Sedang revisi

1.8K 69 1
                                    

Aku masuk kamar dan menelepon Usman melalui ponsel, aku ceritakan pertengkaran Ayah dan Kakak, Usman sudah jengkel dengan sikap Ayah.

"Mas, Ayah masih mengganggu kami, Ayah minta uang, katanya Mamih Yos menagih hutang saat Ayah menerima uang dulu, untuk menjualku ke Mamih Yos, Kakak marah pada Ayah, bagaimana ini Mas?" tanyaku cemas.

"Tenang sayang... jangan panik... tapi... maaf sayang, kalau Ayahmu masih berbuat jahat terhadapmu, terpaksa Mas akan melaporkannya ke Polisi," jawab Usman.

"Iya Mas," ucapku pelan.

Aku hanya bisa mengiyakan keputusan suamiku. Ternyata ancaman Ayah tidak main-main. Beberapa hari kemudian, Mamih Yos datang, saat itu aku sedang di teras menyiram bunga, Mamih Yos dengan memelas menyapaku.

"Vi... tolong Mamih Vi... Mamih butuh uang untuk berobat... " keluh Mamih Yos.

Kepalaku menengok ke arah pagar, kakiku langsung gemetar, bibirku terkatup tak bisa bicara, dalam hatiku berharap Kakakku cepat bangun dan keluar, Ibu sedang mengantar Adik ke sekolah dan mampir ke pasar. Mamih Yos melambai-lambaikan tangannya meminta di bukakan pagar, aku hanya terdiam tidak bisa berkutik, Mamih Yos terus memelas.

"Vi... lihat Mamih Vi, kamu teman Mila kan, Vi? kamu sayang Mila, kan? Mamih tidak minta uang Vi, Mamih hanya minta uang Mamih yang sudah di terima Ayahmu, dan Ayahmu bilang kamu bisa bayar Mamih, lihat Mamih Vi, Mamih sakit ingin berobat," rayu Mamih Yos.

Aku tertegun, antara menolong dan tidak, pagar di buka atau tidak aku sangat bingung sekali, aku melihat Mamih berjongkok seperti menahan sakit.

"Mamih sakit apa?" tanyaku Iba.

"Mamih kena diabetes Vi, lihat luka Mamih Vi, harus segera periksa Vi," jawab Mamih Yos.

Aku tidak tega sekali melihatnya, entah kenapa tiba-tiba aku iba melihatnya, badannya yang dulu gemuk kini sangat kurus kering. Aku masuk untuk mengambil uang, aku menghampiri Mamih Yos lewat sela-sela pagar, aku berikan uang itu, tapi Mamih Yos langsung menarik tanganku dan bicara dengan nada keras.

"Dengar Vi! aku tidak akan membiarkanmu bahagia! kamu sudah membuat Mila meninggal! Ingat itu!" teriak Mamih Yos.

"Lepaskan Mih!" teriakku.

Aku menarik tanganku sendiri sampai terluka karena goresan pagar, aku langsung lari masuk ke dalam rumah.

Aku mengintip dari tirai jendela, apakah Mamih Yos sudah pergi atau belum, ternyata Mamih Yos masih berdiri dan mengambil kantong kresek menaburkan sesuatu. Aku sangat terkejut sekali ketika di belakang Mamih Yos datang dua orang, dia Sari dan wanita yang dulu menipuku mengabarkan aku di kampus kalau Ayah sakit keras.

Jantungku berdegup kencang, aku buru-buru mengabarkan hal ini pada Mamah Ranggi, menanyakan apa yang sudah di lakukan Mamih Yos. Mamah Ranggi berjanji akan datang di malam hari.

Saat Ibu datang dari pasar, aku langsung ceritakan kejadian tentang Mamih Yos, Kakakku ikut mendengarkan, Ibu langsung marah pada Kakak karena bangun siang. Aku menjadi parno sendiri, Adikku yang sedang bermain di teras, tiba-tiba masuk dan demam.

Waktu sudah menunjukkan pukul 20.30 wib, aku merasa tidak mungkin Mamah Ranggi datang, saat kami ngobrol di ruang tengah di kejutkan suara ledakan, kami semua terkejut. Adikku tiba-tiba rewel dan menangis terus, padahal aku sudah memberinya obat penurun panas.

Kepalaku tiba-tiba pusing dan rasanya sangat beda, aku mendengar suara motor berhenti di depan pagar, Kakakku mengintip dan langsung menuju pagar, ternyata Mamah Ranggi datang.

Aku terharu sekali Mamah Ranggi mau datang meskipun sudah malam, beliau mau memenuhi janjinya akan datang.Kakakku menyuruh Mamah Ranggi masuk, tapi Mamah Ranggi hanya berdiri dan memandangi sekeliling rumah. Aku melihat tangannya memegang tasbih.

Mamah Ranggi meminta air di ember, Kakakku langsung membawakannya. Lama sekali Mamah Ranggi berdiri dan membaca Doa, dan meniupkan air di ember dan menyiramkannya ke depan teras rumah.

Mamah Ranggi langsung masuk, melihat Adikku rewel, Mamah Ranggi langsung menyentuh kepalanya dan meniupkan doa. Setelah selesai Mamah Ranggi menyampaikan pesan.

"Tega sekali orang yang melakukannya untuk membuat kalian bangkrut dan sakit!" ucap Mamah Ranggi.

"Apa? mungkin ini perbuatan Sari dan Mamih Yos," ucapku terkejut.

"Malam ini jangan tidur semua, bergantian sholat hajat dan ngaji, Mamah pulang dulu," ucap Mamah Ranggi pamit.

Kami mengantar Mamah Ranggi ke depan rumah, Kakak pertama dan Kedua berjanji tidak tidur. Dan benar saja, apa yang di katakan Mamah Ranggi walaupun tidak detail, malam itu ada yang berusaha membuka pagar, Kakakku yang sudah berjaga dan mendengar pagar akan di buka paksa langsung berteriak.

"Woy maling!" teriak Kakak.

Merekapun lari mendengar teriakan Kakakku. Malam-malam aku langsung telepon Usman, aku ceritakan kejadian yang menimpa kami.

"Mas, tadi ada beberapa orang berusaha masuk, dan membuka pagar, untung saja Kakak belum tidur, mereka sudah kabur," ucapku mengadu.

"Mas akan mencari orang untuk jadi satpam di rumah, tenanglah, tidur saja sekarang ya," jawab Usman menenangkan aku.

***

Azab Penjual PerawanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang