🦋͓ꦿ݉ᐧChapter 08๑᩿᩿ᨗ࿐

2.6K 366 17
                                    

Huhuhu

Cher balik lagi

Jangan lupa vote nya ya?

Sider = dapat hidayah:))))

Okey

Story begin

--••--

"Bentar lagi kita sampe ke panti."

Senyum Raehyun semakin merekah. Ia sudah sangat merindukan anak-anak panti. Ia sudah membawakan baju-baju baru, berbagai macam alat tulis, serta buku cerita untuk disedekahkan.

Minho melambatkan laju mobilnya, tandanya mereka mulai memasuki kawasan panti asuhan.

"Akhirnya," Minho melepas seatbelt nya terlebih dahulu baru seatbelt Raehyun.

Pintu mobil sebelah kiri dibuka Minho supaya ia dapat keluar untuk membukakakn pintu mobil di sebelahnya.

"Silahkan, tuan putri." Minho menggandeng tangan Raehyun untuk membantunya keluar dari mobil.

Setelah itu, Minho membuka pintu di jok belakang untuk mengambil barang-barang.

"Anak panti udah nungguin di depan, dek. Ayo!" Minho kembali menggandeng tangan Raehyun dengan tangan kirinya, tangan kanannya sedang menenteng 3 paper bag sekaligus.

Baru saja Lee bersaudara itu di depan gerbang, para anak panti langsung berhamburan memeluk mereka saking rindunya.

"Halo semua!" sapa Minho dan Raehyun.

"Halo!!!!!" anak anak panti terdengar sangat bersemangat.

"Kami ada bawa oleh-oleh nih buat kalian." Minho memberikan ketiga paper bag itu kepada anak-anak.

Fokus anak panti teralih seketika. Mereka sekarang berhamburan untuk mengambil jatah oleh-oleh mereka.

Minho tersenyum bahagia melihatnya. Sedangkan Raehyun, ia juga turut bahagia karena suara anak panti yang terdengar sangat bersemangat.

Selama di panti ini, Minho dan juga Raehyun bersenang-senang bersama anak-anak. Bahkan Raehyun bernyanyi dengan alunan gitar Minho.

Mereka semua saling berbagi suka duka disini. Di panti ini, terdapat berbagai anak yang memiliki penyakit entah itu berkebutuhan khusus, tuna rungu, tuna wicara, cacat, dan sebagainya. Alasannya mereka disini karena orang tua mereka tidak sudi untuk memiliki anak berpenyakit.
Jalan satu-satunya adalah membuangnya.

Bodoh sekali memang.

Selama Raehyun bernyanyi, ia dapat merasakan bagaimana kesedihan anak-anak panti. Ia sadar bahwa ada yang lebih menderita darinya.

Raehyun memang buta tapi dia punya keluarga yang menyayanginya. Sedangkan mereka hanyalah anak-anak yang tak berdosa tapi tidak pernah merasakan bagaimana rasanya diperhatikan dan diberi kasih sayang oleh keluarga.

°•°

Hyunjin masih bersimpuh pilu di depan kuburan bundanya. Minhyun, Eunbi, dan Yeji menunggunya di mobil. Mereka bertiga mengerti kalau Hyunjin sedang ingin mengeluh kepada bundanya.

"Bunda..." panggil Hyunjin lirih.

Hyunjin menutup matanya yang telah berair sehingga air matanya meluncur begitu saja di pipinya. Hatinya benar-bensr sakit sekarang. Ia tak tau harus apa kali ini setelah mendengar dari dokter kalau jangka hidupnya hanyalah 3 bulan lagi.

Dan sekarang tersisa 2 bulan. Entah itu adalah sebuah ramalan biasa atau memang sebuah ketentuan yang dijalani dengan putus asa.

Tapi, Hyunjin percaya akan satu hal. Yang menentukan umur seorang makhluk hanyalah tuhan seorang.

Ya, mungkin itu dulu. Karena sekarang, otak Hyunjin selalu memikirkan saat dia telah kembali. Ini membuatnya semakin jatuh.

"Aku gak kuat, Bun." Ucap Hyunjin, bibirnya bergetar hebat.

Untuk kesekian kalinya lagi, air mata Hyunjin kembali jatuh.

"Aku mau nyerah aja, Bun. Aku gak mau nyusahin ayah, kak eunbi, sama yeji. Aku cuman benalu mereka. Aku gak guna. Aku sekarang bergantung obat. Aku gak bisa gantiin ayah. Aku-

"Gak, Hyunjin. Lo gak gitu."

Yeji datang secara tiba-tiba sambil memeluk Hyunjin dari samping. Air matanya ikut mengalir.

"Jin, lo kuat. Lo bisa. Lo harus sembuh." Tekan Yeji.

Hyunjin menggeleng pelan,"gak, Ji, gak mungkin."

"Percaya sama gue, Jin. Lo pasti bisa lawan penyakit lo." Sekali lagi Yeji memberikan kalimat penenang.

Hyunjin mulai tenang sekarang walau air mata masih tetap mengalir.

To be continued

...

Gaessss

Gaessss

Gaessss

Gud bay!

[1] Gone ーHyunjin [ON REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang