Arshy || Kesalahan Abigail

6K 418 4
                                    

Kesalahanku adalah membiarkan diriku masuk dalam kehidupanmu.

~ Abigail Khafiz Ar-Rahman~

☁️☁️☁️

Setelah semua pertanyaannya sudah di jawab oleh Arby, hal itu tidak membuat rasa penasaran Abigail akan foto siluet seorang perempuan pada akun Instagram Arby tertuntaskan. Sehingga, ia memutuskan untuk berkunjung ke rumah Arby, siapa tahu dia dapat bertemu dengan adik yang dimaksudkan Arby. Kebetulan hari ini merupakan hari Minggu, Abigail mengajak Zafran untuk menghabiskan weekend mereka di rumah Arby. Dia diusik akan rasa penasaran sebab siluet perempuan itu terlihat familiar, tetapi entah siapa itu. Yang jelas, Abigail sangat mengenalnya. Walau sebenarnya sikap ini bukanlah sikap seorang Abigail. Bukankah biasanya dia tidak peduli?

"Tumben-tumbenan lo ngajak gue ke rumah si Arby. Biasanya juga gue yang ngajak lo kemari," ungkap Zafran yang tidak percaya akan perubahan tingkah Abigail yang sangat tiba-tiba. Sebab biasanya, Arby dan Zafranlah yang berkunjung ke rumahnya. Walaupun dia berkunjung ke rumah Arby ataupun Zafran, itu disebabkan akan paksaan dari ke dua sahabatnya. "Kangen masakan Bunda," ucap Abigail yang kini sudah memarkirkan mobilnya di halaman rumah Arby.

Baik Abigail maupun Zafran memang memanggil ibunya Arby dengan sebutan bunda, selayaknya Arby. Hal itu karena mereka yang bersahabat sangat dekat. Sama halnya Arby dan Zafran yang memanggil ibu Abigail dengan sebutan ummi, selayaknya Abigail. Begitu pula ibu Zafran yang mereka panggil mama, selayaknya Zafran.

"Yaelah lo. Kangen masakannya apa Bundanya nih? Astagfirullah ... Bunda udah punya Ayah, Bi. Jangan lo tikung juga," tutur Zafran, menatap Abigail sambil bergidik ngeri. "udah? Diem lo!" tegur Abigail membuat Zafran tersentak dan diam. Mereka membuka pintu mobil lalu beranjak dari sana menuju pintu rumah Arbhy. Cukup lama mereka memencet bel rumah itu, sebelum akhirnya seorang wanita paruh baya berhijab muncul di hadapan mereka.

"Eh, ada Abigail sama Zafran toh. Mau main sama Arby?" tanya bunda Linda---Ibu Arby ketika ia telah membuka pintu rumahnya, memperlihatkan Abigail dan Zafran yang berdiri di depan pintu. "Eh, Bunda. Makin cantik aja," gombal Zafran seperti biasanya, kemudian meraih tangan bunda Arby untuk disaliminya. Diikuti oleh Abigail kemudian. "Kamu bisa aja, tapi makasih loh pujiannya. Ayo masuk dulu, Arby lagi sarapan tuh," ujar bunda Linda mempersilahkan Abigail dan Zafran masuk. "Bunda tau aja kalo kita belum sarapan. Lagian nih kata Abigail dia rindu masakan Bunda," canda Zafran yang membuat bunda Linda terkekeh, sedang Abigail menatapnya tajam. "Owalah, kalo gitu ayo. Langsung ke meja makan aja, susulin Arby," kekeh bunda mendahului mereka menuju ke arah ruang dapur sekaligus meja makan.

Dalam perjalanan menuju ke meja makan di dapur rumah Arby, Abigail tidak pernah berhenti celingak-celinguk ke sana kemari. Dia berusaha mencari foto keluarga yang mungkin memperlihatkan foto adik Arby. Namun hasilnya nihil, tidak ada foto di rumah ini, yang ada bingkaian kaligrafi. "Eh, ngapain lo celingak-celinguk seperti itu? Mau maling?" bisik Zafran yang memicing melihat tingkah aneh Abigail. Abigail yang merasa tertanggu dengan bisikan Zafran berdecak kesal.

Tidak lama kemudian, mereka tiba di hadapan Arby yang kini tengah menyantap sarapannya. "Bang, ini ada Abigail sama Zafran," ujar bunda Linda langsung melengos pergi menuju dapurnya. Arby yang merasa kedatangan tamu tidak diundang memicingkan mata curiga. "Eh, kalian datang kok gak bilang-bilang?" tanyanya menghentikan kunyahan makanan di mulutnya. Bunda Linda yang mendengar anaknya yang tidak sopan terhadap tamu segera menegurnya, "Bang! Di suruh duduk dulu itu temannya." Arby yang ditegur seperti itu menghela napas, memandang kedua sahabatnya yang kini tengah berdiri di depan pintu penghubung antara ruang makan dengan ruang keluarga. "Duduk! Sekalian sarapan. Lo berdua belum sarapan kan?" ucap Arby mempersilahkan keduanya untuk ikut sarapan bersamanya.

Abigail dan Zafran pun ikut duduk di dekat Arby, berhadapan langsung dengan makanan lezat yang tersaji di atas meja. "Ayo dimakan sarapannya. Namun, jika kalian kangen masakan Bunda, Maaf yah. Hari ini bukan Bunda yang masak. Soalnya Bunda dari kemarin gak enak badan," ungkap bunda Linda sambil meletakkan piring di depan Abigail dan juga Zafran. " Terus? Ini masakan siapa, Bun?" tanya Zafran mengambil piring dari bunda Linda dan mengisinya dengan berbagai makanan yang tersaji di hadapannya. "Masakan Ar---" Belum sempat bunda Linda menyelesaikan ucapannya, Arby tiba-tiba saja memotongnya. "Masakan Adek gue, Ara," ujarnya sedikit ketus. Hal tersebut tidak luput dari perhatian Abigail. Sehingga seketika Abigail memicingkan mata curiga.

"Loh, dia bukannya sekolah di pesantren?" tanya Zafran, sebelum menyuapkan makanan ke dalam mulutnya. "Udah, gak. Ayahnya pindahin ke sekolah biasa seperti kalian. Kata Ayahnya, dia gak tahan jauh terus dari Ara." jelas Bunda Linda. Zafran mengangguk sebagai balasan, karena sekarang dia tengah mengunyah makanannya. "Enak banget makanannya, Bun. Bi, cepat cobain," ujar Zafran begitu menikmati makanan yang terasa dimulutnya.

Melihat Zafran yang begitu lahap, membuat Abigail menyusulnya untuk menyantap sarapan yang katanya dibuat oleh adiknya Arby si Ara.

☁️☁️☁️

Hari ini adalah hari yang menyebalkan bagi hampir semua murid di Indonesia. Senin, hari yang menyibukkan. Mereka harus bangun pagi untuk bergegas ke sekolah, karena akan diadakan upacara bendera. Dan khusus hari Senin, jam pelajaran terasa lebih lama dari hari-hari lainnya. Entah mengapa? Mungkin sebab hari Senin yang terlampau jauh dari hari Minggu. Tidak terkecuali Abigail yang terlihat malas di barisannya. Yah, siswa siswi SMA pelita sekarang tengah melaksanakan upacara bendera.

Satu jam telah berlalu dan upacara telah selesai. Semua murid SMA Pelita sudah berhamburan pergi dari lapangan. Ada yang ke kantin lebih dahulu, ada juga yang langsung kembali ke kelas. Arshy sendiri, ia lebih memilih langsung balik ke kelas dan duduk anteng di tempatnya sambil menunggu bel masuk berbunyi. "Gak ke kantin dulu, Ar?" tanya Shera yang kebetulan masuk ke dalam kelas terlebih dahulu sebelum ke kantin untuk mengambil uang jajannya yang ketinggalan di tasnya. "Gak Sher, lagian aku udah bawa air dari rumah," jawab Arshy sekenanya. "Yah udah. Gue ke kantin yah? Udah di tungguin Nessa tuh diluar," pamit Shera sebelum benar-benar berlalu dari hadapan Arshy.

Beberapa menit kemudian ... Arshy berdiri dari tempat duduknya, "mau kemana, Ar?" tanya Nessa yang sudah tiba di dalam kelas setelah dari kantin bersama Shera tadi. "Mau ke toilet," jawab Arshy pelan. "Mau ditemenin gak?" tawar Shera yang membuat Arshy menggelengkan kepalanya. "Gak usah. Kayak anak kecil aja main-main ditemenin segala," ujar Arshy tekekeh. "Izinin yah, kalau ada guru yang masuk," pinta Arshy sebelum pamit menuju ke toilet.

Setelah Arshy menyelesaikan keperluannya di toilet, ia ingin kembali ke kelas melewati koridor yang sudah sepi, sebab memang jam pelajaran telah dimulai sejak beberapa menit yang lalu. Namun, di tengah perjalanannya, Arshy dicegat oleh Cantika. "Berhenti!" halang Cantika sambil merentangkan kedua tangannya. Arshy menghela napas sambil mengucapkan istigfar berulang kali di dalam hati. "Kenapa lagi, Kak?" tanya Arshy yang berhenti tepat di hadapan Cantika yang sudah menatpnya dengan pandangan tidak suka yang kentara.

"Kenapa lo bilang? Lo makin kesini makin ngelunjak yah! Mentang-mentang udah ada yang belain. Memangnya gue gak tau, kalo pas upacara tadi lo nyuri-nyuri pandang sama Abigail!" bentak Cantika yang membuat Arshy lagi lagi beristigfar berusaha mengendalikan emosi. "Astagfirullah! Gak, Kak! Aku tadi merhatiin pembina kok. Lagian emang pasti Kakak ngiranya gitu, soalnya Kak Abigail barisnya tepat di hadapan pembina upacara," jelas Arshy berusaha menyelesaikan kesalahpahaman ini.

Namun, seakan tidak mendengarkan, Cantika masih saja terus menyudutkan Arshy. "Alasan! Awas aja yah lo ... kalo sampai gue liat lo nempel-nempel sama Abigail, gue pastiin hidup lo gak tenang! Lo mesti ingat Abigail itu gebetan gue!" ancam Cantika sambil mengelus kepala Arshy dengan tatapan menajam. "Kali ini gue masih lepasin lo, karena alasan lo yang cukup masuk akal. Namun lain kali ... habis lo!" ancam Cantika sekali lagi, kemudian berlalu meninggalkan Arshy yang masih mengelus dadanya memberi ketenangan pada hatinya.

Tanpa mereka berdua sadari, sedari tadi Abigail melihat kejadian itu. Rahangnya mengeras, buku-buku jarinya memutih. "Kesalahanku adalah membiarkan diriku masuk dalam kehidupanmu," batin Abigail sebelum berlalu dari sana.

Arshy ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang