Wajah Mila terlihat kusut dan murung, aku membawanya ke kamar supaya Mila lebih tenang. Sampai di kamar Mila langsung bertanya.
"Vi, aku ingin tahu yang sebenarnya, kabar dari tetangga, katanya kamu di jual Ayahmu ke Ibuku? benarkah itu? tolong jawab dengan jujur, selama ini aku tidak pernah tahu apa pekerjaan Ibuku. Tapi aku ingin tahu dari mulutmu sendiri, kita bermain sejak kecil, jangan ada yang di tutupi, Vi!" tanya Mila cemas.
Aku bingung sekali menjawab pertanyaan Mila, Mila beda dengan Ibunya, Mila tidak sama dengan Ibunya. Mila anak yang baik. Akupun terpaksa jujur pada Mila dan menceritakan semuanya, dan aku memberi saran pada Mila.
"Begini saja Mil, coba kamu diam-diam, susul Ibumu ke Kota, dan kamu bisa lihat sendiri, bagaimana hubungan Mamih Yos dan Mamih Ungil, atau kamu bisa menanyakan pada Ayahmu, karena menurut Ibuku, Ayahmu menceraikan Ibumu karena ketahuan sedang bercumbu dengan Mamih Ungil," kataku.
Mila langsung menangis tersedu-sedu, aku tidak tahan melihatnya menangis, aku sangat kasihan sekali pada nasib Mila.
"Aku tidak perlu ke sana Vi, aku percaya ceritamu, aku kadang bingung, setiap ada Ibu pasti ada gadis-gadis baru, dan Ibu mengirim surat kalau dia tidak akan pulang ke rumah lagi, dia akan membeli rumah baru, aku malu Vi... aku malu memiliki Ibu seorang mucikari," isak tangis Mila pecah.
Aku menenangkan Mila agar sabar, dan akhirnya Mila pamit pulang. Kakakku menatap kepergian Mila dengan mata tidak berkedip, Kakak seperti punya perasaan beda pada Mila.
"Kakak?! melihat Mila sampai begitu? naksir, ya?" ejekku.
"Mila cantik ya, sayangnya dia anak mucikari, Dik!" ucap Kakak.
Diam-diam ternyata Kakakku mengagumi Mila, beberapa hari kemudian, rupanya Mila mengirim surat pada Mamih Yos dan mengatakan semuanya pada Mamih Yos. Mamih Yos mengirim surat untukku dengan nada yang sangat marah.
"Evi! tidak disangka mulutmu kejam! kamu mengatakan semua pada anakku, aku kecewa sama kamu! aku tidak akan lupa sakit hatiku sama keluargamu yang sudah mencoreng nama baikku!" tulis Mamih Yos.
Aku terkejut membacanya, Ibu dan Kakakku ikut membaca. Mamih Yos tidak akan diam begitu saja. Mamih Yos mengirim dukun ke rumah Mila, untuk membuat Mila nurut dan tidak benci pada Ibunya. Mamih Yos sangat kecewa pada Mila, karena Mila tidak mau pindah rumah. Malam itu Mila datang dan menggedor pintu sambil menangis.
"Evi... ! Evi... ! uka... !" teriak Mila.
Kakakku membukakan pintu, Mila langsung menubruk Kakakku, memeluk dan menangis, Kakakku terkejut dan hanya diam, aku dan Ibu menghampiri Mila dan menenangkannya. Kami membawa Mila ke kamar dan memberi minum agar tenang.
Mila masih menangis sesenggukan dan menjambak rambutnya sambil mengutuk Ibunya.
"Mamih kejam! Mamih jahat!" teriak Mila.
Aku dan Ibu masih bingung, Mila terus menangis dan memukul kepalanya dengan tangan. Mila akhirnya menceritakan kejadian sambil menangis.
"Aku di perkosa dukun tua itu, Vi! dia bilang di suruh Ibuku dan akan mengobatiku, aku di suruh buka baju untuk di mandikan, aku takut, hanya aku sendirian di sana, tapi aku tidak berpikir kalau dia akan memperkosaku, aku menuruti keinginannya, membuka baju dan hanya pakai kain. Tapi dia tiba-tiba memelukku dan membungkam mulutku, dia jahat dan sangat kejam!" ucap Mila sambil menangis.
Kakakku diam-diam mendengar cerita Mila dari balik pintu langsung marah dan ikut bicara.
"Mana dukunnya! masih ada di rumahmu tidak?" tanya Kakak.
"Dia sudah kabur keluar dari rumah!" jawab Mila sedih.
Mila masih menangis, kami sangat terpukul dan kasihan pada Mila. Mamih Yos sudah mengorbankan anaknya sendiri.***
KAMU SEDANG MEMBACA
Azab Penjual Perawan
Non-FictionKisah nyata untuk dewasa Jangan lupa follow, komentar dan bintangnya. Terimakasih Salam hangat Mamah Ranggi