Arshy || Mengagumimu Dalam Diam

5.8K 387 0
                                    

Kata orang, cinta datang karena terbiasa.
Sementara menurutku, cinta datang karena keingintahuanku terhadapmu. Sungguh, diriku mengagumimu dalam diam.

~Abigail Khafiz Ar-Rahman~

☁️☁️☁️

Hari ini, setelah jam pelajaran berakhir, Arshy tidak langsung pulang ke rumah. Melainkan singgah di sekretariat rohis yang katanya akan diadakan rapat. Setelah sampai di sana, ternyata rapat telah berlangsung. Dengan gugupnya, Arshy mengetuk pintu seraya memberi salam, "Assalamualaikum." Semua orang  yang berada di dalam sekretariat rohis pun menoleh ke arah Arshy dan dengan serempak menjawab salamnya, "Walaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh." Arshy memilin kerudungnya di depan pintu ruangan tersebut, dia belum berani masuk sebelum dipersilahkan oleh pak Darma yang kini tengah berdiri berbicara di hadapan para anggota rohis.

"Kenapa terlambat? Bukannya tadi sudah diumumkan kalo akan ada rapat?" tanya pak Darma selaku pembina rohis dengan tegas. "Kamu itu wakil ketua, harus disiplin!" ujar pak Darma, setelah mempersilahkan Arshy mendekat ke arahnya dan berdiri di sampingnya. "Maaf, Pak. Baru saja saya keluar dari kelas terakhir saya," jawab Arshy dengan kepala sedikit menunduk. Dia terlihat begitu merasa bersalah akan ketidakdisiplinan dirinya. "Loh, bukanya jam pelajaran terakhir udah berakhir beberapa jam yang lalu?" heran pak Darma, karena memang jam pelajaran terakhir untuk hari ini telah berakhir beberapa jam yang lalu, bahkan hampir semua anggota rohis yang berada di sekretariat saat ini sempat pulang ke rumah untuk sekedar berganti baju.

"Saya ada jam pelajaran tambahan pak," ujar Arshy yang kini wajahnya sudah memerah menahan malu karena semua tatapan tertuju ke arahnya. "Pak, dia itu anak kelas akselerasi. Otomatis jam pelajarannya nambah," ungkap seorang siswa yang duduk di pojokan sana bernama Rael, sekertaris rohis. Pak Darma yang mendengar hal itu berpikir sejenak, lalu dia berkata, "kok Bapak gak tau?" Rael menggaruk tengkuknya yang sedang tidak gatal, mengekspresikan jawaban tanya dari Pak Darma. "Lah si Bapak. Bapak tau sendiri kan, kalo di sekolah kita ini, cukup sulit membedakan anak Aksel sama anak reguler. Kelasnya aja gak dipisah," ujar Rael kemudian. Sementara Arshy, dia masih setia menunduk tanpa berniat menyela percakapan keduanya.

Namun, walau dia sudah menjelaskan kepada pak Darma mengenai
keterlambatan dirinya, yang juga dibantu oleh Rael, tetap saja tidak bisa membuat seorang Pak Darma memaafkannya begitu saja. "Kenapa gak izin kalo memang seperti itu?" tanya pak Darma, masih mengintrogasi Arshy sebelum ia perbolehkan duduk bergabung bersama pengurus dan anggota rohis lainnya. "Bapak kan tau sendiri, anak Aksel itu super duper padat jadwal, mana ada waktu untuk sekedar izin," jawab Rael, membuat Arshy menatap tajam ke arahnya seolah mengatakan 'siapa yang ditanya siapa yang menjawab?' Perilaku Rael inilah, yang membuat seisi ruangan itu bertanya-tanya, sebenarnya apa hubungan Arshy dengan Rael?

"Lah, kenapa kamu terus yang jawab Rael? Bapak tanyanya sama Arshy bukan sama kamu. Lagian apa sih hubungan kamu sama Arshy?" ucap pak Darma merasa muak dengan Rael karena terus menjawab pertanyaan yang seharusnya dijawab oleh Arshy. "Something in between lah, Pak." Namun,  jawaban Rael nyatanya tidak mampu menjawab tanya di benak Pak Darma maupun para pengurus dan anggota rohis lainnua. Apa lagi dia---yang menyimpan rasa dalam diam untuknya---Arshy.

"Kamu ini. Bikin Bapak pusing saja," ujar pak Darma yang hendak mengakhiri perbincangan tidak bermutunya dengan Rael. "Arshy, jangan di ulangi lagi! Jika kamu mau lambat datang, izin. Saya rasa anak Aksel tau betul tentang betapa berharganya waktu dan pentingnya disiplin," nasehat pak Darma yang membuat Arshy menganggukkan kepala tanda mengerti. "Iya pak! Sekali lagi saya minta maaf atas ketidakdisiplinan saya," balas Arshy sopan. "Ya sudah, sana duduk. Bergabung dengan teman-teman kamu yamg lainnya," putus pak Darma mempersilahkan Arshy untuk bergabung dalam rapat. Mendengar hal itu, Arshy mengembangkan senyum di wajahnya, "terima kasih pak."

Arshy ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang