Arshy || Perihal Menaruh Rasa

5.3K 338 0
                                    

Cinta merupakan sesuatu yang sederhana tetapi rumit di saat yang bersamaan.

~Arshy Aresha Akbar~

☁️☁️☁️

Cinta adalah perasaan terunik dari semua rasa yang pernah singgah di hati seorang Arshy. Entah mengapa? Walau rasa itu adalah rasa yang belum pasti membuat dirinya bahagia, ia tetap mempertahankannya. Walau rasa itu belum lah pasti terbalaskan, ia tetap mengharapkannya. Walau beribu cara telah ia coba untuk melupakan bahkan menghilangkan rasa itu dari hatinya, entah mengapa ia layaknya tersesat. Sejauh manapun ia berlari, semua jalan telah ia lalui, ia masih terjebak di tempat yang sama, merasakan cinta untuk seseorang yang tidak pernah ia duga sebelumnya.

Untung saja, ia masih punya batasan diri berupa Iman. Ia percaya bahwa Allah akan memberikannya jodoh yang terbaik jika telah tiba masanya. Walau tidak pasti doanya yang ingin dipersatukan dengan pujaan hatinya terkabul, ia tetap berusaha untuk meminta. Layaknya sebuah kalimat penuh makna dari seorang pecinta kata, jika dia yang namanya selalu terucap dalam doamu bukan lah jodohmu, maka kamu adalah jodoh dari seseorang yang menyelipkan namamu dalam doanya. Bukan 'kah dicintai lebih baik dari pada mencintai?

"Dek, ayo turun makan dulu!" teriak bunda Arshy dari sebalik pintu kamarnya, menghentikan aktivitas dirinya yang tengah menulis segala isi hatinya di sebuah buku harian. "Iya, Bun. Aku beresin ini dulu, nanti aku nyusul," jawab Arshy kepada bundanya yang telah membuka pintu kamarnya. "Ya, udah. Cepetan yah, Abang kamu udah lapar tuh dibawah," ujar bundanya kemudian.

Setelah membereskan semua buku-buku yang telah ia gunakan tadi, tidak lupa menyimpan buku hariannya di tempat rahasia, ia turun ke bawah. Terlihat di meja makan telah berkumpul bunda, ayah dan Arshya, abangnya.

"Dek, kok lama banget sih? Kebiasaan deh. Makanya, kalo udah selesai bantu Bunda masak stay aja di meja makan gak usah ke kamar segala. Laper tau nungguin kamu," omel Arshya kepadanya, membuat ayah dan bundanya terkekeh samar. "Maaf, Bang. Gini aja, khusus hari ini Abang dulu yang aku siapain makanan. Ayah sama Bunda nyusul," bujuk Arshy sambil mengambilkan nasi ke piring Arshya dengan disusul lauk pauknya.

Semenjak beberapa tahun belakangan, memang Arshy telah menekuni aktivitas ini. Aktivitas menyiapkan nasi beserta lauk pauknya di piring Bunda, Ayah, serta Abangnya. Teringat perkataan Umminya di pesantren, itu salah satu bentuk penghormatan kita kepada orang tua.

"Nah, gini aja setiap hari. Kan jadi tambah sayang," ungkap Arshya setelah Arshy meletakkan piring yang telah penuh dengan nasi dan pelengkapnya tepat dihadapannya. "Gombal," ujar Arshy sambil mencubit kedua pipi Arshya gemas.

"Dek, gimana? Kamu emangnya sudah siap langkah kelas?" tanya ayahnya tiba-tiba disela makan mereka. "InsyaAllah. Adek siap, Yah," jawabnya tanpa ragu. "Ya harus siap dong. Supaya nanti pas kuliah kita bisa barengan. Kan kalo kita barengan aku bisa jagain kamu."

Memang benar bahwa kemauan Arshya yang ingin selalu bersama dengan Arshy membuat Arshy menjadi siswi percepatan. Dan tentu saja Arshy sangat setuju, karena dengan begitu ia dapat mengejar mimpinya di mana pun tanpa ada rasa khawatir. Ia selalu berpegang teguh pada ajaran agama bahwa perempuan tidak diperbolehkan melakukan perjalan jauh tanpa mahramnya. Hal tersebut lah yang memotivasi dirinya untuk menjadi siswi percepatan agar dapat sekampus dengan Arshya atau setidaknya satu kota dengannya.

☁️☁️☁️

Setelah kepulangan Arshy, Abigail layaknya orang kesurupan, senyum-senyum sendiri tanpa sebab yang pasti. ("Ada kali sebabnya Thor, yah pasti mikirin Arshy lah, " ujar si Abigail membantah argumen sang Author." ~Poor Author , orang ganteng mah bebas.)

Arshy ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang