Mencintaimu adalah hakku
Dan aku berhak mencintaimu~Abigail Khafidz Ar-Rahman~
☁️☁️☁️
"Lalu, apakah dengan membalas cacian, hinaan mereka menyelesaikan masalah?"
" Kalian pernah dengar kisah Abu Bakar yang dihina dan dicaci oleh seorang laki-laki? Ketika itu, Abu Bakar tengah duduk bersama Rasulullah saw. Namun, saat Abu Bakar dihina dan dicaci, ia sama sekali tidak membalas hinaan tersebut. Ia justru malah diam, dan kalian tahu bagaimana reaksi Rasulullah saw. saat itu? Beliau tersenyum. Namun, apakah kalian tahu? Ketika hinaan dan cacian itu semakin menjadi serta Abu Bakar membalasnya, Rasulullah saw. pergi dari sana. Dan ketika ditanya oleh Abu Bakar setelahnya, mengapa Beliau pergi? Kalian tahu apa jawaban Rasulullah saw.? Beliau menjawab: sesungguhnya ketika kau tidak membalas cacian dan hinaan tersebut malaikat lah yang membalasnya, tetapi ketika kau membalas cacian dan hinaan tersebut malaikat pergi dan digantikan oleh syaitan, maka dari itu Aku pun pergi ."
"Dan aku tahu kalian sudah cukup dewasa untuk memahami penjelasanku. Kadang diam lebih berarti dari pada menjelaskan tetapi tidak dimengerti."
Perkataan Arshy siang tadi selalu terngiang di benak Abigail, membuatnya termenung di balkon kamarnya. Buku yang rencananya akan ia baca tidak lagi bermakna, pikiran dan hatinya berfokus ke satu arah, tidak berniat untuk berpindah. Hanya padanya, Arshy. Seorang perempuan muda berhijab sedari tadi mengetuk pintu kamarnya, tidak ia hiraukan, seakan yang ada di dunia ini hanyalah dia dan imajinasinya. Membuat perempuan itu berdecak membuka kamar adiknya yang ternyata tidak terkunci.
Qalishya mencari adiknya di seluruh penjuru kamar yang bernuansa abu-abu, hitam putih, dengan bau maskulin yang menyeruak di seluruh ruangan. Hingga ia melihat pintu balkon kamar adiknya terbuka yang merupakan pertanda bahwa adiknya tengah berada di sana. "Gak biasanya kamu nyuekin buku, Dek," ucap Qalishya, kakak perempuan Abigail tiba-tiba. Membuat Abigail segera keluar dari dunia imajinasinya.
Dia berbalik melihat kakaknya sebelum akhirnya membuka buku yang sedari tadi hanya berada di pangkuannya tanpa ia baca. Qalishya yang sudah biasa dengan sikap adiknya itu pun duduk di depannya, tepat di atas meja. Karena di balkon kamar Abigail hanya ada satu sofa single dan sebuah meja, membuat Qalishya mau tidak mau duduk di meja itu.
"Kamu kenapa, hmmm?" tanya Qalishya yang melihat tingkah adiknya tidak seperti biasanya. Abigail yang bisa dibilang tidak pernah lepas dari buku apalagi di saat-saat ujian semester seperti ini baru saja membiarkan bukunya tidak terbaca dan fokus pada lamunannya. "Gak kenapa-napa," jawab Abigail seadanya, mengabaikan kakaknya, berusaha fokus pada buku bacaannya. "Jangan pernah berani mikirin perempuan yang bukan mahrammu, Dek," ucap Qalishya telak, membuat Abigail menghempaskan bukunya di atas meja dekat Qalishya.
Dia menatap kakaknya itu, membuat Qalishya juga menatapnya. "Aku Kakak kamu, Dek. Untuk tau hal ini, itu mudah," ujar Qalishya seakan menjawab pertanyaan dalam benak Abigail. "To the point. Ngapain?" ujar Abigail yang tahu betul bahwa kakaknya itu mengunjunginya sebab ada maunya.
Memang Qalishya tidak akan berkunjung ke kamar Abigail jika tidak ada perlunya. Karena buatnya, menemui Abigail itu sama saja menguji kesabaran. Mana ada yang suka, apa lagi ini perempuan, jika didiamkan meski sudah mengoceh panjang lebar. "Mau minta nemenin belanja. Tadi Ummi minta tolong, buat belanja bahan makanan," pinta Qalishya membuat Abigail memutar bola mata malas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arshy ✓
Teen FictionKisah romansa anak remaja. Mencinta, tetapi tidak bisa berbuat apa-apa. Jangankan menyentuh, memandang pun enggan, karena teringat akan dosa yang memenjara. Hendak menunggu waktunya tiba, tetapi rasa telah membuncah kian bertahtah. Apalah daya, bers...