Arshy || Memaafkan

4.8K 331 3
                                    

"All is Well"
#3Idiots

Tenang aja! Semuanya juga pasti akan lewat.

~Only Me and Friends~

☁️☁️☁️

Semenjak hari yang menyesakkan dada itu, baik ayah Akbar, bunda Linda, maupun Arshya melarang Arshy untuk datang ke sekolah. Padahal masih tersisa lima hari sebelum libur semester tiba.

Mengapa bunda Linda dan ayah Akbar bisa mengetahui tentang masalah Arshy di sekolah? Hal itu karena mereka menyewa seseorang untuk mengawasi kedua anaknya.

Lima hari itu pun terlewati dengan Arshy yang tinggal di pesantren. Ayah dan bundanya mengirimnya kembali ke Bandung, di sekolah lamanya. Ingin mereka untuk mengirim Arshy ke Makassar di rumah neneknya, hanya saja mereka pertimbangkan kembali, bagaimana pun Makassar terlampau jauh dari jangkauan mereka.

Bukannya mereka membiarkan Arshy lari dari masalahnya, tetapi mereka ingin putrinya bersiap sebelum mulai memperbaiki masalahnya. Lagi pula, keputusan ayah dan bundanya tersebut merupakan keputusan terbaik dari mereka. Dari pada Arshy datang ke sekolah hanya menjadi cemoohan orang, menjadi bahan fitnahan, lebih baik ia berada di pesantren, menambah kembali pengetahuannya tentang agamanya dan keimanannya pada Allah, Tuhannya.

Hari ini tepat tujuh hari setelah peristiwa yang menyesakkan dada tersebut, hari dimana libur telah tiba. Bunda Linda menjemput Arshy untuk kembali membawanya ke Bogor. Bundanya ingin liburan kali ini mereka sekeluarga berkumpul.

Tepat jam 3 malam menjelang pagi, Arshy tiba di Bogor. Setelah salat Tahajjud, dilanjutkan dengan membaca Al-Qur'an, kemudian salat subuh, ia keluar kamar dan membantu bundanya menyiapkan sarapan pagi untuk mereka sekeluarga.

Namun sayang, sarapan pagi pertama mereka di hari libur ini, ayah Akbar tidak berada di rumah. Karena setelah sampai di rumah semalam menjelang subuh, ayah Akbar harus ke Jerman untuk urusan pekerjaannya.

Jadi, setelah sarapan, Arshy putuskan pergi ke halaman depan rumah. Untuk merawat tanaman-tanaman bunda Linda yang ada di sana, sekaligus menikmati udara segar di pagi hari.

☁️☁️☁️

Fyuh---

Terdengar helaan nafas panjang yang keluar dari mulut Abigail. Dia merasa begitu lega seakan beban yang menimpa dadanya diangkat begitu saja. Rasa sakit di hatinya terobati dan rasa kecewanya menguap begitu saja entah ke mana.

"Kenapa gak bilang?" tanya Abigail setelah menormalkan ekspresi senangnya dan degup kencang di dadanya. "Gue cuman mau liat, seberapa kuat lo buat nahan rasa cemburu? Seberapa kuat lo nahan ego lo untuk tidak bertanya sama gue? Seberapa kuat lo mencintai Adek gue? Yang gue maksud, mencintai dia karena Allah yang tentunya gak akan lo rusak dengan pacaran. Cukup mencintai dia dalam diam dan menyisipkan namanya dalam do'a," jawab Arshya sambil menepuk bahu Abigail.

"Dan yang gue dapat, lo gak kuat buat nahan cemburu lo. Lo gak cukup kuat untuk nahan ego lo. Tapi, lo cukup kuat buat tetap mencintai Adek gue dalam diam. Menurut gue, lo bener-bener mencintai Adek gue, bukan karena ada apa-apanya, tetapi karena lo mencintai dia karena Allah," jelas Arshya dengan senyum yang mengembang.

"Jika lo gak mencintai Adek gue karena Allah melainkam karena sebab yang lain, lo gak akan lagi nahan-nahan buat ungkapin perasaan lo ke dia. Apa lagi setelah lo tau dia lagi deket sama gue yang menurut pikiran lo kekasih dia. Gue beneran salut sama lo. Dan gue harap lo tetap cintai Adek gue dalam diam seperti ini, sampai saatnya tiba. Bila memang kalian jodoh, pasti kalian akan dipertemukan kembali."

Kali ini, bukan hanya senyum Arshya yang terus mengembang, tetapi senyum kedua sahabatnya juga, Abigail dan Zafran. Apa lagi Abigail yang secara tidak langsung sudah mendapat restu dari calon kakak iparnya tersebut, senangnya bukan main. Sampai ia tidak sadar, senyum yang jarang terlihat itu, terlihat begitu saja.

"Tunggu! Lo udah tau?" tanya Abigail, ia merasa ada sesuatu yang ganjal. "Makanya sekolah dong pas hari penerimaan rapor," ujar Zafran. "Memangnya, apa yang terjadi?" tanya Abigail penuh rasa penasaran.

☁️☁️☁️

Setelah mendengar cerita Zafran dan Arshya mengenai kejadian saat hari penerimaan rapor itu, Abigail merasa bersalah atas apa yang menimpa Arshy. Maka dari itu, dia meninggalkan Arshya dan Zafran yang sedang sibuk bermain PS untuk turun ke bawah mencari Arshy.

"Bun, Bunda liat Arshy?" tanya Abigail ragu ketika melihat bunda Linda tengah menonton TV di ruang keluarga. "Eh, Abi. Kenapa nyariin Arshy? Oh, mau ngomongin soal rohis yah? Tuh, dia ada di taman belakang," ujar bunda linda menunjukkan keberadaan Arshy.

Abigail yang mendengar hal itu, hanya garuk-garuk kepala, walau kepalanya tidak gatal sama sekali. "Bun, memangnya gak apa-apa, Abi nyamperin dia?" tanya Abigail lagi dengan hati-hati. Dia tengah meminta izin untuk menemui Arshy.

"Yah, gak apa-apa. Bunda percaya sama anak Bunda. Bunda juga percaya sama calon anak mantu Bunda," canda bunda Linda membuat Abigail susah payah menahan senyumnya.

"Bunda tetap awasin lo ini dari jauh," ujarnya lagi sambil terkekeh melihat tingkah anak remaja yang tengah dimabuk cinta tersebut. "Kalo gitu, Abi ke sana dulu yah, Bun," izin Abigail sekali lahi, lalu ia berlalu dari sana menuju taman belakang ke tempat Arshy berada.

☁️☁️☁️

"Gue minta maaf," ujar Abigail to the point, membuat Arshy yang tengah membaca novel sambil merendam kakinya di kolam renang belakang rumahnya sedikit tersentak. "Minta maaf untuk apa yah, Kak?" tanyanya. Tanpa berbalik ke arah orang yang berbicara pun, ia sudah tau bahwa Abigail lah yang berada di belakangnya.

Mereka terdiam dalam posisi Arshy yang tengah membelakangi Abigail. Kini Abigail terduduk  di kursi yang ada di pinggiran kolam renang tersebut.

Beberapa saat kemudian, "untuk gue yang membiarkan lo mengurus anak-anak rohis sendirian. Untuk gue yang menjauh dari lo tanpa lo tau apa kesalahan lo. Untuk gue yang ... ah, sudah lah. Yang jelas gue minta maaf. Dan gue mohon, maafin gue." Ujaran yang cukup panjang, ucapan terpanjang kedua yang keluar  dari bibir Abigail untuk Arshy.

"Aku gak berhak mendapatkan maaf Kakak, yang berhak itu anak-anak rohis. Meraka yang Kakak diamin, gak Kakak perhatiin. Yah kalo aku merasa, Kakak gak pernah punya salah sama aku, jadi ngapain minta maaf?" ujar Arshy.

"Dan Allah juga berhak mendapat permohonan maaf dari Kakak atas janji Kakak sebelum jadi ketua organisasi rohis yang kemarin Kakak telah ingkari," jelas Arshy kemudian.  "Bagaimana kalo mereka gak maafin gue?" tanya Abigail lirih.

"Allah? Sesungguhnya Allah penerima maaf yang paling cepat, menerima maaf hamba-Nya yang benar-benar bertobat atas kekhilafannya. Lalu? Anak-anak rohis? Allah saja nerima maaf Kakak, kenapa mereka gak? Apa yang Kakak raguin? Lagian Kakak kan idola mereka, apa alasan mereka buat gak maafin Kakak?"

Ini, inilah yang membuat Abigail bertahan sampai sekarang untuk mencintai Arshy. Selain karena parasnya yang cantik, juga karena perilaku dan tutur katanya yang indah nan menawan. Siapa pun laki-laki yang dekat dengannya, maka tidak membutuhkan waktu yang lama untuk bisa mencintai Arshy. Namun, Arshy punya tembok pembatas akan kedekatannya dengan lelaki. Hanya ada satu lelaki yang mampu menghancurkan tembok pembatas itu, siapa lagi jika bukan Abigail.

"Bukan lo yang gak pantas buat gue, tapi gue yang gak pantas buat lo," lirih Abigail, yang entahlah Arshy mendengarnya atau kah tidak.

Arshy ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang