"Skenario kehidupanku, kamu dan kita semua. Sudah diatur oleh-Nya, Sang Pemilik Segalanya."
~Only Me~
☁️☁️☁️
Libur semester telah berakhir, kini waktunya bagi setiap siswa dan siswi untuk kembali ke sekolah, dengan semester baru di kelas yang sama. Namun, berbeda halnya dengan Arshy, kini ia berada di semester baru dengan kelas yang baru pula. Sejak penerimaan raport tiga minggu yang lalu, ia sudah resmi menjadi murid kelas XII.
"Ar. Kita beneran pisah, nih?" tanya Shera yang masih tidak percaya. "Padahal kan gue ngerasa kita baru aja ketemu," timpal Nessa kemudian. "Udah-udah. Kita masih bisa ketemu kok," ujar Arshy yang bertujuan untuk menenangkan kedua sahabatnya, mereka teramat risau tidak bisa lagi sekelas dengan Arshy. Hal itu berarti ruang waktu kebersamaan mereka tidak lagi selama dahulu.
Memang sejak Arshy keluar dari mobil ayahnya yang dikendarai oleh supir pribadinya, kedua sahabatnya itu sudah mengekori ke mana pun dirinya pergi. Layaknya dua ekor anak ayam yang selalu mengikut kemana pun induknya pergi.
"Kalian berdua masuk kelas gih, udah bel masuk tuh," bujuk Arshy. Sejujurnya, dia merasa tidak tega melihat kedua sahabatnya murung dan lesu seperti itu, tetapi yah mau bagaimana lagi? Ini lah resiko yang sudah semestinya ia terima dengan keputusan yang telah ia ambil dari jauh- jauh hari.
"Persetan dengan bel masuk, kita cuman mau bareng lo terus. Titik gak pake koma!" sentak Nessa dengan kesal, ia tidak lagi menghiraukan kata-kata kasar yang baru saja keluar dari mulutnya . "Lagian baru masuk habis libur gini jarang guru yang bakalan ngajar. Jadi, santai ajalah," ujar Shera menyetujui tindakan dari Nessa.
"Jadi, kalian juga mau ikut aku buat ketemu guru kesiswaan nih?" tanya Arshy saat mereka sudah sampai di depan sebuah ruangan. "Lah? Ngapain lo ke sini?" tanya Shera terlihat merasa heran. "Mau ngurus soal pindah kelasnya aku, sama mau nanya aku di kelas yang mana?" jawab Arshy.
"Ar, masa lo tega sih biarin gue sama Shera berdua aja? Kalo gue terus-terusan ditindas sama dia gimana?" rengek Nessa lagi, sepertinya ia sungguh tidak rela jika harus berpisah dengan sahabatnya. Walau hanya sekedar berpisah kelas.
"Ye! Gue tuh yang mesti waspada berdua sama lo, bisa geger otak gue," ujar Shera tidak mau kalah. Melihat hal itu, Arshy menggelengkan kepalanya, ia merasa hal ini akan berlangsung lama, sehingga ia langsung angkat bicara. "Udah-udah. Aku mau masuk dulu. Kalian juga masuk gih ke kelas kalian," ujarnya, kemudian ia berlalu dari sana, masuk ke dalam ruangan yang ditujunya.
"Yah, Arshy!" desah kecewa dari kedua sahabatnya. Mereka memandang nanar sebuah pintu yang baru saja tertutup menyembunyikan Arshy di sebaliknya.
☁️☁️☁️
Suasana kelas yang ramai tidak mampu untuk menganggu aktivitas ke tiga orang sahabat. Mereka terus melanjutkan permainan tebak ibu kota negara. Walau pun permainan yang sebenarnya seru itu mereka mainkan, suasana tetap saja begitu serius.
Abigail, Arshya dan Zafran, di semester dua ini, mereka sekelas lagi. Tidak ada perubahan yang berarti. Kecuali Cantika, ia sudah dipindahkan ke kelas yang baru. Ini semua permintaan Abigail kepada sang Abi, dengan alasan Cantika sangat membuatnya tidak nyaman.
"Ibu kota Indonesia? Apa hayo?"
Kini giliran Zafran yang memberi pertanyaan, tetapi pertanyaannya tersebut membuat Arshya naik pitam, sehingga berakhir memukul lengan Zafran tanpa tanggung-tanggung. "Apa? Tanya pada rumput yang bergoyang sana!" ujar Arshya sinis ketika Zafran memandang ke arahnya dengan pandangan memelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arshy ✓
Teen FictionKisah romansa anak remaja. Mencinta, tetapi tidak bisa berbuat apa-apa. Jangankan menyentuh, memandang pun enggan, karena teringat akan dosa yang memenjara. Hendak menunggu waktunya tiba, tetapi rasa telah membuncah kian bertahtah. Apalah daya, bers...