𖥸.BAGIAN 03

3.6K 458 20
                                    

H A P P Y R E A D I N G
ᨳ᭬ĭ﹀︶⏝꒷꒦꒷⏝︶﹀ĭɞ

===

"Kamu jadi gak les piano?" tanya Eunbi.

Hyunjin yang sedang sibuk bermain game menghentikannya sebentar, "emang udah dapet pelatihnya?"

"Udah, dia temen kakak." Eunbi mengambil handphonenya untuk menghubungi teman yang ia maksud tadi.

"Cewek apa cowok?"

"Cowok."

"Oh."

Hyunjin mendekat ke arah kakaknya untuk mengintip siapa nama orang yang akan melatihnya bermain piano.

Called Bambang gledek...

Melihat uname kontak itu, Hyunjin mengerutkan dahinya.

"Hah?"

Eunbi berjalan menjauhi Hyunjin untuk berbicara dengan oknum bernama Bambang Gledek itu.

"Oh hari ini? Jam berapa? Oke." kata Eunbi yang sepertinya sekarang telah selesai menelpon.

Hyunjin pun menghampiri kakak perempuannya itu, "apa katanya?"

"Hari ini kamu ke rumahnya jam 3 siang," jawab Eunbi.

"Alamatnya?" pinta Hyunjin.

"Nanti kakak kirim lewat whatsapp."

Hyunjin mengangguk setelahnya. Seperkian detik kemudian tangannya beralih ke dadanya. Sakit mulai menguasai tubuhnya lagi.

Dadanya mulai terasa sesak. Detal jantungnya mulai melemah. Hyunjin mencengkram erat kaos oblongnya untuk menyalurkan rasa sakit.

Dia sangat membenci momen ini. Saat ia merasa kesakitan, merasa dirinya lemah, merasa dirinya tak berguna karena penyakit, ia berpikir hidupnya ini hanyalah benalu bagi keluarganya.

"Argh! Sa-sakit," rintih Hyunjin sambil mencari obat di sakunya.

Mungkin lelaki itu lupa kalau tadi obatnya ia tinggal di kamarnya.

"Hyunjin? Kambuh lagi? Obatnya dimana?!" Eunbi ikut mencari obat Hyunjin di sekitar mereka. Tapi karena terlalu panik, beberapa barang berjatuhan ke lantai.

Minhyun dan Yeji yang sedang menyiram tanaman di halaman rumah, mendengar keributan itu dan segera menghampiri asal suara.

"Jin?! Lo kambuh?! Obat lo mana?!" Yeji ikut panik seraya mencari obat Hyunjin di seluruh penjuru rumah.

Bagaimana pun ia tetap merasa khawatir meski sering tak akur dengan Hyunjin.

Tentu saja mereka satu rumah ini kalang kabut. Terlebih Minhyun. Ia lebih memilih untuk menghampiri anaknya yang tengah merasakan sakit itu.

"Argh! A-ayah se-sesak argh!" Hyunjin terduduk lemas di lantai. Minhyun segera memeluk anak lelakinya itu.

"Tahan, Nak. Obatnya lagi dicari." Minhyun mengelus kepala Hyunjin untuk menenangkannya.

Hyunjin kini beralih mencengkram lengan Ayahnya. Tapi bagi Minhyun itu sama sekali tak sakit dibanding melihat darah dagingnya yang tengah kesakitan.

"AKU DAPAT!"

Dari arah kamar Hyunjin, Eunbi berlari menghampiri Minhyun dan memberikan obat itu.

"Ini cepat." Minhyun membantu Hyunjin untuk menelan obatnya.

Obat itu beraksi setelah beberapa menit kemudian. Setelah itu, Hyunjin menutup matanya sambil mengatur napasnya kembali. Yeji tau perasaan Hyunjin saat itu.

Kembarannya sedang merasa sedih. Merasa menjadi seorang yang tak berguna, tak bisa diandalkan di masa depan, tidak bisa meneruskan menjadi tulang punggung keluarga kalau Minhyun sudah menginjak usia lansia. Itu yang Yeji rasakan.

Mata Yeji semakin berair menatap Hyunjin yang sedang dipeluk oleh ayahnya. Kakinya pun mulai berjalan mendekat. Ia ingin memeluk kembaran nya itu.

"Jin..." Yeji merengkuh tubuh Hyunjin. Minhyun yang peka kalau si kembar hwang ini perlu waktu, melepas pelukannya ke Hyunjin dan berdiri menjauh menghampiri Eunbi.

Yeji bisa merasakan ada beberapa tetes air yang jatuh di pundaknya yang ia yakini itu adalah air mata Hyunjin.

"Lo kuat, Jin. Gue yakin." Yeji mempererat rengkuhannya seiring tangisan Hyunjin yang mulai mereda.

Hanya Yeji lah yang dapat menenangkan Hyunjin. Catat itu.

"Thank you, Hwang Yeji."

B  E  R  S  A  M  B  U  N  G

ᨳ᭬ĭ﹀︶︶⏝꒷꒦꒷⏝︶︶﹀ĭɞ

(n.) Terima kasih atas jejak yang diberikan



[1] Gone ーHyunjin [ON REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang