Cinta itu suatu pengorbanan, maka tidak dapat dikatakan cinta apabila kamu hanya terobsesi untuk memiliki.
~Arshy Aresha Akbar~
☁️☁️☁️
Semenjak kejadian di kantin, Cantika selalu saja menatap Arshy dengan sinis ketika mereka berpapasan. Ada rasa tidak suka yang terlihat dari sorot matanya saat menatap Arshy. Hal itu membuat Arshy cemas, ia takut jika dia bisa saja di bully, apalagi Cantika merupakan kakak kelasnya. Walau Arshy merasa bahwa ia sama sekali tidak mengerti alasan Cantika memperlakukannya seperti itu. Arshy selalu memikirkan di mana letak kesalahannya terhadap Cantika. Namun nihil, ia tidak mendapati apa pun. Setahunya Cantika merupakan kakak kelas barunya yang baru beberapa hari ini ia kenal. Selain itu, ia tidak pernah berbincang maupun nongkrong bersama Cantika setelah perkenalan hari itu. Jangankan berbincang, bertemu pun hanya ketika tak sengaja berpapasan. Lalu, dimana letak kesalahan Arshy? Apalagi saat ini, Cantika mulai akrab dengan Angel dan teman-temannya yang merupakan sekumpulan cabe-cabean yang suka mem-bully adik-adik kelas. Walaupun Cantika dan Angel berbeda kelas, tetapi mereka satu ekskul yaitu pemandu sorak SMA Pelita.
Saat ini jam Istirahat sedang berlangsung, seperti biasa Arshy hanya duduk di bangkunya di dalam kelas sambil membaca novel yang ia bawa hari ini. Hingga tiba-tiba saja pintu kelas terdorong dengan kerasnya, brak! "Hai, Arshy. Lo masih inget gue gak?" sapa Cantika yang tengah melangkah perlahan setelah mendorong pintu kelas Arshy dengan keras hingga menimbulkan bunyi menggema. "Hai, aku masih ingat kok. Kak Cantika kan?" jawab Arshy dengan ramah, ia sudah meletakkan novelnya di atas meja. Cantika kini tepat berada di hadapan Arshy, menumpu ke dua tangannya pada meja di bangku Arshy. "Gue kira lo udah lupa,” sini Cantika tersenyum mengejek yang termat kentara.
Merasa perbincangan ini hanya buang-buang waktu saja bagi Arshy, akhirnya dengan ragu dia berucap, "emmmm. Ada apa yah, Kak? Sampai Kakak repot-repot kunjungin aku ke kelas.” Cantika yang mendengarnya tersenyum sinis, tidak lama ... Angel dan teman-temannya datang menyusul. "Gue ke sini cuman mau ngingetin lo. Kalo lo itu gak usah sok deket sama gebetan gue! Ngerti lo?" jelas Cantika dengan nada suara yang cukup tinggi, membuat Arshy tersentak kaget. Dengan terbata, Arshy mencoba memperjelas permasalahan yang ada. "Ma-maksud Kakak apa? Siapa gebetan Kakak yang aku deketin?" Cukup banyak pertanyaan yang mengisi relung batin Arshy, sungguh ia tidak mengerti juga tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Karena Arshy merasa tidak dekat dengan siapapun, apalagi itu seorang lelaki.
Cantika memandang Arshy tajam. "Jangan pura-pura gak tau deh lo! Dasar muna lo!" bentaknya yang sukses membuat mata indah Arshy memerah. "Maaf Kak, aku beneran gak tau. Dan tolong Kakak jangan menilai seseorang sebelum Kakak tahu betul siapa orang tersebut." Jawaban dari Arshy yang cukup tegas tersebut, malah membuat Cantika naik pitam. Sementara Angel hanya menyimak pembicaraan antara Cantika dan Arshy.
Cantika benar-benar tersulut emosi, sampai-sampai ia menggebrak meja. "Eh, jangan kira karena gue anak baru gue gak tau lo itu seperti apa. Gue udah tau gimana lo sejak kita ketemu di kantin." Angel yang memang suka memanas-manasi keadaan tentu saja langsung andil untuk menambah kesalahpahaman yang ada. "Gini yah, lo itu harus ngerti posisi lo kayak gimana. Lo itu lagi bicara sama Kakak kelas lo, yang sopan dikit dong!" ujarnya berkacak pinggang di sebelah Cantika.
Arshy yang masih terduduk, menunduk mengelus dadanya berusaha sabar dalam menghadapi mereka semua. "Maaf, maaf banget sebelumnya, Kak. Aku udah sopan yah sama Kakak, tapi Kakak yang duluan gak sopan sama aku. Aku bener-bener gak tau loh apa maksud kalian," ungkap Arshy menenggakkan kembali kepalanya yang tertutup hijab itu. "Gini aja deh, Kak. Sekarang Kakak jelasin sejelas-jelasnya kenapa Kakak nuduh aku dan menilai aku seperti ini?" tanya Arshy dengan tegas yang diharapkan tidak menciptakan kesalahpahaman yang tidak ada ujungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arshy ✓
Teen FictionKisah romansa anak remaja. Mencinta, tetapi tidak bisa berbuat apa-apa. Jangankan menyentuh, memandang pun enggan, karena teringat akan dosa yang memenjara. Hendak menunggu waktunya tiba, tetapi rasa telah membuncah kian bertahtah. Apalah daya, bers...