hal tersebut, Arby memukul lengannya.
Nessa yang melihat itu memandang Zafran meringis, kemudian beralih menatap Arby tajam. "Kok, Kak Arby main kasar sih?" ujarnya pelan. "Dia pantas dapatin itu," jawab Arby datar dan tajam. Zafran yang merasa terintimidasi seperti itu oleh Arby tentu saja membela diri, "eh, Nessanya aja gak marah kok. Ngapain lo yang sewot?" Namun rupanya Arby tidak lagi menggubris pembelaan dari Zafran. Membuat Zafran kesal bukan main.
Mereka terdiam beberapa saat, hingga Arshy angkat suara, "kalian ada perlu apa yah?" tanyanya. "Lah, tegang amat, Dek. Emangnya kita gak boleh duduk bareng kalian?" ujar Zafran mengangkat sebelah alisnya berulang kali. Namun, Arshy mengacuhkannya. Sementara Abigail yang melihat ekspresi Zafran, ia mengusap wajah Zafran yang kegenitan itu. Membuat Zafran tambah kesal. "Bukannya gitu, Kak. Biasanya kan kalian gabung ketika ada perlu," jelas Shera karena melihat Arshy yang serius menyantap makanannya dan tidak berniat menjawab tanya dari Zafran.
"Gue ada perlu," jawab Abigail membuat Arshy mendongak. "Mau bilang sama wakil ketua, event rohis ditunda," ucap Abigail tegas dan lugas. Terlihat keren di depan gebetan tidak ada salahnya bukan? Hal tersebut tentu saja menjadi pesona tersendiri bagi yang melihatnya. "Nanti digabung sama pensi selepas US," ujarnya kemudian. Dia menatap Arshy seolah mengharapkan jawaban. "Aku sih terserah Kak Abigail aja gimana baiknya. Aku dukung kok keputusan Kak Abigail selama itu baik untuk semua," ucap Arshy dengan senyuman manis terpatri di wajahnya. Hal tersebut tentu membuat Abigail speechless, tetapi dengan hebatnya dia mampu menutupinya.
Berbeda dengan keduanya yang terlihat biasa saja, ke tiga makhluk di dekat mereka sudah tersenyum simpul. "Aduh, aduh, aduh. Wakil ketua? Dukung keputusan?" goda Zafran tersenyum penuh makna. "Kek Bapak Presiden dengan Ibu Negara aja," ujar Shera membantu Zafran menggoda dua insan yang mencinta dalam diam. "Sweet Couple SMA Pelita gitu loh," Nessa pun juga ikut memeriahkan acara jodoh-menjodohkan ini. Lain halnya dengan Arby, ia malah memberikan tatapan yang tidak bisa diartikan.
"Kalo gini caranya bisa cepet taken nih. Gak lama lagi dong yah kita dapat undangan nikahan." Kini wajah Arshy sudah seperti kepiting rebus, ia hanya dapat menutupinya dengan terus menunduk. Sedangkan Abigail tetap pada ekspresinya yang datar, walau sebenarnya jantung di dalam dadanya pun sudah berdegup cepat sedari tadi. "Oh, iya yah. Kan kurang dari enam bulan lagi nih UN, bisa lah yah habis UN langsung SAH. Nikah mu---" Belum selesai Zafran berucap, Arshy segera menghentikannya. "Ish, Kak Zafran yah. Gak boleh gitu. Nanti bisa jadi fitnah lo," ujarnya dengan mengucapkan istigfar di dalam hati, tidak elak mengaminkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arshy ✓
Teen FictionKisah romansa anak remaja. Mencinta, tetapi tidak bisa berbuat apa-apa. Jangankan menyentuh, memandang pun enggan, karena teringat akan dosa yang memenjara. Hendak menunggu waktunya tiba, tetapi rasa telah membuncah kian bertahtah. Apalah daya, bers...