🦋͓ꦿ݉ᐧChapter 13๑᩿᩿ᨗ࿐

2.1K 295 8
                                    

Vote dulu kali

Hyunjin masih setia menunggu kelas khusus yang ditempati Raehyun berakhir. Setelah 3 menit lamanya, akhirnya guru kelas tersebut keluar. Hyunjin tanpa babibu lagi langsung masuk dan menjemput Raehyun.

"Hai,"

Raehyun terlihat kebingungan saat mendengar sapaan tadi. Ia tau suara itu adalah suara Hyunjin, tapi kenapa tiba-tiba lelaki itu berada di kelasnya?

"Ayo ke kantin," Hyunjin menarik tangan Raehyun tanpa persetujuan sang empu.

"Eh?"

Baru saja dua langkah, Hyunjin sudah berhenti berjalan. Genggaman tangannya ke Raehyun perlahan di lepaskan.

Kenapa Hyunjin harus kambuh disaat bersama Raehyun? Ia tak mau Raehyun mengetahui penyakitnya itu.

"Hyunjin? Kenapa?"

Hyunjin ingin sekali menjawab pertanyaan Raehyun, tapi situasi yang ia alami tak mendukungnya untuk berbicara sepatah kata pun karena jika ia berucap maka sangat ketahuan kalau lelaki berumur 18 tahun itu sedang menahan sakit.

Setelah menemukan obatnya, Hyunjin langsung mengonsumsinya. Ia tak mau Raehyun semakin bertanya-tanya keadaannya.

"Hwang Hyunjin?"

Hyunjin mengatur napasnya perlahan.

"Iya?"

"Kamu kenapa?" tanya Raehyun, ada sebuah kekhawatiran dari nadanya.

"Gak kok, ayo!" Hyunjin kembali menggandeng tangan Raehyun untuk melanjutkan perjalanan mereka menuju kantin.

°•°

"Tunggu bentar, ya. Jangan kemana-mana."

Setelahnya Hyunjin berlari untuk mengambilkan makanan Raehyun dan dirinya sendiri.

Raehyun menurut saja untuk duduk diam. Namun, hal itu justru menarik perhatian Siyeon dan antek-antek nya. Kali ini hanya Siyeon yang akan menghampiri anak itu.

"Kita ketemu lagi rupanya." ucap Siyeon, tangannya bertumpu pada bahu Raehyun.

Raehyun sangat mengenal suara itu, suara yang mencaci makinya kemarin. Ingin sekali ia kabur tapi menurutnya itu malah memperburuk suasana.

"Heh!"

Bruk

Raehyun terjatuh ke lantai karena Siyeon yang mendorongnya ke belakang. Sontak mereka berdua menjadi sorotan satu kantin. Dari jauh, Hyunjin sudah ancang-ancang ingin berlari. Namun, langkahnya dihalangi oleh Jeno dan teman-temannya.

Jeno, ah tentu saja, pria itu adalah kekasih dari Siyeon yang tentu saja sifatnya 11 12.

"Lepasin gue, Jen!" Hyunjin memberontak tapi Jeno dan teman-temannya lebih kuat.

3 lawan 1. Mana adil.

"Yah, jatoh, ya? Sakit, gak?" Siyeon memegang, ralat, mencengkram dagu Raehyun.

Raehyun hanya diam tak bisa berbuat apa-apa. Air matanya sedari tadi sudah membasahi pipinya.

"GUYS, LIAT NIH! ADA PECUNDANG BUTA DI SEKOLAH KITA!" teriak Siyeon. Suaranya sangat lantang.

Tak ada satu pun orang yang berani melaporkan hal ini ke guru. Karena jika mengadu sama saja mencari mati di tangan Jeno dan Siyeon.

"BERHENTI, SIYEON!!!"

Seorang perempuan dengan segala keberaniannya datang dan mendorong badan Siyeon tapi tak sampai terjatuh.

"Oh rupanya bukan Hwang Hyunjin saja yang sok jadi pahlawan kesiangan, rupanya kembarannya juga." ucap Siyeon meremehkan.

Yeji tentu saja marah besar mendengarnya. Apa apaan?!

"Hajar cewek belagu satu ini."

Sekarang giliran anak buah Siyeon yang turun tangan. Mereka berempat mengepung Yeji sebagai sasaran mereka. Sementara itu, Siyeon beralih kembali ke Raehyun.

Tak!

Tangan Raehyun lagi-lagi menjadi korban injakan kaki Siyeon. Tidak sampai disana, rambut Raehyun pun juga ditarik oleh Siyeon.

"JANGAN SAKITI MEREKA, JALANG SIALAN!!!!!" Hyunjin berteriak saking kesalnya.

Jeno yang tidak terima pacarnya diejek jalang, memukul wajah Hyunjin sampai bibirnya berdarah.

"Sekali lagi lo ngatain Siyeon gitu, mati lo, Hwang Hyunjin!"

Hyunjin mengabaikan ucapan Jeno, ia sudah benar-benar marah. Disana, Raehyun dan juga Yeji sedang di-bully habis-habisan oleh Siyeon dan anak buahnya.

Kondisi Raehyun sangat berantakan sekarang, kulit tangannya melepuh karena disiram teh panas oleh Siyeon.

Sedangkan Yeji, pakaian dia aman saja. Tapi keempat perempuan itu menarik rambutnya.

"Bangsat kalian!"

Plak!

Yeji yang berhasil mencari kesempatan untuk lepas, langsung memukuli anak buah Raehyun dengan kakinya.

Jangan pernah lupa kalau Yeji bisa bela diri.

Siyeon yang sedang asik dengan Raehyun, sontak mengalihkan pandangannya ke Yeji.

Bruk!

Siyeon tersungkur di lantai setelah mendapat dorongan keras dari Yeji. Perut Siyeon dijadikannya tumpuan untuk kaki kanannya.

"Lo bukan ratu disini, Siyeon. Jadi lo gak berhak buat berbuat semena-mena. Cewek ini gak salah apapun sama lo, buat apa lo nge-bully dia?" Yeji semakin menekan kakinya di perut Siyeon sampai sang empu merasa kesakitan.

Dari kejauhan, Jeno sepertinya juga ikut emosi melihat Siyeon yang dihajar oleh Yeji. Maka dari itu, ia langsung melepaskan cengkramannya pada Hyunjin, dan begitu pula pada teman temannya.

Mereka, termasuk Hyunjin tentunya, menghampiri Yeji dan Siyeon.

Jeno tanpa memikirkan apapun lagi, memadang ancang-ancang untuk memukul wajah Yeji layaknya ia memukul kembaran perempuan itu. Beruntung Hyunjin lebih cepat, tangan Jeno berhasil ditangkis oleh Hyunjin.

"Lo boleh mukul gue sesuka lo, tapi jangan kembaran gue!" bentak Hyunjin.

Di sisi lain ada Siyeon yang sudah meminta ampun pada Yeji. Yeji yang pada dasarnya tak tegaan, mengangkat kakinya dari perut Siyeon. Lalu ia beralih ke Raehyun.

"Hey? Ayo ikut gue." Yeji membantu Raehyun untuk berdiri. Tangan Raehyun ia biarkan merangkul di bahunya.

"Heh Lee Jeno! Tuh bini lo gue balikin. Hyunjin, ikut gue." suruh Yeji.

Suasana kantin yang sangat hening itu membuat suara Yeji semakin tegas.

Tak ada yang berani bersuara sekarang.

Termasuk Hyunjin kembaran Yeji itu sendiri.




To be continued


MORI APEUDAAAAAA

[1] Gone ーHyunjin [ON REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang