Sikap Usman membuat Evi canggung dan serba salah. Evi ingat Suminah yang selalu menemaninya. Evi tidak tega meninggalkan Suminah di dapur. Evi memilih pamit pada orangtua Usman.
"Bu, saya makannya nanti saja, belum lapar," ucap Evi.
"Kamu sakit Vi?" Tanya Uci.
"Tidak Bu, nanti saya makan bareng Bi Suminah saja, permisi dulu," jawab Evi.
Orangtua Usman sangat heran melihat perubahan Evi, Uci menatap Usman yang masih melahap makanan.
"Us, bisa lebih ramah pada Evi, kan?"
"Kenapa Ibu bertanya seperti itu? Dan kenapa Ibu tidak pernah cerita kalau di sini ada perempuan?"
"Dia sudah Ibu anggap seperti putri Ibu,"
Usman tidak banyak bertanya lagi, selesai makan Usman memilih masuk ke dalam kamar. Orangtua Usman belum bisa menceritakan keadaan Evi yang sebenarnya karena Usman masih sakit.
Sebelum adzan Subuh, Evi sudah biasa bangun lebih awal. Evi menyapu halaman dan membersihkan daun-daun kering yang berjatuhan. Usman dari balik tirai mengawasi Evi yang sedang menyapu.
Usman keluar dari kamar, saat Evi sedang menyapu ruangan tengah, Usman memergokinya. Evi berhenti menyapu dan sangat bingung mau menyapa Usman atau tidak.
"Minggir!" Ucap Usman ketus.
Evi langsung menepi dan hanya berdiri. Evi tidak menyangka Usman begitu sinis dan tidak mau mengenalnya. Selesai sholat subuh, Evi melantunkan ayat-ayat AL Qur'an. Usman mendengarkan Evi mengaji dari ruang tengah.
Bibi Suminah pergi ke pasar tidak mengajak Evi karena takut Evi melihat mamih Yos lagi. Uci dan Maman sudah siap-siap beraktivitas. Evi sudah siap berpakaian rapih dan menghampiri Uci.
"Vi, selama Usman sakit jangan ikut ke klinik dulu, ya? Bantu Usman barangkali membutuhkan sesuatu," ucap Uci.
"Iya, Bu," jawab Evi.
Evi mengantarkan orangtua angkatnya sampai ke teras. Evi masuk ke dalam rumah dan duduk di ruang tengah. Usman keluar dari kamar menuju kamar mandi.
Evi dari jauh melihat Usman kesulitan masuk ke kamar mandi langsung lari dan membantu Usman mendorong kursi roda.
"Kamu mau apa? Lepaskan! Tidak perlu membantuku!" Bentak Usman.
Evi melepaskan kedua tangannya yang menggenggam kursi roda. Jantung Evi berdebar-debar dibentak Usman. Evi masih berdiri mematung di depan kamar mandi.
"Kenapa masih berdiri di sini? Kamu mau mengintip orang mandi?!" Hardik Usman.
Evi berjalan pelan meninggalkan Usman, hatinya sangat sakit dibentak Usman. Evi masih memperhatikan kamar mandi dari ruang tengah. Evi hanya menjalani pesan ibu angkatnya agar bisa membantu Usman.
"Bi... Bi... " teriak Usman dari dalam kamar mandi.
Evi lari dan membuka pintu kamar mandi. Evi membantu menarik kursi roda yang diduduki Usman.
"Kenapa kamu yang datang?! Mana Bi Sum?!" Tanya Usman ketus.
"Bi Sum, sedang ke pasar, Mas!" Jawab Evi.
"Pergi! Aku bisa sendiri," usir Usman.
Evi pergi dan menahan air matanya. Hati Evi sangat sakit dibentak Usman. Saat Suminah datang dari pasar, Evi memilih membantu Suminah memasak di dapur. Suminah memasak kesukaan Usman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Azab Penjual Perawan
Non-FictionKisah nyata untuk dewasa Jangan lupa follow, komentar dan bintangnya. Terimakasih Salam hangat Mamah Ranggi