"Apa pun yang kau tanam, maka itu yang akan kau dapatkan."
~Only Me~
☁️☁️☁️
Sebulan sudah Arshy menjalani hari-harinya sebagai murid kelas XII. Gosip-gosip yang beredar tentangnya hilang bak angin yang hanya lewat. Cantika dan Angel serta merta pengikut-pengikutnya, hilang bak ditelan bumi. Sementara Abigail kini telah lengser dari posisinya sebagai ketua rohis yang tentunya Arshy pun bukan lagi wakil dari sang ketua. Kepengurusan rohis sudah berpindah tangan.
Saat ini murid kelas XII tengah sibuk-sibuknya untuk mempersiapkan diri menghadapi Ujian Nasional yang sudah di depan mata. Tidak heran jika murid kelas XII yang mempunyai jabatan di beberapa organisasi lengser tergantikan oleh murid kelas XI.
Seperti saat ini, di kelas XII IPA A, meskipun tidak ada guru yang masuk mereka tetap di dalam kelas dan belajar dengan cara berkumpul dan berdiskusi.
"Oh. Gitu caranya yah, Shy?" ujar Zahrah teman sebangku Arshy sambil mengangguk-anggukan kepala. Memang mereka membentuk lingkaran mengelilingi meja Arshy hanya untuk bisa diajari oleh Arshy, karena menurut mereka setelah sebulan ini sekelas dengan Arshy, mereka bisa menilai bahwa Arshy bisa lebih dahulu paham dari pada mereka.
Tidak terkecuali Abigail, Arshya dan Zafran. Mereka juga ikut dalam mendengarkan penjelasan-penjelasan yang dipaparkan oleh Arshy. Walau awalnya Arshy bahkan tidak mau membuka suara, tetapi karena bujukan teman-temannya akhirnya ia pun luluh dan mau mengajari mereka.
"Gue keknya lebih mengerti deh kalo Arshy yang jelasin," ungkap Sammy salah satu teman sekelas Arshy. Hal tersebut disetujui oleh teman-temannya yang lain. "Kok lo bisa lebih mengerti yah dari pada kami? Padahal kan lo baru sebulan di kelas tiga, lah kami udah tujuh bulan," heran Zahrah dengan alis yang berkerut.
"Arshy kan fokus. Nah, lo mikirin cogan Mulu. Mentang-mentang banyak cogan di sini," jelas Zafran dengan penuh kepercayaan diri. "Iya kali yah," setuju Zahrah dengan polosnya. "Yaelah nih anak, polos bener. Yah gak mungkin lah cuman gara-gara itu aja," ujar Zafran sambil terkekeh pelan sebab melihat kepolosan Zahrah.
"Eh, emang Arshy udah pinter dari sononya kali, mana cantik lagi. Tergoda Abang, Dek," gombal Sammy dengan menggerlingkan matanya, membuat seisi kelas jadi ricuh. "Belajar, belajar aja. Gak usah gombalin adek gue!" peringat Arshya dengan ketus.
"Heh, denger tuh! Kan marah Abangnya," ledek Zahrah kepada Sammy, sementara Sammy yang digertak seperti itu menjadi ciut. Arshy yang berada ditengah-tengah mereka tersenyum sambil menggelengkan kepalanya melihat kelakuan mereka. Dan jangan tanya bagaimana dengan Abigail, karena sedari tadi dia sudah menggertak kan giginya kesal.
"Udah-udah," ucap Arshy menengahi, membuat mereka kembali diam dan memperhatikan salah satu ciptaan Allah yang MasyaAllah begitu indah menawan mata.
"Sebenarnya, kita semua bisa pinter, kok. Itu tergantung usaha dan doa kita kepada Tuhan Yang Maha Esa. Namun, ada yang memang dianugerahi oleh Tuhan dengan kepintaran, ada juga yang pintar karena usahanya dan yah diridhoi sama Tuhan. Jadi, ayo semangat. Kalian juga pasti bisa!" ujar Arshy, ia berusaha untuk menyemangati teman sekelasnya.
Mendengar penuturan Arshy tersebut beberapa diantara mereka terenyuh, ingin sekali mereka bisa seperti Arshy, ingin sekali mereka memiliki seseorang yang seperti Arshy dan masih banyak pemikiran pemikiran yang lain lagi. Sampai, serentak hp mereka berbunyi, menandakan ada notifikasi yang masuk.
"Eh, kalian liat, deh. Beneran ini Cantika?" tanya salah seorang dari mereka yang diketahui bernama Arni. "Aelah, udah gue duga. Tuh anak emang gak bener," timpal Tiara yang juga teman sekelas Arshy. "Tapi, bukannya dia anak orang kaya, yah? Kok dia mau jadi pelacur? Kurang apa duit nyokap bokapnya?" Obrolan mereka pun terus berlanjut.
"Eh, setau gue, yah. Orang tua Cantika itu pemilik klub malam tau. Selain klub malam, orang tua Cantika juga pemilik hotel, yah jelas lah mereka kaya." Satu persatu fakta mengenai hidup Cantika muncul ke daratan, merembes jauh dan semakin jauh, membiarkan angin membawanya bersama dengan dedaunan yang mengotori.
"Terus ngapain Cantika jadi pelacur?" Pertanyaan-pertanyaan baru pun mulai muncul. "Eh, jelas lah Cantika kek gitu. Orang lingkungan kehidupannya aja gak bener," sinis yang lain.
"Untung gue gak jadi jadian sama dia, bisa dapat apes gue." Para kaum adam pun mulai bersuara, menimpali ucapan para kaum hawa sebelumnya. "Mana mau Cantika sama modelan kek lo. Jangankan jadian, PDKT aja gak sampe," ledek Zafran pada temannya itu.
"Alah, Cantika itu cuman buta. Masih mendingan gue kemana-mana, dari pada tuh om-om yang dia gandeng," balasnya tidak mau kalah. "Kok gue jijik, yah. Nyesel gue kemakan omongan munafik dia tuh." Zahrah pun mulai ikut- ikutan. "Untung dia udah pindah kelas, yah. Kita gak jadi deh sekelas sama orang rendahan." Kata-kata mereka mulai menusuk dan kasar. "Tuh anak gak punya malu kali, yah. Soalnya tadi gue lihat dia masuk sekolah, loh. Kalo gue, udah menenggelamkan diri kali di Samudra Pasifik."
Melihat gosip ini akan terus mengalir, Arshy angkat bicara, "udah. Gak baik ngomongin temen sendiri. Lagian kan kita gak tau kenyataannya seperti apa. Yang terlihat nyata belum tentu kenyataannya." Ucapan Arshy sontak membuat seisi kelas berpusat kepadanya.
"Kok lo belain dia, sih? Bukannya lo pernah difitnah habis-habisan sama dia?" tanya Zahrah heran dengan sikap Arshy yang malah membela Cantika.
"Justru karena aku pernah diperlakukan seperti itu, aku jadi tahu rasanya. Benar atau tidaknya gosip itu, tetap saja menggosipkan orang itu perilaku yang buruk dan tentunya bisa menyakiti hati orang lain. Dari permasalahan aku kemarin, seharusnya kalian bisa mengambil pelajaran. Kemarin aku, hari ini Cantika dan esok tidak menutup kemungkinan salah satu dari kalian. Sejauh mana pun kita menghindar, kita pasti akan mengalaminya, baik sebagai bentuk karma atau pun sebab kita diuji oleh Yang Maha Kuasa."
Penuturan Arshy memberikan pukulan telak bagi mereka semua. Mereka terdiam dan menyesali apa yang telah mereka katakan tadi. Kini mereka mulai takut kalau-kalau hal tersebut juga terjadi pada mereka.
☁️☁️☁️
Terlihat Cantika tengah menahan rasa kesalnya. Bagaimana tidak? Kini foto dan video dirinya tengah bersama seorang om-om tersebar di SMA Pelita, tempatnya bersekolah.
Kenyataannya, ini bukanlah keinginannya. Ia hanya menuruti perintah papanya yang ingin ia menemani seorang klien perusahaan yang tidak lain dan tidak bukan om-om yang tengah digosipkan dengannya itu.
Namun, entah siapa yang menyebarkan berita tidak benar itu, tentang dia yang menjadi simpanan om-om berkantong tebal. Namun, siapa pun itu, Cantika telah bersumpah akan membalasnya.
"Lo kok keliatan kesal, sih?" tanya Angel melihat Cantika memasuki pintu kelas. Cantika dan angel memang sekarang sudah berada dalam kelas yang sama. "Alah, gak usah pura-pura gak tau, deh. Lo juga pasti udah liat foto yang kesebar itu, kan?" sewot Cantika langsung menerobos duduk di bangkunya.
"Oh, gara-gara itu. Gue juga pasti kesel tau kalo digituin. Pokonya lo harus cari tau siapa pelakunya dan gue yakin pelakunya pasti Arshy. Secara gitu yah, dia mau balas dendam atas apa yang udah kita lakuin ke dia," ujar Angel memanas-manasi Cantika.
"Kita liat aja nanti ... apa yang akan gue lakukan pada Arshy. Tunggu aja," ucap Cantika sinis menatap penuh benci juga dendam. Sementara Angel yang mendengar tersenyum miring.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arshy ✓
Teen FictionKisah romansa anak remaja. Mencinta, tetapi tidak bisa berbuat apa-apa. Jangankan menyentuh, memandang pun enggan, karena teringat akan dosa yang memenjara. Hendak menunggu waktunya tiba, tetapi rasa telah membuncah kian bertahtah. Apalah daya, bers...