Usman mendekati Ucup yang masih berdiri dan berharap Usman akan memberikan uang.
"Maaf aku tidak akan memberikan uang mahar pada Bapak. Karena yang mengasuh Evi adalah ibunya, jadi mahar akan aku berikan pada ibunya." Tolak Usman.
Wajah Ucup langsung berubah, Ucup menahan marah dan melotot kesekelilingnya. Wajah Ucup merah padam.
"Kalau begitu, silahkan orang lain yang menikahkan Evi! Aku tidak mau menjadi walinya," tegas Ucup.
"Tidak masalah Pak, ada pak Kyai yang akan menjadi wali saya, atau kakaknya," balas Usman.
"Pak Kyai saja, Mas!" Sela Andi kakaknya Evi.
Pak Kyai yang tadinya hanya diam dan tersenyum melihat keadaaan di dalam rumah Jamilah langsung berdiri dan menghampiri Ucup.
"Apa Bapak bersedia saya yang menjadi walinya?" tanya pak Kyai.
"Terserah, yang jelas aku tidak mau menjadi walinya!" jawab Ucup.
"Saya tanya sekali lagi, apakah bapak menyerahkan saya menjadi walinya?" tanya pak Kyai kembali.
"Ya!" jawab Ucup singkat.
Disaksikan pak RT dan warga, malam itu hari bersejarah buat Evi dinikahi secara paksa. Usman mengeluarkan beberapa lembar uang untuk mahar dan maskawin. Usman tidak peduli Evi setuju atau tidak. Bagi Usman menikahi Evi adalah keputusan terbaik untuk melindungi Evi dari fitnahan ayahnya.
Jantung Evi berdegup sangat kencang melihat prosesi ijab kabul. Jamilah tiada henti bersyukur karena doanya terkabul memiliki menantu yang soleh. Jamilah dan kakaknya Evi terus tersenyum, berbeda dengan Evi yang tegang dan masih ketakutan karena kehadiran ayahnya.
"Sah?" tanya Pak Kyai.
"Sah!" teriak warga dan pak RT.
Ucup masih cemberut dan menahan marah melihat Evi sudah menikah. Mata Ucup terus melotot ke arah Jamilah yang sedang memegang uang. Usman menyadari Ucup sedang marah langsung menghampirinya.
"Sekarang Evi sudah menjadi istriku, Pak! Jika Bapak berani menjual Evi ke mucikari lagi, aku akan melaporkan Bapak ke Polisi," ancam Usman.
Ucup sangat terkejut dengan ancaman Usman. Pak RT dan warga setempat ikut terkejut mendengar pengakuan Usman.
"Maksud kamu apa ini?" Tanya Pak RT.
"Ayahnya Evi ini tega menjual anaknya pada mucikari, terutama gadis perawan. Dan mucikari itu adalah warga Bapak juga, dia Yos," jawab Usman.
"Menjual Evi? Apa kamu punya bukti?" tanya pak RT.
"Saat Evi akan dijual pada pria hidung belang, Evi berhasil kabur. Orangtua saya yang menolong Evi," jawab Usman.
Pak RT langsung menatap Evi yang terdiam lesu. "Benarkah itu Evi?" tanya pak RT.
"Iya benar, Pak," jawab Evi.
Usman tidak sabar ingin melihat Ucup pergi dari rumah Evi. Usman sangat paham kalau Evi dan keluarganya sangat resah dengan kehadiran ayahnya.
"Sebaiknya Bapak dan warga di sini hati-hati, jangan sampai ada anak gadis yang dijual ayahnya Evi dan Yos," sindir Usman.
"Ini tidak bisa dibiarkan! Aku akan ke rumah Yos," ucap pak RT.
KAMU SEDANG MEMBACA
Azab Penjual Perawan
Phi Hư CấuKisah nyata untuk dewasa Jangan lupa follow, komentar dan bintangnya. Terimakasih Salam hangat Mamah Ranggi