CHAPTER 20 Terror of Black Arts

2.3K 77 0
                                    

Mamih Yos melancarkan aksinya di tengah malam. Mamih Yos dan Ungil menaburkan tanah kuburan di depan warung Jamilah dan di depan pintu. Mamih Yos sudah tidak sabar melihat Jamilah segera hancur dan bisa kembali bekerja di rumahnya.

Evi sibuk dengan kuliahnya, tugas materi dari kampus menyita waktu Evi dan hampir tidak memperhatikan warung ibunya yang mulai sepi. Evi memiliki sahabat baru bernama Nazwa dan Daud. Setiap ada tugas kuliah Nazwa dan Daud selalu membantu Evi. Nazwa diam diam menyukai Daud, tapi justru sebaliknya diam-diam Daud mencintai Evi.

Jamilah mulai malas membuka warung. Tidak ada satu pun pembeli yang mampir ke warung Jamilah. Warung Jamilah seperti ditutup dan tidak bisa dilihat orang. Jamilah tidak tahu mamih Yos sudah menutup warungnya dengan pagar gaib agar tidak terlihat orang. Ilmu hitam Japra bekerja sangat baik. Jin yang dikirim Japra berhasil menutup warung Jamilah.

Jamilah duduk di teras sambil melamun, air matanya mulai menetes membasahi pipi. Cobaan Jamilah tidak pernah berhenti. Baru saja menikmati kebahagiaan melihat Evi kuliah, Jamilah harus dirundung sedih ketika warungnya mulai sepi. Andi dan Edi tidak tega melihat ibunya bersedih. Evi pulang kuliah terkejut melihat ibunya sedang menangis.

"Ibu... Ibu kenapa menangis? Apa ayah menyakiti Ibu lagi?" Tanya Evi.

Jamilah hanya menggelengkan kepala dan tidak mampu menahan tangisnya.

"Ibu... Ayo ceritakan ada apa? Kenapa Ibu menangis?" Desak Evi.

"Entahlah Vi... Sudah beberapa hari tidak ada satu pun orang membeli di warung Ibu." Jawab Jamilah.

Evi terdiam sejenak, Evi sangat menyesal kesibukannya sampai tidak memperhatikan kondisi warung ibunya. Evi menghela nafas panjang. "Sabar ya Bu... Mungkin belum rejeki kita," bujuk Evi.

"Mungkin karena mamih Yos sudah membuka warung. Harga di warung mamih Yos lebih murah dari warung kita," ucap Jamilah.

Andi dan Edi mendengar keluhan ibunya sangat sedih. Andi tidak percaya kalau warung ibunya mendadak sepi. Andi dan Edi menduga mamih Yos sudah berbuat curang. Andi dan Edi mendekati ibunya dan ikut bicara.

"Bu, menurutku warung ibu sudah di guna-guna mamih Yos, kita harus cari orang pintar Bu," Usul Andi.

"Ya, benar itu Bu. Kita jangan diam saja," sela Edi.

Jamilah bertambah sedih dan bingung. Evi hanya mendengar ucapan kakaknya. Evi tidak paham apa itu guna-guna.

"Lalu kita akan mencari orang pintar di mana?" Tanya Jamilah.

"Bu, lebih baik kita berdoa saja. Jangan sampai kita jadi sirik karena meminta bantuan pada orang lain," sela Evi.

"Kamu tidak paham masalah ini Dik, warung Ibu harus ditangani ahlinya," ucap Andi.

Jamilah mulai menutup warungnya, Jamilah sudah lelah hanya duduk di dalam warung dan menanti pembeli. Evi membantu ibunya menutup warung. Saat Jamilah menyapu halaman, salah satu warga menyapanya.

"Bu, kenapa warungnya tutup terus? Apa sedang sakit?" Tanya Yati.

"Tutup terus?" Jawab Jamilah heran.

"Iya, dari kemarin tutup terus kenapa? Aku mau beli sabun cuci jadi jauh," ucap Yati.

"Dari kemarin warungku buka terus kok." Sela Jamilah.

"Masa sih? Aku tidak melihat warungmu buka, tetangga yang lain juga melihat warungmu tutup terus. Kami kira kamu sedang sakit," ujar Yati.

Azab Penjual PerawanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang