"Tetap bertahan dalam tanya atau melepaskan dan terluka?"
~Only Me~
☁️☁️☁️
Hari libur merupakan hari yang ditunggu-tunggu setiap murid, dengan adanya hari libur mereka bisa menikmati hari tanpa adanya tugas yang menumpuk. Hari libur biasanya mereka manfaatkan untuk jalan-jalan bersama keluarga, hang out bersama teman dan masih banyak lagi yang dapat dilakukan.
Namun, tidak demikian dengan Abigail. Dia mendekam saja dirumah. Meratapi akan kandasnya cinta terpendamnya. Bunganya layu bahkan belum sempat untuk mekar.
Tok, tok, tok.
"Dek, ada Zafran tuh diluar!" teriak ummi Aisyah dari luar kamar Abigail. Tidak lama kemudian, ia mendengar langkah kaki dari dalam kamar putranya tersebut.
"Mau ngapain?" tanya Abigail kepada umminya, ketika ia sudah membuka pintu kamarnya. "Yah, mana Ummi tau. Sana gih, temuin," ujar umminya. Ummi Aisyah hendak berlalu dari sana, tetapi Abigail menahannya.
"Kenapa gak langsung masuk aja?" tanyanya lagi. "Katanya suruh panggilin kamu langsung, terus kamu di suruh dandan rapi. Udah mandi kan?" jawab Ummi Aisyah yang diakhiri dengan tanya, membuat Abigail menatap umminya tersebut dengan heran.
"Udah sana. Dari pada kamu mendekam terus dikamar seperti anak cewek aja," ungkap umminya mendorong Abigail masuk kembali ke dalam kamarnya.
Sepeninggal umminya, ia pun bersiap. Entah apa lagi yang direncanakan sahabatnya yang satu itu. Setelah ia merapikan diri, ia menuruni tangga untuk menemui Zafran. Abigail tebak, Zafran sedang duduk di ruang tamu rumahnya. Dan benar saja, dia ada di sana.
"Ngapain?" tanya Abigail langsung ketika ia sudah berada di belakang sofa yang tengah diduduki oleh Zafran. "Eh, Abi. Wah, tambah ganteng aja. Sini duduk dulu," puji Zafran basa-basi, lalu mempersilahkan Abigail duduk. Entah siapa yang menjadi tamu dan siapa tuan rumahnya, yang jelas inilah yang terjadi. Tuan rumah yang dipersilahkan duduk oleh tamunya.
"To the point," ujar Abigail, lalu menduduki sofa di depan Zafran. "Kita ke rumah Arby yuk," ajaknya yang dihadiahi tatapan membunuh dari Abigail. "Yaelah, Bi. Bagaimana pun juga, Arby adalah sahabat kita. Walaupun gue tau, dia udah nikung lo," ujar Zafran memelas. Dia jelas tahu apa yang tengah dirasakan oleh Abigail.
"Itu tau," ujar Abigail ketus. "Tapi, Bi. Setidaknya lo mesti denger penjelasan dia," usul Zafran yang tentu saja ada benarnya. Dari pada Abigail terus salah paham, memendam tanpa penjelasan. Lebih baik jika ia langsung datang dan meminta penjelasan bukan?
"Kenapa gue yang mesti tuntut penjelasan?" tanya Abigail yang merasa tidak terima. Menurutnya Arby lah yang harus memberinya penjelasan, karena dia lah yang membuat kesalahpahaman ini.
"Lo kek gak tau Arby aja, Bi. Dia itu selalu nunggu waktu yang pas buat jelasin ke lo. Mungkin dia masih kasih waktu ke Lo buat nenangin diri. Tapi, kalo nunggu Arby keburu selesai libur kita, Bi. Gue kan juga mau liburan sama kalian berdua," jelas Zafran yang terus berusaha memberi Abigail penjelasan, toh ini demi persahabatan mereka bertiga juga.
"Tunggu Arby aja," ujar Abigail enteng. "Tunggu Arby? Tapi yang gue liat yah, Bi. Kalo lo masih tunggu Arby buat jelasin keburu hati lo ancur, keburu membeku." Perkataan Zafran menohok hati Abigail. Memang benar apa yang dikatakan sahabatnya itu, ia tidak bisa menunggu lebih lama lagi, dia harus mengetahui penjelasan dari Arby.
"Setidaknya kalo lo tau kebenarannya, lo bisa mutusin buat melepaskan atau tetap bertahan dengan perasaan lo," jelas Zafran bijak.
☁️☁️☁️
KAMU SEDANG MEMBACA
Arshy ✓
Teen FictionKisah romansa anak remaja. Mencinta, tetapi tidak bisa berbuat apa-apa. Jangankan menyentuh, memandang pun enggan, karena teringat akan dosa yang memenjara. Hendak menunggu waktunya tiba, tetapi rasa telah membuncah kian bertahtah. Apalah daya, bers...