Sedang revisi

1.8K 68 0
                                    

Pertama kalinya Usman tidur di kamarku, saat malam tiba, aku merasa heran, Usman meminta tikar.

"Vi, punya tikar tidak?" tanya Usman.

"Buat apa Mas, minta tikar?" jawabku heran.

"Buat tidur, aku tidur di bawah saja, Vi," ucap Usman santai.

"Jangan Mas, tidur saja di sini," ajakku.

"Kalau aku tidur di kasur kamu mau tidur di mana?" bisik Usman.

"Aku tidur di sini, sama Mas," jawabku malu.

"Ya sudah tidurlah, Mas jaga di sini," ucap Usman masih terkejut dengan ajakanku.

"Mas juga tidur, seharian Mas sudah lelah, tidurlah, maaf tempatku seperti ini Mas," ucapku malu.

Akhirnya kamipun berbaring bersama, tapi aku ingat mobil Usman di pinggir rumah orang, akupun bertanya pada Usman.

"Mas... mobilnya jauh dari rumahku, apa tidak hilang?" tanyaku khawatir.

"Pasrah saja Vi, mobil hilang bisa beli lagi, asal jangan kehilangan istri tercinta," jawab Usman merayu.

Rasanya aku tersanjung dan melambung, kata-katanya menjadi penghantar tidur yang indah, aku ingin sekali memejamkan mata, tapi hati dan jantungku tidak bisa kompromi, rasanya berdebar terus tidur bersama Usman. Usman bangun dan menyelimuti tubuhku.

"Sudah tidur ya, jangan berpikir macam-macam," ucap Usman pelan.

Akupun memberikan senyum pada Usman, tapi Usman justru terus menatapku sambil tersenyum.

"Baru kali ini aku melihat senyum manis istriku, tambah cantik kalau senyum Vi," rayu Usman.

Pujian Usman membuatku grogi dan merinding, aku di puji suamiku, rasanya semakin kencang degup jantungku.Akupun menutupi wajahku dengan boneka kecil pemberian Usman, aku malu karena Usman terus memandangi wajahku.

"Ya Allah, jangan pisahkan aku dan suamiku, aku mulai sadar aku menyayanginya ya Allah, maafkan aku telah mengabaikan suami ya Allah," doaku dalam hati.

Kamipun terlelap tidur, saat bangun aku tak sadar memeluk Usman, dan Usman sedang memandangiku. Aku terkejut dan malu sekali, aku langsung berbalik badan karena malu, Usman langsung membisikiku.

"Maaf ya Vi, aku tadi mau bangun, tapi tidak tega membangunkanmu, karena kamu memelukku erat, jangan-jangan aku dikira Ibumu ya, Vi?" bisik Usman.

"Hahaha, iya Mas maaf, aku memang biasa tidur memeluk Ibu," ucapku tertawa.

"Vi... Vi... coba aku ingin dengar sekali lagi ketawamu," ucap Usman penasaran.

Aku malu dan aku tutupi wajahku dengan bantal. Usman malah mengelitiki pinggangku, dan saat aku menggeliat suara ketukan keras dari luar rumah.

"Evi! keluar Vi!" teriak Mamih Yos.

Usman langsung keluar dan membukakan pintu, Mamih Yos dan Mamih Ungil langsung masuk sambil memanggil Mila.

"Mila! keluar kamu Mila! Mila! ayo pulang!" teriak Mamih Yos.

"Ibu sangat tidak sopan masuk rumah orang, dan memanggil Mila dengan teriak-teriak!" ucap Usman marah.

"Heh kamu! diam saja kamu! jangan ikut campur!" hardik Mamih Ungil.

"Evi sudah menjadi keluargaku, ini akan jadi urusanku jika ada yang mengganggu ketenangan mereka, jika tidak keluar sekarang, aku akan melaporkanmu ke Polisi!" ancam Usman.

Aku sangat terkejut melihat Usman marah, ternyata Usman bisa marah, aku memeluk Ibu dan Adikku dalam ketakutan, Mamih Yos mendengar ancaman Usman langsung menjawab.

"Kalian semuanya! jika kalian menyembunyikan Mila! aku tidak segan-segan membalas kalian semua!" ancam Mamih Yos.

"Aku tidak takut ancamanmu! jika kamu mengganggu istri dan keluargaku, aku yang akan menyeret kalian ke penjara! karena sudah membuat anakmu diperkosa dukun, dan kamu sudah menjadi mucikari dengan jual beli anak gadis yang tidak berdosa!" bentak Usman tidak mau kalah.

Mamih Yos langsung memandangku dengan mata melotot, aku benar-benar ketakutan dan gemetar, Mamih Yos dan Mamih Ungil akhirnya keluar dari rumah.

"Vi, ingat yah, jangan menerima Mila lagi di sini, nanti akan banyak menimbulkan masalah!" ucap Usman menasehati.

Aku hanya mengangguk karena masih ketakutan. Ibuku melamun dan menangis memikirkan Mila, bagaimanapun Mila dari kecil di urus Ibu, Mila sangat dekat dengan Ibu, entah kenapa Mila pergi dari rumah.

Pak Rt tidak menegur Mamih Yos, karena mereka takut pada Mamih Yos. Usman melihatku masih panik dan takut, langsung menenangkan aku. Terlihat dari wajah Usman sangat mengkhawatirkan aku.

Saat dua Kakakku datang, mendengar Mila kabur, dan Mamih Yos ngamuk, Kakakku semakin marah. Usman langsung bicara pada Kakakku.

"Andai saja kita tahu rumah dukun itu, aku akan melaporkannya ke Polisi," ucap Usman.

"Mila tahu rumahnya Mas, katanya di Desa Bakul, Mila pernah di ajak Mamih Yos ke tempat dukun itu, bahkan katanya sering ke sana jika Mamih Yos pulang ke rumah," ucap Kakak.

"Jika Mila datang, bujuklah supaya jangan takut, karena tidak lama lagi dukun itu pasti tertangkap, aku akan melaporkan hal ini pada Polisi," pesan Usman serius.

Kakakku mendukung niat Usman, tapi entah kenapa aku justru takut, karena Mamih Yos orang yang pendendam dan kejam.

***

Azab Penjual PerawanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang