Arshy || Melepaskan

4.7K 324 3
                                    

"Cukup Cintai dia dalam diam dan sisipkan namanya dalam doa di sepertiga malam."

~Arshy Aresha Akbar~

☁️☁️☁️

"Ar, gue mau bicara." Zafran tiba-tiba saja datang mengagetkan Arby yang tengah duduk melamun di sebuah gazebo depan villa keluarga Abigail.

Yah, satu jam yang lalu mereka telah sampai di villa setelah sebelumnya mereka tour di kebun teh. Dan sekarang mereka dibiarkan berjalan-jalan disekitaran villa, ada pula yang memilih beristirahat di kamar setelah membereskan semua barang bawaan mereka masing-masing.

"Silahkan," jawab Arby sekenanya, sekaligus mempersilahkan Zafran berbicara. "Ar, walau lo udah berhak buat miliki Arshy, setidaknya lo hargai perasaan Abigail. Lo kan tau sendiri bagaimana perasaan Abigail untuk Arshy," ujar Zafran memulai obrolannya dengan Arby.

Zafran ada benarnya, karena bagaimana pun setidaknya mereka harus menghargai perasaan Abigail dengan tidak memperlihatkan kemesraan mereka sehingga membuat Abigail cemburu buta. Walau kenyataannya ini hanyalah sebuah kesalahpahaman, yah kesalahpahaman.

"Lo maunya gue gimana?" tanya Arby kepada Zafran membuat Zafran menggaruk kepalanya yang bahkan tidak sedang gatal itu. "Yah, jelasin lah perlahan-lahan sama Abigail mengenai hubungan lo dengan Arshy," ujarnya frustasi.

"Emangnya lo tau, apa hubungan gue dengan dia?" tanya Arby lagi, tetapi sepertinya Zafran tidak mengetahui jawabannya. "Jika dilihat dari kedekatan kalian, yah pastinya udah sah. Atau emang kalian cuman pacaran yah?"putus Zafran pada akhirnya, membuat Arby memukul kepala Zafran pelan.

"Aduh, kenapa lo mukul gue?" tanyanya sambil meringis. "Pertanyaan lo menggambarkan kalo lo anggap gue sama Arshy mengkhianati ajaran agama Islam," jelas Arby. Sebenarnya ini hanya butuh sebuah penjelasan bukan? Namun, hal ini malah menjadi sebuah keruwetan, karena baik Arshy maupun Arby membuat mereka bebas  berspekulasi sendiri.

"Kalo gitu, jelasin. Apa hubungan kalian? Biar kita gak buat spekulasi sendiri," tuntut Zafran yang memang ada benarnya. Sebuah peristiwa tanpa penjelasan itu akan menimbulkan spekulasi yang nantinya menyebabkan kesalahpahaman.

"Asal lo tau, Ar. Abigail tadi ngeliat saat lo sama Arshy pelukan di sini. Lo tau, dia cuman bisa ngepalin tangan dan akhirnya pergi entah kemana," ujar Zafran. Memanglah ia memutuskan untuk berbicara dengan Arby, ia merasa kasihan melihat sahabatnya yang satu lagi menderita  karena cinta terpendamnya.

Tadi sebelum Zafran menjumpai Arby di sini, ia sempat melihat Abigail yang tengah melihat Arby dan Arshy berbicara berdua yang diakhiri dengan pelukan sebelum Arshy berlalu dari sana meninggalkan Arby, juga meninggalkan luka di hati Abigail.

"Gue gak bermaksud buat dia tersakiti. Gue cuman mau liat, sampai di mana dia bisa bertahan memendam cinta terlarangnya itu untuk Arshy. Jikalau memang dia bisa bertahan, gue bakalan ikhlasin Arshy buat dia dan bakal jelasin mengenai hubungan gue dengannya. Tapi, jikalau dia gak bisa bertahan dan dia pilih opsi untuk mengungkapkan, gue gak bakalan tinggal diam. Gue akan bawa Arshy menjauh. Kecuali, dia meminta penjelasan gue sebelumnya. Gue akan hapus semua opsi di atas tadi," jelas Arby, lalu meninggalkan Zafran dengan rasa kebingungan.

☁️☁️☁️

Sakit, lebih dari itu. Abigail sungguh merasa sakit. Sakit melihat orang yang dicintainya dalam diam bersamaan menghantam hatinya dengan rasa sakit yang  ia dapatkan dari pengkhianatan sahabatnya. Dia jelas tau menyimpan perasaan pada seseorang yang belum halal untuknya, tetapi ia terus menumbuhkan rasa itu. Rasa yang tumbuh di ladang yang salah.

Dia merasa semua sudah berakhir, mungkin lebih baik dia mundur secara perlahan tetapi pasti. Dia harus melepaskan salah satu dari mereka dan tentu saja yang salah. Dia tidak ingin kehilangan keduanya, tetapi dia harus memilih salah satunya. Antara persahabatannya atau kah cinta dalam diamnya. Melihat keadaan yang ada, lebih baik jika dia memilih persahabatannya.

Karena sudah jelas,  dia tidak akan memilikinya. Dia sudah menjadi milik orang lain yang tidak lain adalah sahabatnya sendiri. Abigail tidak ingin, cintanya yang berlebihan menjadi benci yang berkepanjangan. Hal itu akan berakibat pada cinta itu sendiri. Mengatasnamakan cinta padahal hanyalah sebagai obsesi semata.

"Eh, sayang. Kamu di sini juga ternyata," ucap seseorang yang tiba-tiba datang mengapit lengan Abigail dengan kedua tangan gatalnya. Belum selesai masalah yang satu, timbul lagi masalah lainnya. Entah dari mana lagi hama ini berasal?

"Kenapa bisa di sini?" tanya Abigail singkat, bingung mengapa Cantika  bisa berada disini, di desa ini.  Yah, kedua tangan yang tengah menghimpit tangan Abigail itu adalah milik Cantika. Cabe-cabean sekolah yang terobsesi untuk memiliki Abigail.

"Masa kamu gak tau sih? Villa aku yang itu sayang, yang di depan villa kamu," jawab Cantika dengan suara serak-serak manjanya. Membuat bulu kuduk Abigail meremang, jijik. Dan sepertinya ini sebuah Mala petaka, bagaimana mungkin dia juga memiliki villa di puncak tepat di depan villa keluarga Abigail?

"Kamu lagi free kan? Yuk kita jalan-jalan" ujarnya, lalu memegang tangan Abigail yang tadinya sudah sempat ditepis. Namun, tidak berlangsung lama, Abigail kembali menepis tangan itu.

"Gak usah pegang-pegang!" bentak Abigail. "Kok kamu gitu sih? Pegang aja gak boleh. Tapi, gak apa-apa deh. Aku tau kok, kalo kamu itu cuman jual mahal kan?" ucap Cantika tidak menyerah, membuat Abigail ingin angkat bicara untuk membasmi hama perusak ketenangan itu. Namun belum sempat ia berucap, Arshy datang dari lain arah menuju ke arahnya.

"Assalamualaikum, Kak," salamnya, setelah sampai di hadapan Abigail dan Cantika. Namun, baik Abigail mau pun Cantika sama sekali tidak menjawab salam darinya.

"Em-Ka-Kak. Kita mesti buat susunan acara buat nanti malam," ujarnya terbata, mungkinkah dia takut dengan tatapan Cantika atau kah mengingat bentakan Abigail yang masih terngiang dibenaknya ketika di bis tadi?

"Eh, lo kan wakilnya. Lo lah yang buat. Masa mesti ketua sih yang buat? Bilang aja kalo lo iri liat kedekatan kami. Ya gak sayang?" ujar Cantika. Sementara Abigail, ia tidak membantah atau pun menyetujui ucapan Cantika. Yang ia lakukan  hanyalah diam, bahkan ketika Cantika mengapit lengannya seperti tadi, ia tidak menepisnya.

"Walau begitu kami juga perlu persetujuan ketua, Kak. Makanya, kami butuh Kak Abigail buat ikut Ra-pat," ujar Arshy yang masih berusaha membawa Abigail untuk ikut rapat bersama pengurus rohis yang lain.

"Terserah lo," tekan Abigail, sebelum berlalu dari hadapan Arshy bersamaan dengan Cantika. Dia tidak mempedulikan Arshy yang hanya dapat berdiri di tempatnya mematung dengan perlakuan Abigail terhadapnya.

"Sakit, sungguh sakit Ya Allah. Melihatnya mengacuhkanku begitu saja. Seakan aku tidak ada. Apa mungkin ini teguran-Mu? Teguran akan perasaan yang seharusnya tak pernah ada untuknya. Teguran bahwa aku telah mencintainya melebihi mencintai Mu, Ya Allah. Afwan, maafkan aku atas kekhilafanku, Ya Allah. Tapi, rasa ini tak bisa pergi begitu saja. Setelah terpendam sekian lama," batin Arshy memandang kepergian Abigail dengan sendu.

Arshy ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang