🦋͓ꦿ݉ᐧChapter 23๑᩿᩿ᨗ࿐

1.7K 208 2
                                    

Satu tahun yang lalu.

Hyunjin berjalan melewati koridor kelas. Kalau dulu tak ada satupun siswa yang berani menegurnya, bahkan menatapnya saja tidak karena aura yang dikeluarkan Hyunjin benar-benar menakutkan.

Sekarang itu berbeda. Tatapan itu berubah. Jika Hyunjin dulu ditakuti karena kekuasaannya, maka kini tidak. Dia sudah tak memiliki kekuasaan karena rumor perusahaan ayahnya yang bagkrut dan memiliki hutang ratusan juta won di bank.

Sekolah ini memang gila karena hanya memandang seberapa bangsawan orang itu dan juga kesempurnaan diri.

Hyunjin masih tampan menawan, tapi hartanya terhempas seketika. Tak lengkap di mata mereka semua.

"Udah miskin ngapain sekolah disini? Emang mampu bayar?"

"Tau tuh, dasar miskin. Gak punya ibu lagi."

"Hahaha, kasian banget hidupnya."

"Tawain yuk, guys."

Itu sangat mengganggu telinga seorang Hwang Hyunjin. Ah rasanya ingin sekali menghajar mereka semua, tapi Hyunjin tak setega itu untuk memukuli perempuan.

Akhirnya, Hyunjin memutuskan untuk pergi ke rooftop. Ia berencana membolos di jam pertama. Tak peduli kalau akan dimarahi.

Sampai di rooftop, Hyunjin terkejut seketika.

Bae Jinyoung, musuh Hyunjin semenjak SMP, sedang berada disana. Ia langsung menyadari kehadiran Hyunjin.

"Eh si miskin kesini juga? Ngapain, gan? Mau bundir ya lu? Gak sanggup idup?" ini bukan pertanyaan, namun sebuah ejekan dari Jinyoung.

Hyunjin tentu saja sangat kesal mendengarnya. Napasnya tak teratur karena menahan emosinya. Kedua tangannya ia kepalkan erat-erat. Kakinya berjalan menghampiri Jinyoung yang berada 3 meter di depannya.

Bruk

Hyunjin mendorong Jinyoung sangat keras sampai membuatnya terjatuh di lantai. 30 cm lagi ia akan jatuh ke bawah.

"Bilang sekali lagi." tekan Hyunjin. Badannya semakin mendekat. Di depannya, Jinyoung sudah tak sanggup berdiri.

Kekuatan Hyunjin benar benar tak bisa dipungkiri lagi.

"Lo tuli? BILANG SEKALI LAGI, BAE JINYOUNG!!" Hyunjin berteriak.

Tatapan maut nya mengintrupsi Jinyoung, namun anak itu justru diam. Ia berharap Hyunjin tidak mendorongnya.

"Kayaknya harus gue bikin lo bicara."

Jinyoung didorong Hyunjin sampai sebagian badannya melayang di udara. Hyunjin mungkin sudah gila sekarang.

"Hyunjin, please..."

"Apa? Gue gak denger? Kayaknya ketulian lo tadi nular ke gue deh," ucap Hyunjin sambil memperlihatkan senyuman smirk nya.

Sret

Seperempat badan Jinyoung sudah melayang di udara. Ia berharap tangannya cukup mampu untuk menahan beban badannya dan juga Hyunjin punya hati untuk tidak-

"Good bye, Jinyoung-ah."

-menginjak tangan Jinyoung.

"AAAA!!!"

Jinyoung terjatuh bebas dari lantai tiga.

Hyunjin harap tidak ada yang tau kalau dia adalah pelakunya.

Namun sayangnya,

"Hyunjin?"

Yeji, kembarannya, melihat semua yang telah terjadi. Melihat semua perlakuan Hyunjin. Melihat detik detik ia membunuh Jinyoung.

"LO APAIN JINYOUNG, HYUNJIN?"

Hyunjin hanya berdecak kesal ke arah Yeji,"dia sendiri yang mau loncat."

"Gak, jin, gak. Nyatanya lo yang dorong dia! Apa maksud lo? Lo mau masuk penjara hah?!" bantah Yeji,"Gue gak bisa diem aja, Jin. Lo harus-

"Terserah lo, Ji. Mau lo lapor atau gak, terserah. Gue gak peduli." Hyunjin berlalu pergi meninggalkan Yeji seorang diri.

Perempuan itu hanya bisa menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Ia kebingungan. Hyunjin masih di bawah umur untuk berada di dalam sel penjara. Lagi pula hal itu akan membuat ayahnya semakin stres.

Yeji bimbang apa ia harus tutup mulut atau tidak.

°•°

Hyunjin menatap lapangan sekolahnya yang dipenuhi dengan garis polisi. Hari ini sedang diadakan evakuasi di tempat kejadian. Akan tetapi, ia hanya berada disana tak sampai satu menit. Lelaki itu kembali berjalan menuju kelasnya. Namun langkahnya kembali berhenti di depan mading.

Seorang siswa Stay high school meninggal karena bunuh diri

Bibir Hyunjin terangkat menampakan sebuah senyuman,"bunuh diri. Bodoh sekali."

Setelah puas melihat berita yang tertempel di mading, Hyunjin beranjak pergi menuju kelasnya.

Di dalam kelas, rupanya hanya ada beberapa orang saja. Sepertinya sisanya sedang berada di lapangan untuk melihat evakuasi.

"Kok gue gak yakin ya kalau Jinyoung bunuh diri?"

"Gue juga sih,"

"Kepikiran gak sih kalau ada yang emang sengaja dorong dia dari rooftop?"

"Nah iya, gue juga mikir gitu."

"Tapi siapa?"

Hyunjin sama sekali tak berbicara. Ia hanya mendengarkan celotehan teman-temannya yang sedang menggosip.

Memang. Memang Hyunjin sejahat itu. Setega itu. Dis tidak peduli pada teman-temannya. Hyunjin berbahaya. Sangat berbahaya.

Tapi bahayanya mulai memudar kala perempuan buta datang ke hidupnya.

°•°


To be continued

Ntahlah

[1] Gone ーHyunjin [ON REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang