Uci dan Maman masih terdiam setelah mendengar pengakuan Evi. Uci dan Maman sangat bersyukur memiliki anak angkat sebaik dan secantik Evi. Uci mulai merenung dan menghayal, "Andai Usman bisa jatuh cinta pada Evi, aku rela memiliki menantu seperti Evi yang soleha."
Usman putra Uci dan Maman. Uci dan Maman hanya memiliki seorang putra. Usman sedang kuliah di Institut Teknologi Bandung. Uci sangat kesepian sejak Usman kuliah dan ngekos di Bandung.
Maman heran melihat istrinya melamun dengan tatapan kosong. Maman menggenggam tangan Uci dari belakang punggung Evi. Uci menyadari genggaman tangan Maman langsung tersadar dari lamunannya.
"Evi... karena masalahmu sedikit berat, saran Ibu jangan pernah keluar sendirian, ya?" ucap Uci.
"Aku hanya ingin mengabarkan pada ibuku, kalau aku baik-baik saja di sini," balas Evi.
"Selain surat apakah ada cara lain untuk menghubungi ibumu? Misalnya dengan Tanya Uci.
"Masih, Bu! Dulu aku meminta nomer telepon sahabatku untuk saudaraku yang bekerja di Arab Saudi. Aku hapal nomernya karena aku catat di tembok," jawab Evi.
"Kalau begitu, jangan kirim surat lagi, ya? Kamu minta sahabatmu untuk menjemput ibumu agar bisa bicara dengamu," ucap Uci.
Evi menatap wajah Uci yang lembut dan berwibawa. Evi langsung memeluk ibu barunya. "Terimakasih, Bu! Ibu selalu baik," bisik Evi.
"Kami sudah menganggapmu seperti anak sendiri. Mulai sekarang kamu tidak boleh canggung lagi pada kami, ya?" Balas Uci.
Hari itu Evi sangat bahagia sekali mendengar Uci dan Maman sudah menganggapnya seperti anak sendiri. Uci dan Maman sangat memanjakan Evi. Bagi Uci dan Maman, Evi adalah kiriman dari Tuhan untuk dijadikan putrinya.
Sementara itu di tempat Jamilah, Ucup mendobrak pintu dan mencari Evi. Jamilah sangat heran Ucup mencari Evi. Andi dan Edi ikut heran melihat ayahnya datang dan marah-marah.
"Evi! Keluar kamu!" Teriak Ucup.
"Kenapa Ayah mencari Evi?" Tanya Andi ketus.
"Panggil adikmu, Ayah ingin bicara!" Jawab Ucup.
"Evi sudah beberapa hari ini tidak pulang! Ini pasti ada sangkut pautnya dengan Ayah, kan?!" tanya Andi.
Ucup terkejut dan terdiam mendengar Evi belum pulang. "Kemana Evi? Katanya kabur, kok belum pulang? Jangan-jangan tidak tahu jalan pulang!" teriak batin Ucup.
"Jawab, Ayah!" Bentak Andi.
"Aku tidak tahu! Aku justru ke sini mencari Evi, dan ingat? Jika dia sudah pulang hubungi Ayah!" Ancam Ucup.
Jamilah yang dari tadi terdiam dan ketakutan langsung berdiri menghampiri Ucup. Jamilah merasa heran Ucup tidak bersama Evi.
"Di mana Evi, Kang? Katakan di mana dia!" Pekik Jamilah.
"Apa-apaan kamu? Berani membentakku? Aku tidak tahu Evi dimana!" Jawab Ucup.
"Jangan pura-pura dihadapanku! Aku tahu kamu sudah menculik Evi di angkutan umum, di mana anakku?!" Jerit Jamilah sambil menangis dan menarik kerah Ucup.
"Lepaskan! Aku tidak tahu! Aku ke sini karena Evi kabur! Karena itu aku ke sini ingin tahu keadaannya!" Bantah Ucup.
Andi dan Edi terejut mendengar ibunya tahu tentang Evi. Andi langsung mendekati ayahnya dan menarik tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Azab Penjual Perawan
Non-FictionKisah nyata untuk dewasa Jangan lupa follow, komentar dan bintangnya. Terimakasih Salam hangat Mamah Ranggi