Arshy || Perihal Waktu

5.1K 332 14
                                    


Semua hanya tentang waktu.

☁️☁️☁️

Semua telah berlalu, berlalu meninggalkan masa lalu. Waktu yang telah pergi tidak dapat diulang kembali, tidak dapat pula dipercepat meninggalkan begitu cepat. Tidak ada masa lalu, juga masa depan, yang ada hanyalah masa sekarang, masa saat ini.

Detik, menit, jam, hari, minggu, bahkan bulan yang telah terlewati, membawa begitu banyak perubahan dan menyimpan begitu banyak kenangan.

Angel? Entah bagaimana kabarnya sekarang? Rumor yang beredar mengatakan bahwa keluarganya yang tidak sanggup menahan malu akan masalah yang diperbuatnya, mengasingkannya ke luar negeri. Bagaimana tidak malu? Selain perilakunya yang suka melakukan bully, juga pergaulan bebasnya yang keluar masuk klub malam, sampai kasusnya yang suka mencoreng nama baik orang demi membuktikan bahwa dia yang terbaik dari yang lainnya, membawanya ke Rana hukum. Untung saja, karena kekuasaan ayahnya yang merupakan salah satu konglomerat itu, dia dibebaskan hingga kemudian diasingkan ke luar negeri. KATANYA.

Sementara antek-anteknya, sudah dikeluarkan dari sekolah secara tidak terhormat. Semua kasus-kasus pelanggaran peraturan sekolah membawa mereka mendapatkan point yang tinggi,  menyebabkan mereka harus dikeluarkan dari sekolah.

Berbeda dengan nasib Cantika, setelah bertemu Arshy di malam itu, ia memutuskan untuk mengikuti saran dari Arshy. Yaitu, masuk pesantren. Mengenai orang tuanya, dia tidak perlu repot-repot untuk meminta persetujuan mereka. Toh apapun yang dilakukan oleh Cantika, mereka tidak peduli selama itu tidak mempengaruhi perkembangan bisnis mereka.

Yah, semua mendapatkan apa yang memang seharusnya mereka dapatkan.

Nah, untuk Arshy sendiri beserta kawan-kawannya maupun pujaan hatinya, mereka kini tengah sibuk-sibuknya mempersiapkan diri dalam menghadapi UN yang sudah berada di depan mata. Mereka banyak menghabiskan waktu di perpustakaan dan membaca buku. Seperti saat ini, bukannya pagi-pagi sarapan roti sama susu atau tidak nasi goreng, mereka malah sarapan dengan membaca buku.

XII IPA A, memang terkenal dengan ketekunan dan kecerdasannya, mulai dari bangku yang paling depan hingga bangku yang paling belakang, semuanya tengah membaca buku. Telepon genggam yang biasanya berada di tangan, kumpul-kumpul dalam rangka rumpi yang biasa mereka lakukan, kini tergantikan dengan buku, buku, buku dan buku.

Hingga bahkan, suara derap kaki di luar pintu kelas, mereka hiraukan. Padahal biasanya, mereka akan berlari ke sana ke mari---panik, takut terkena nasehat pagi.

"Pagi, Anak-anak," sapa ibu Ana selaku wali kelas mereka. "Pagi, Bu!" jawab mereka serentak, lalu meletakkan buku mereka di atas meja sebagai penghormatan terhadap Bu Ana yang mungkin saja akan segera mengoceh panjang lebar.

"Wah. Ibu salut sama kalian yang masih pagi-pagi seperti ini sudah membaca buku. Padahal biasanya masih pada ngerumpi," ujar bu Ana dengan bangga, walau sedikit menyinggung. "Jika terus seperti ini, Ibu tidak perlu repot-repot mengingatkan kalian agar lebih giat belajar untuk persiapan UN. Toh kalian sudah sadar sendiri," ujarnya kemudian.

"Tapi, sungguh disayangkan. Ini merupakan tahun terakhir kalian bersama, masa sih kalian diem-dieman, sibuk dengan buku masing-masing?" sesal bu Ana. "Sayang kan?" tanyanya ketika melihat muridnya tidak merespon sedikit pun, padahal dia sudah berbicara panjang lebar sedari tadi.

"Iya, sayang!" jawab mereka serentak tanpa tahu kalimat sebelumnya merupakan jebakan. "Aduh-aduh, Ibu jadi malu, deh. Kalian sih, panggil Ibu sayang segala. Ibu tau kok bahwa kalian sayang Ibu," canda bu Ana yang ternyata berhasil mencairkan suasana.

Arshy ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang