Di depan nisan, Hyunjin menangis. Ia sedang mengadu pada bundanya. Hujan juga turut menemani isak pilu Hyunjin.
Di bawah hujan ini, dapat terlihat Hyunjin dengan segala keluh kesahnya. Air matanya bahkan sudah menyatu dengan air hujan yang membasahi wajahnya.
Hyunjin ketakutan. Ia takut untuk melawan penyakitnya sendiri. Ia takut dengan takdir buruk yang akan menimpanya di kemudian hari. Ia takut untuk mencintai jika ia akan pergi. Ia takut untuk menyakiti hati keluarganya setelah takdir buruk itu datang pada dirinya.
Disinilah Hyunjin menjadi seorang pecundang. Ia merasa tak berarti. Dihitung dari perkiraan dokter, umurnya tak sampai satu bulan lagi.
"Bunda, aku harus apa?" Hyunjin menundukan kepalanya sedih.
Tak ada seorang pun yang tau betapa terpukulnya Hyunjin menghadapi semua takdir ini. Mereka hanya berkesimpulan bahwa Hyunjin menderita penyakit jantung, tapi penyakitnya itu rupanya kalah ganas dengan perasaannya setelah mengetahui penyakitnya.
"Aku butuh bunda, aku mau dipeluk bunda," Hyunjin terisak semakin keras.
Sebuah dekapan hangat tiba-tiba terjadi. Hyunjin yang kaget langsung melepas pelukan itu untuk melihat siaoa pelakunya.
Hyunjin yakin dia sedang berhalusinasi.
"Bunda?"
Di depannya, bersimpuh Chaeyeon dengan seulas senyuman menenangkan di hati Hyunjin. Ia menghapus jejak air mata anak laki-lakinya, jagoannya.
"Hyunjin, tetap kuat, jadi anak yang berguna walau kamu punya penyakit. Kejar mimpi kamu sampai waktumu habis di dunia. Bahagiain ayah kamu selagi kamu bisa. Bunda selalu di samping kamu, dukung kamu, nyemangatin kamu. Bunda emang gak ada secara fisik, tapi bunda bakalan selalu ada dalam hatimu. Jadikan hidup kamu bermanfaat, lalu ingat, kamu bukan benalu yang terikat dalam kehidupan. Kamu bunda lahirkan untuk jadi orang yang bermartabat. Lihat ke depan, jadikan penyakitmu sebagai sebuah penyemangatmu." nasehat Chaeyeon yang perlahan mulai menghilang dari hadapan Hyunjin.
Sekarang Hyunjin percaya, ia sedang tidak berhalusinasi.
"Makasih, bunda"
°•°
"
Ayah, aku pulang."
Minhyun yang sedang sibuk merapikan dapur, terkejut melihat penampilan anaknya yang basah kuyup. Wajahnya pun tampak kusut.
"Darimana?"
"Ketemu bunda."
Helaan napas Minhyun terdengar karena suasana dapur sangatlah sepi. Anaknya sedang kelelehan makanya ngelantur. Begitu pikir Minhyun.
"Mandi sana, entar sakit." suruh Minhyun.
Tapi Hyunjin diam di tempatnya. Sama sekali tak ada niat untuk beranjak pergi ke kamar mandi.
"Hwang Hyunjin. Kamu denger gak?"
"iya, yah."
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Gone ーHyunjin [ON REVISI]
Fanfiction[SEDANG DIREVISI] Kelebihan bukan untuk disombongkan dan kekurangan bukan untuk dijadikan hinaan. ©wattpad, cherryvator