Kesalahpahaman adalah peristiwa tanpa penjelasan.
~Arshy Aresha Akbar~
☁️☁️☁️
Hari ini merupakan hari yang cukup panjang bagi seorang Arshy. Meski berdiam diri tanpa melakukan perlawanan sedikit pun, tetapi tidak dapat dipungkiri hinaan dan cacian itu menyakiti hatinya. Namun, Alhamdulillah, dengan penuh kesabaran dia melewatinya tanpa amarah yang menguasai jiwa. Mungkin saja, masalah ini datang untuk menguji keimanannya atau mungkin juga masalah ini datang karena kekhilafannya di masa lalu atau bahkan jalan untuknya mendapatkan pahala. Wallahu a'lam, hanya Allah yang mengetahui jawabannya.
Kini ia tengah duduk melamun di kamarnya. Masih memikirkan perihal permasalahan yang bahkan sama sekali tidak pernah ia duga. Hingga ketukan pintu membuyarkan lamunannya. "Dek? Kamu ada di dalam? Abang boleh masuk gak?" ujar Arshya seseorang yang berada di depan pintu sana. "Ada kok, Bang. Masuk aja, pintunya gak dikunci," jawab Arshy mempersilahkan Abangnya masuk ke dalam kamarnya.
Arshya yang sudah mendapatkan izin pun memasuki kamar adiknya. "Ya Allah, Dek. Kamu pulangnya sama siapa? Abang khawatir tau gak sama kamu," ujar Arshya dengan raut wajah khawatir yang teramat kentara. Masih mengenakan seragam sekolahnya, dia berjalan mendekat ke arah Arshy yang terduduk di pinggiran ranjangnya. "Maafin Adek, Bang. Pulangnya kesorean. Tapi, Adek gak apa-apa kok. Tadi juga Adek pulang bareng Mang Ucup," jelas Arshy, bertujuan untuk mengurangi kekhawatiran yang melanda Arshya.
"Aduh, kok Abang bisa lupa yah? Adek kan selalu dijemput supir Ayah. Terus kok baru pulang? Kemana dulu?" ujar Arshya menepuk dahinya. Ia kemudian duduk di tepi ranjang Arshy tepat di dekat kaki Arshy yang tengah ia selonjor kan di atas ranjang. "Maafin Adek, Bang. Tadi singgah di pasar dulu bantuin Mbah Ipeh jualan," ungkap Arshy dengan senyuman indah terpatri di wajahnya, menyiratkan bahwa dia tengah mencoba baik-baik saja.
Terlihat Arshya masih memandang adiknya itu dengan tatapan kekhawatiran yang tidak kunjung reda. Dia mendekat ke arah Arshy, mengelus kepala adiknya. "Ya Allah, Dek. Lain kali hubungin orang rumah dulu yah," ujarnya. Menikmati momen kebersamaan mereka, tidak ada yang bersuara. Hingga, "Bang," panggil Arshy. Arshya berdehem untuk menjawab panggilan adiknya. Ia berhenti mengelus pucuk kepala Arshy, lalu menatap Arshy menunggu bibir mungil itu berucap dengan sendirinya.
"Aku gak pantes yah pake jilbab syar'i seperti ini? Apa perangaiku selama ini kurang baik? Apa ada tingkahku yang layaknya menggoda para kaum Adam?" ungkap Arshy dengan mata yang kini sudah berkaca-kaca, ia hanya menginginkan kejujuran Arshya mengenai dirinya. "Kok kamu ngomong gitu sih? Bukannya Adek pernah bilang bahwa berjilbab syar'i itu wajib bagi setiap muslimah, mengenai sikapnya itu salahnya bukan jilbabnya. Dan Adek juga pernah bilang sama Abang, urusan pantas dan tidaknya seorang hamba, hanya Allah yang tau," jelas Arshya yang terus menatap Arshy sendu. Tidak elak, Arshy sudah menjatuhkan bulir air matanya.
"Menurut Abang sebagai seorang laki-laki bukan sebagai Kakak kandung Adek, Adek itu salah satu perempuan langka di dunia ini. Ketika perempuan seumuran Adek sibuk mengejar popularitas, sibuk memenuhi keinginan mereka yang ingin punya pasangan famous. Adek beda, Adek malah menjauh dari hal itu semua," lanjut Arshya.
"Adek juga pernah bilang sama Abang untuk tidak perlu mendengar penilaian manusia. Manusia itu gak akan puas untuk menilai manusia lainnya. Disisi sini bilangnya kita udah baik, disisi sana bilangnya kita baik banget, eh disisi itu bilangnya kita jahat banget. Intinya kalo kita dengerin manusia, gak ada habisnya ngenilai sampai kita mati."
KAMU SEDANG MEMBACA
Arshy ✓
Teen FictionKisah romansa anak remaja. Mencinta, tetapi tidak bisa berbuat apa-apa. Jangankan menyentuh, memandang pun enggan, karena teringat akan dosa yang memenjara. Hendak menunggu waktunya tiba, tetapi rasa telah membuncah kian bertahtah. Apalah daya, bers...