Allah punya banyak cara menyatukan hati yang cintanya terjaga.
~Arshy Aresha Akbar~
☁️☁️☁️
Hari ini koridor dipenuhi banyak siswa dan siswi yang hendak melihat jadwal US ganjil. Tidak terkecuali dua sekawan, siapa lagi jika bukan Nessa dan Shera. Mereka juga tengah sibuk berhimpitan hanya untuk melihat jadwal pelajaran US. "Gimana? Udah lihat jadwalnya?" tanya Arshy ketika melihat Shera dan Nessa telah masuk kembali ke dalam kelas mereka.
Namun, bukannya menjawab tanya dari Arshy, mereka berdua malah asik membicarakan hal yang lain. "Sher, lo liat gak tadi? Kak Zafran ganteng banget," ungkap Nessa dengan pipi yang merona. "Lo naksir sama dia? Baru sadar kalo dia ganteng? Udah dua tahun kita di sini Nessa dan lo baru sadar?" tanya Shera mendramatis. Nessa yang mendengar hal itu mendengus kesal, "ihhh! lebay banget lo. Yah, gue kan baru nyadar. Lagian salahnya Kak Zafran sih bergaulnya bareng Kak Abigail, jadi gantengnya gak kelihatan deh. Coba Kak Zafran gaulnya bareng abang-abang becak pasti dia deh yang paling ganteng." Nessa berucap sambil tersenyum layaknya tengah membayangkan wajah Zafran. Sementara Shera menepuk dahinya merutuki kebodohan sahabatnya. "Iyalah Nessa ogeb. Mana bisa lo samain Zafran si most wanted school sama tukang becak!" ujar Shera begitu kesal dengan tingkah Nessa yang keterlaluan. Namun, Nessa tampaknya acuh, dia kembali membalas Shera dengan berkata, "tapi itu faktanya kan."
Sungguh, Shera sudah tidak dapat menahan diri dengan tingkah Nessa yang entah memang dirinya polos atau kah otaknya tidak berkembang dengan sempurna? "TERSERAH LO! GUE GAK PEDULI!" teriak Shera, ia sudah benar-benar frustasi. Hal tersebut mengundang tawa dari Arshy. "Yah, lo kok gitu sih? Lo cemburu kalo gue naksir sama Kak Zafran? Yah maaf deh, gue ikhlas kok kalo emang lo juga naksir sama dia. Gue pernah baca novel terus notenya gini ... 'persahabatan kita putus cuman karena cowok, gak elit banget!'" ujar Nessa membujuk Shera sambil menggoyangkan lengannya. Namun bukannya membuat Shera luluh, malah membuat Shera tambah naik pitam lagi dan lagi. "Eh, Nessa ogeb, se-ogeb ogebnya manusia dimuka bumi ini! Lo bilang apa? Gue naksir sama kaleng rombeng macam dia? GAK BANGE---" Sebelum Shera menyelesaikan ucapannya, Arshy segera memotongnya, ia tidak ingin membuat permasalahan ini semakin panjang walau dia menikmati perdebatan ke dua sahabatnya. "Astagfirullah, udah! Kalian gak bisa yah sehari saja gak berantem?" tegurnya sambil geleng-geleng kepala. Siapa coba yang tidak pusing jika setiap hari melihat kelakuan mereka yang sungguh diluar nalar tersebut?
Mendengar teguran dari Arshy, Shera mengatur deru napasnya yang sempat memburu menahan gejolak amarah. "Gimana coba gak berantem kalo punya teman yang ogebnya minta ampun?" ujarnya terlihat begitu kesal. "Salah tuh. Kita itu berantem karena Shera yang emosian," ujar Nessa membela diri. "Sudah. Kalian berdua itu tidak perlu saling menyalahkan. Koreksi diri masing-masing aja," jelas Arshy lagi-lagi menengahi perdebatan mereka berdua.
"Jadi, gimana? Udah liat jadwalnya?" tanya Arshy sekali lagi, sekaligus mengalihkan pembicaraan. "Udah kok, nanti gue kirimin aja di wa Lo atau Line Lo," jawab Shera yang telah menenang. "Ok, makasih yah," ujar Arshy, lalu mengambil kembali bukunya untuk ia baca. "Gue nanya Arshy! Lo maunya dikirimin lewat Line atau wa? Kok lo ikutan ogeb sih kek Nessa?" kesal Shera dengan jawaban Arshy. Entah siapa diantara mereka yang keliru, Shera yang berucap tidak seperti kalimat bertanya atau kah Arshy yang tidak mengerti? "Eh, lo tu yang ogeb. Ucapan lo gak jelas banget tau gak? Kek si doi yang hanya gantungin perasaan gue," bela Nessa terhadap dirinya. "Lo aja yang loading," balas Shera jutek. "Lo yang salah, kok nyalahin?" sini Nessa tak ada hentinya. "Gak sadar diri!" singgung Shera kali ini. Obrolan penuh emosi tersebut tidak ada habisnya, hingga membuat Arshy menggelengkan kepalanya tidak tahu harus bagaimana lagi untuk menghentikan mereka. "Gak ada kaca yah di rumah lo? Bisanya ngatain," ujar Nessa dengan ketus. Arshy yang merasa hal ini tidak akan cepat berakhir memilih meninggalkan mereka mencari ketenangan di tempat lain.
☁️☁️☁️
Arshy meninggalkan kelas yang bising, beralih ke perpustakaan yang sunyi. Sungguh, dirinya pecinta kesunyian. Ia memasang earphone di telinganya sambil ia membuka buku all in one yang berisi rangkuman akan teori-teori dalam rekaman suara yang kini di dengarnya. Mendengar sekaligus membaca, baginya merupakan cara terampuh untuk memahami suatu pelajaran.
Semuanya berjalan seperti yang ia inginkan, suasana yang sunyi untuknya dapat memahami. Hingga, earphone yang melekat di telinga kanannya ditarik oleh seseorang, membuatnya mengalihkan pandangan dari buku di hadapannya, dia mendongak. Terlihat di sana, Abigail, Rael juga Nissa. Dan yang menarik-narik earphonenya tadi tidak lain adalah Abigail.
"Boleh gue duduk?" tanya Abigail, meminta izin untuk duduk bergabung bersama Arshy. Ia kemudian mengambil tempat duduk di hadapan Arshy bersama Rael, sementara Nissa memilih untuk duduk di sebelah Arshy. Di perpustakaan sekolah SMA Pelita memang dilengkapi meja dan kursi, ada meja dan kursi single ada juga yang berkelompok seperti yang tengah mereka duduki.
"Lo lagi apa?" tanya Nissa yang melihat Arshy menutup buku juga melepaskan earphone dari telinga yang berada di dalam jilbab panjangnya. "Lagi baca buku aja tadi," jawab Arshy sekenanya. "Sambil denger lagu?" tanya Abigail kali ini dengan memicingkan mata. "Gak. Denger rekaman teori-teori dari buku yang aku baca, Kak. Jadi sepaket," jelas Arshy sambil merapikan buku juga alat tulisnya. Abigail menganggukkan kepala tanda mengerti. Rael yang sedari tadi berdiam diri kini mengeluarkan sebuah laptop diikuti Nissa begitu pun Abigail. Membuat Arshy terheran dengan apa yang sebenarnya hendak mereka bertiga lakukan di sini.
"Mau kerja laporan sama desain acara. Kita tadi nyari lo ke kelas, cuman teman-teman lo gak ada yang tau lo kemana. Dan kami mutusin buat nyari lo di perpus dan lo beneran ada. Sekalian aja kita kerjanya di sini," jelas Nissa tanpa diminta. "Tapi, aku gak bawa laptop. Aku gak tau kalau hari ini kalian mau ngerjain," sesal Arshy memelas. "Gak apa-apa. Santai aja kali, Ar. Tuh bareng aja sama Kak Abigai," ucap Rael yang membuat Arshy tertunduk malu.
Abigail yang mendengar hal itu segera menatap ke arah Arshy. Tidak lama dia menggeser tempat duduknya juga laptopnya agar Arshy dapat melihat. Kini mereka tidak lagi duduk berhadapan, melainkan berserongan. Walau rasa gugup dan degup jantung yang meningkat tiba-tiba menyerang mereka berdua, tetapi pada kenyataannya mereka tetap profesional terhadap apa yang sudah menjadi tanggung jawab mereka.
Nissa dan Rael yang merasakan kecanggungan diantara keduanya menyembunyikan senyum menggoda. Beberapa kali terlihat Arshy membuka mulutnya layaknya mengucapkan istighfar. Karena memang kalimat itulah yang selalu mampu menyadarkan manusia akan posisi mereka yang sebenarnya di hadapan lawan jenis sebelum akad. Nyatanya walau setan punya beribu cara menjebak anak manusia atas nama cinta, tetapi Allah punya berjuta cara untuk mempertemukan dua hati dalam satu rasa dengan cinta yang terjaga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arshy ✓
Teen FictionKisah romansa anak remaja. Mencinta, tetapi tidak bisa berbuat apa-apa. Jangankan menyentuh, memandang pun enggan, karena teringat akan dosa yang memenjara. Hendak menunggu waktunya tiba, tetapi rasa telah membuncah kian bertahtah. Apalah daya, bers...