Sedang revisi

1.7K 64 0
                                    

Dalam tiga hari Kakakku pulih, tubuhnya terlihat segar dan terlihat tidak kurus lagi. Kakak pertama langsung kami bawa pulang ke rumah. Sampai rumah, Kakakku di ruang tengah cemberut dan wajahnya seperti ingin marah.

"Nak sementara di sini dulu ya, sabar ya Nak, kenapa diam saja, Nak? apa kamu kangen sama Istrimu?" tanya Ibu.

"Tidak Bu, aku akan menceraikan Sari secepatnya, Bu!" jawab Kakak dengan wajah marah.

Aku dan Ibu terkejut, dalam hati kami bersyukur sekali, karena kami tidak menyukai perangai Sari.

"Apa kamu sedang ada masalah Nak?" tanya Ibu pura-pura tidak tahu.

"Dia kejam Bu, dia jorok, saat aku sakit, dia memaksaku mengusap wajahku dengan celana dalam dia yang bau dan bekas darah, aku di paksa minum katanya jamu Bu, dan bukan hanya itu Bu, Sari bercumbu dengan Ayah di rumahku. Aku tidak terima Bu! diperlakukan begini, Ayah kejam sekali Bu, maaf Bu, aku sebenarnya pernah memergoki Sari selingkuh dengan pria lain, tapi entah kenapa aku tidak bisa berbuat apa-apa, tapi untuk sekarang aku tidak akan memaafkan dia lagi," jawab Kakak tegas.

"Ya sudah Nak, mungkin belum jodohmu, tapi Ibu tidak rela kalau rumah itu di huni Ayahmu dan Sari, nak!" ucap Ibu marah.

"Aku yang akan mengusir mereka, Bu!" jawab Kakak.

Aku masuk kamar dan mengabarkan Mamah Ranggi, kalau Kakakku sudah pulang ke rumah dan hendak menceraikan istrinya. Aku telepon Mamah Ranggi, dan kami ngobrol sangat lama, sampai akhirnya akupun berurai air mata menceritakan kejadian saat dulu aku hendak di jual Ayah ke mucikari.

Aku ceritakan semua tentang kepahitan yang aku alami, dan aku berharap mendapatkan solusi dari Mamah Ranggi. Awalnya aku tidak menceritakan tentang masa laluku yang pahit, tapi karena tanya jawab Mamah Ranggi begitu detail, dan bertanya tentang perilaku Ayah, akhirnya akupun menjelaskan semuanya.

Rupanya Kakakku tidak main-main, seminggu kemudian Kakakku pulang ke rumah di pesisir dan langsung mengusir Ayah dan Sari, juga orang yang berkumpul di rumah kami. Bahkan Kakakku berkelahi dengan Ayah dan Bowo, dan di pisahkan warga.Tetangga menyalahkan Kakakku sudah kejam pada Ayah.

"Kamu tidak boleh begitu terhadap Ayahmu! bagaimanapun dia Ayahmu! jangan mentang-mentang Kamu sudah kaya, seenaknya mengusir mereka, dia juga Istrimu!" bentak salah satu tetangga.

"Heh! Kalian jangan asal bicara! aku mengusir mereka, karena Ayah dan Sari sudah jinah! Ayahku sudah meniduri istriku! puas sekarang kalian?!" hardik Kakakku.

Rupanya saat Kakak sedang berdebat dengan tetangga, diam-diam Ayah dan Sari kabur. Tetangga yang mendengar kebenaran itu langsung geram, namun sayang mereka sudah kabur.

Kakak langsung masuk rumah, ruangan yang bau dan berantakan. Kakak membersihkan rumah dan langsung mengunci pintu rumah dan memberi pesan pada tetangga, agar melarang Sari dan Ayah datang lagi. Aku di rumah menerima telepon, ternyata Sari menelepon dan memakiku.

"Evi! kamu yang menyuruh Kakakmu menceraikan aku, kan?! kamu jangan merasa tenang dulu Evi! aku akan membuat suamimu sama seperti Kakakmu! aku akan buat suamimu menceraikan kamu! ingat itu!" ancam Sari.

Aku syok mendengar ucapan Sari dan langsung menutup telepon. Hatiku gundah dengan ancaman Sari, aku takut Usman benar-benar menceraikan aku, karena terlalu banyak masalah dalam keluargaku.

Beberapa bulan berlalu, Kakakku sudah resmi menceraikan Sari, tak terasa bulan berganti begitu cepat, dan aku mendapat tugas dari Kampus untuk magang di SMP, (Guru PPL).

Saat ada rapat Wali Murid, aku menjadi penerima tamu Wali Murid, Tuhan selalu punya rencana indah di balik semua musibah, walaupun aku di pertemukan dengan orang yang jahat, masih banyak orang yang baik. Saat ada salah satu orangtua murid mengisi daftar nama, aku tidak pernah lupa wajahnya, aku langsung berdiri dan memberi salam.

"Mamah Ranggi?" sapaku.

Mamah Ranggi memandangku dan tersenyum, aku tidak sabar menunggu Mamah Ranggi selesai Rapat Wali Murid, tapi acara belum selesai juga. Mamah Ranggi keluar dan berdiri, aku langsung menghampiri dan bertanya.

"Mamah Ranggi tidak ikut rapat?" tanyaku.

"Mamah tidak tahan bau di ruangan itu, bau parfum, bau ketiak, campur aduk jadi satu, Mamah mual Vi, Mamah sudah ijin keluar tadi, oh ya bagaimana kabar Kakak dan Ayahmu?" jawab Mamah Ranggi.

"Kabarnya tidak baik Mah, Kakakku sudah bercerai dengan Sari, Mamah... aku mau tanya, jika sudah menikah, kalau suami tidak minta nafkah bathin, apakah itu boleh?" tanyaku penasaran.

Mamah Ranggi mengajakku keluar, menuju pedagang es kelapa, dan duduk di pinggir trotoar di bawah pohon sambil memesan es.

"Ngobrol di sini saja Vi, sambil Mamah tunggu anak pulang sekolah, apa alasan suami tidak memberi nafkah batin? siapa dia? suamimu?" tanya Mamah Ranggi.

"Iya Mah, suamiku, tapi dia tidak marah Mah, akupun tidak marah, karena Mamah sudah tahu awal menikah bagaimana, kan? Suamiku hanya tidak enak karena aku masih kuliah, menurut Mamah jika suamiku pulang, kami harus bagaimana Mah? aku bingung Mah," jawabku sedih.

"Evi... dalam pernikahan itu bukan hanya nafkah lahir saja yang di berikan, tapi nafkah batin juga perlu di berikan, antara suami dan istri mempunyai hak yang sama dalam nafkah batin ini, jika suamimu meminta maka kamu wajib melayani, begitu pula sebaliknya, jika istri meminta nafkah batin suami juga harus memenuhi, coba ketika nanti dia pulang, Evi layani dengan baik, tidak perlu malu, kalau Evi yang minta coba apakah dia menolak? kalau menolak hanya alasan kuliah, itu tidak masuk akal, masih banyak cara kalau memang tidak mau hamil dulu Vi, tapi sebaiknya kamu jangan ikut KB selama belum memiliki anak, kasihan suamimu Vi, siapa tahu dia ingin tapi tidak enak dengan kamu, jadi kamu sebagai istri harus pandai melayani suami dan menyenangkan suami ya," ucap Mamah Ranggi menasehati.

"Mamah, boleh aku tanya lagi? apakah Ayahku bisa berubah Mah?" tanyaku kembali.

"Berdoalah selalu untuk Ayahmu, supaya di beri hidayah oleh Allah ya, karena bagaimanapun jeleknya orangtua, anak tetap wajib mendoakan orangtua," jawab Mamah Ranggi.

Aku langsung memeluk Mamah Ranggi, aku senang sekali bicara dengan beliau.

***

Azab Penjual PerawanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang