Uci dan Maman sangat sedih mendengar Evi ingin pulang. Uci terus memeluk Evi dan tidak mau lepas. Meskipun Evi baru tinggal di rumahnya, Uci sangat sayang dan mengagumi Evi.
"Baiklah kalau itu permintaanmu, tapi jangan pulang sendiri, Ibu akan mengantarkanmu," ucap Uci.
"Ya, Bapak juga akan mengantarkanmu, pulang mengajar Bapak akan mengantarmu pulang," sela Maman.
"Pak, Bu... aku bisa pulang sendiri, aku tidak mau merepotkan Bapak dan Ibu," tolak Evi.
"Tidak merepotkan! Kami juga ingin mengenal keluargamu," sanggah Maman.
Evi terdiam dan melamun, Evi tidak tahu jalan arah pulang. Evi takut di jalan bertemu dengan ayahnya dan mamih Yos. Akhirnya Evi bersedia diantar orangtuanya Usman.
Uci dan Maman berangkat kerja, Evi dan Suminah ngobrol di teras. Suminah sedih mendengar Evi akan pulang. Usman dari balik tirai terus menatap Evi. "Gadis aneh, aku tidak pernah melihat dia tersenyum!" Gumam Usman.
Usman melihat Evi adalah gadis spesial yang tidak pernah dia temui sebelumnya. Usman merenung sejenak, dia tidak pernah melihat ibunya menyukai gadis yang dibawa Usman. Usman cemburu ibunya lebih memperhatikan Evi. Usman masuk ke kamar Evi dan memeriksa setiap ruangan. Usman melihat tas yang sudah di isi pakaian Evi. Usman membuka tas Evi.
Usman tidak menyangka Evi begitu rapih mengurus kamarnya. Usman langsung keluar dari kamar saat mendengar suara kaki melangkah. Usman dan Evi saling berhadapan di ruang tengah. Evi langsung berpaling dan menghindari Usman. Tangan Evi langsung ditarik Usman.
"Kenapa kamu menghindariku? Kamu jijik melihatku?" Tanya Usman ketus.
"Lepaskan aku!" Ucap Evi menepiskan tangan Usman.
"Jawab pertanyaanku!" Tanya Usman mengulangi.
"Maaf, Mas! Tidak ada yang perlu di jawab! Mas akan tenang setelah aku pergi dari sini," jawab Evi sambil berlalu meninggalkan Usman.
Usman tersenyum dan sangat menyukai jawaban Evi. "Semakin ketus, semakin cantik!" Guman Usman.
Uci dan Maman pulang lebih awal. Evi sudah tidak sabar ingin cepat pulang. Maman dan Usman duduk di depan. Evi dan Uci duduk di belakang supir. Evi sangat terharu bisa di dalam mobil mewah milik Maman. Dalam perjalanan Uci terus memeluk Evi dan menasehatinya.
"Vi, jika ayahmu berbuat jahat lagi, kamu jangan segan melaporkannya ke polisi, ya?" saran Uci.
"Iya, Bu," jawab Evi.
"Oh ya, kamu lulusan apa? Selama ini Ibu belum pernah bertanya tentang sekolahmu," tanya Uci.
"Aku baru lulusan dari Aliyah, Bu!" Jawab Evi.
"Kenapa tidak melanjutkan kuliah saja?" Tanya Uci.
"Sebagian kawanku melanjutkan kuliah di IAIN, tapi aku tidak bisa karena tidak ada biaya, Bu," jawab Evi.
"Kalau Evi mau melanjutkan kuliah, nanti biayanya biar Ibu yang bantu," ucap Uci.
"Tidak usah Bu, aku ingin kerja saja membantu ibuku," jawab Evi.
Usman mendengarkan percakapan ibunya dan Evi sangat terharu. Kebaikan ibunya sangat luar biasa menyayangi Evi. Usman sangat geram pada ayahnya Evi yang ingin menjual perawannya. Usman sudah tidak sabar ingin bertemu dengan ayahnya Evi.
"Jadi perempun jangan lemah! Kalau ayahmu menculikmu lagi, kamu teriak saja! Jangan diam saja dong!" Ucap Usman gemas.
"Usman... kamu ini bicara apa sih?" Sanggah Ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Azab Penjual Perawan
No FicciónKisah nyata untuk dewasa Jangan lupa follow, komentar dan bintangnya. Terimakasih Salam hangat Mamah Ranggi